5. Kunjungan

Halo guissss, adakah yang masih baca ini?

Lebih mending update 2 hari sekali atau seminggu sekali?

Lebih suka cerita on going atau yang udah end?

Pilih ayam geprek atau nasi padang?

Jangan lupa vote dan komen yaa!🤙🏻

From: [email protected]
To: [email protected]

This person has sent a video.

Kalau kamu ingin video ini tidak disebar, bayar 1 Milyar sebagai tebusan.

Setelah itu, Krisna membuka video itu dengan rasa penasaran. Ia terkejut tatkala melihat video dua sejoli yang ditutup matanya sedang bercumbu dengan pakaian dalam saja. Lalu, gerakan pun berganti ke adegan sang puan bersimpuh di depan sang lelaki.

Krisna menggebrak meja, membuat semua yang ada di sana menatap kaget pria itu. "Sialan, video apa ini, hah?" tanyanya, menunjukkan video itu pada Kiara.

"Ada apa, Pa?" tanya Mely seketika panik.

Drrt.

Ponsel Krisna tiba-tiba berbunyi di atas nakas. Getaran tersebut membuatnya mengambil benda pipih tersebut. Di sana tertera nomor tak dikenal. Krisna duga, penelepon ini adalah sang pengancam.

"Keparat! Apa yang kamu inginkan, sialan?" Warna merah padam menyeruak di sekujur wajah Krisna, menandakan bahwa ia sedang marah.

"Waduh, jangan marah-marah, Manusia Tua. Kiara ternyata jago sekali mainnya, Om. Saya jadi ingin lagi menyeret Kiara ke ranjang saya."

"Sialan kamu, Arjuna! Saya akan jebloskan kamu ke penjara!" seru Krisna.

Mendengar nama Arjuna disebut, Avram dan Kiara seketika mendengar baik-baik percakapan itu.

"Wow, Om mau menyeret Kiara juga ke penjara? Kalau Om lupa, dia juga ada di video itu. Selain itu, dia yang memberi syarat pada saya bahwa kami harus menutup mata ketika berhubungan. Saya dan Kiara sama-sama mau, Om."

"Tidak mungkin! Kamu pasti memaksa dia, sehingga dia pasrah dan terpaksa menuruti kamu," sangkalnya.

Arjuna terkekeh sinis. "Memang," katanya. "Oleh karena itu, bayar tebusan ke saya satu miiliar apabila Om tidak ingin video ini tersebar."

"Tidak! Saya tidak akan bayar tebusan itu. Saya laporkan kamu ke polisi."

"Silakan, Om."

Bip.

Setelah itu, Arjuna memutuskan sambungan telepon sepihak.

Krisna berdiri dari tempat duduk, lalu menghampiri Kiara yang duduk di seberang Mely. "Sialan, kamu bodoh sekali, Kiara!"

"Papa ... aku minta maaf ...." Kiara berlirih.

Dengan tatapan tajam, Krisna bertanya, "Jadi, ini penyebab kamu pulang sampai diantar Avram waktu itu?"

"Iya, Pa .... Tapi, Avram gak terlibat di sini, kok." Kiara berusaha melindungi Avram.

Krisna ancang-ancang memukul Kiara. "Ah, sial!"

Kiara sudah menutup muka, mengantisipasi apabila dirinya kena pukul. Namun, Avram langsung diam di depan cewek itu dan merentangkan kedua tangan guna melindunginya. "Om, maaf kalau saya ikut campur. Akan tetapi, jangan pukul Kiara, kasian dia."

"Aku setuju dengan Avram," sahut Mely.

Krisna menurunkan tangannya. Ia menghela napas, lalu menghembuskannya guna menetralkan emosi yang kian memuncak. "Kiara, bukankah Papa sudah bilang kalau Arjuna akan memberi dampak buruk bagi kamu?"

"Maafin Kiara, Pa ...," lirih Kiara.

"Kata maaf tidak bisa menyelesaikan masalah!" bentak Krisna.

"Papa ...."

"Pergantian semester sebentar lagi tiba, Papa akan pindahkan Avram ke kelas kamu agar kamu tak macam-macam. Avram mau, kan?" tanya Krisna pada Avram.

Avram menurunkan tangannya. "Saya mau aja, Om."

Krisna mengangguk. "Baiklah. Besok kita ke penjara guna menengok Papa kamu, ada banyak hal yang ingin saya bicarakan."

"Baik, Om."

***

Keesokkan harinya, mereka datang ke penjara guna menengok Derry—Papa Avram. Kini mereka sedang di parkiran mobil.

"Kalian tunggu di sini, Om dan Tante menjenguk Papa kamu dulu, Avram. Nanti kalau kami sudah selesai, kalian yang masuk ke sana," ujar Krisna.

"Siap, Om," jawab Avram.

Setelah itu, Mely dan Krisna keluar mobil untuk masuk menjenguk Derry. Sekarang di mobil hanya ada Kiara dan Avram.

"Kiara, lo gapapa, kan, ikut jenguk Papa gue?" tanya Avram merasa tak enak hati.

Kiara menengok ke arah Avram, senyuman tipis ia tampilkan pada cowok itu. "Gapapa, santai."

Seusai percakapan tersebut, mereka hanya diam seribu bahasa, bingung juga mau ngomong apa mengingat mereka selama ini jarang ngobrol.

"Hm, Avram." Kiara memecahkan keheningan.

"Kenapa, Kiara?" sahut Avram.

"Makasih waktu itu lo udah mau nganter gue pulang," ujarnya.

Avram mengangguk. "Iya, sama-sama."

Duh, tanya apa lagi, ya? Ya kali canggung kayak orang mau malam pertama, batin Kiara.

"Kiara," panggil Avram.

"Iya?" sahut Kiara.

"Lo daftar gak kepanitiaan yang dibuka sama HMJ buat seminar sama pengacara terkenal itu?" Avram basa-basi.

"Gue bakal jadi Koor Sekret, sih. Deni, si ketua HMJ itu yang nyuruh gue. Lo mau daftar di divisi mana?" tanya Kiara.

Di dalam hati, Avram senang mendapat informasi mengenai divisi yang Kiara akan pilih. Dia sengaja bertanya agar bisa mendaftar di divisi yang Kiara pilih. "Kayaknya sekret atau acara, gue bosen di perlengkapan."

"Bosen juga, ya, angkat barang terus, hahaha." Kiara terkekeh canggung.

"Iya, hahaha," balas Avram tertawa yang dipaksakan.

***

Kini Krisna dan Mely sudah sampai di ruang khusus menemui tahanan. Sebelum itu, mereka sudah mengisi formulir kunjungan, menaruh ponsel dan kartu identitas di petugas lapas.

"Kamu yakin mau menjodohkan Avram dengan Kiara? Saya takut Kiara jadi sasaran untuk menghancurkan kita," ujar Derry.

"Tanpa kamu bilang gitu, Kiara akan dihancurkan oleh Arjuna. Dia mengancam saya agar memberi tebusan satu milyar supaya videonya tidak disebar. Sepertinya keluarga itu menggunakan Arjuna sebagai senjata terakhir guna menghancurkan kita," balas Krisna.

"Video apa itu, Krisna?" tanya Derry penasaran.

"Video Kiara dan Arjuna bercinta," ujarnya merasa malu dengan tingkah laku Kiara. "Akan tetapi, entah mengapa saya ragu itu Kiara, soalnya mata mereka saling ditutup, jadi tak bisa dipastikan kalau itu Kiara."

"Kalaupun benar itu Kiara, kamu tak usah menutupinya dari saya. Saya tidak masalah Avram menikah dengan Kiara. Lagipula, Kiara pasti terpaksa melakukan itu. Korban gaslighting dan pelecehan seksual justru harus dilindungi, bukan dihakimi atau dapat sanksi sosial," cetus Derry.

Mely tersenyum tipis. "Sayang sekali orang baik seperti kamu harus di penjara."

Derry tertawa garing. "Ah, tidak apa-apa. Sebagai warga negara yang baik, saya harus menaati proses hukum yang berlaku."

"Apa rencanamu selanjutnya guna melindungi Avram dan Kiara?" tanya Krisna pada Derry.

"Apa lebih baik mereka pindah kampus?" Derry malah bertanya balik.

"Pindah kampus tidak semudah pindah sekolah. Lagipula, mereka sudah semester tiga, agak susah memindahkan mereka," ungkap Mely.

Derry terdiam sejenak. "Oh, iya. Saya baru ingat kalau Avram ikut geng motor Conal. Mereka jago bertarung, siapa tahu bisa melindungi Kiara. Mulai besok, Kiara harus berangkat bareng sama Avram. Kalau jamnya tabrakan, harus ada orang lain yang jagain Kiara."

"Maaf merepotkan," balas Krisna merasa tak enak hati.

"Ah, santai saja, Krisna. Jugaan calon besan harus saling bantu, kan?"

"Kamu bisa saja."

***

Setelah satu jam mengunjungi Derry, akhirnya Krisna dan Mely ke parkiran untuk menemui Avram dan Kiara. Terlihat kedua sejoli itu bermain ponsel masing-masing.

"Avram, Kiara, kalian bisa ke dalam sekarang," ujar Krisna pada mereka.

Mereka langsung memalingkan pandangan dari ponsel.

"Baik, Om," ujar Avram, lalu turun dari mobil guna membukakan Kiara pintu mobil. Ia membuka pintu itu. "Kiara, ayo kita ke sana."

Kiara mengangguk. "Ayo."

"Pamit dulu, Om, Tante," ungkap Avram menatap Mely dan Krisna bergantian.

Mereka mengangguk serempak.

Setelah itu, Avram dan Kiara berjalan bersama ke dalam kantor polisi guna mengisi formulir terlebih dahulu.

Di sisi lain, Krisna tersenyum sembari memandang punggung mereka yang kian menjauh. Ia menengok pada Mely. "Lihat mereka, Mel. Sangat serasi, ya?"

Mely mengangguk.

"Tunggu waktu yang tepat untuk menjodohkan mereka," ujar Krisna.

"Semoga mereka mau kita jodohkan, ya, Pa?" Senyuman tipis terpancar dari wajah Mely.

"Asik, manggil Papa, tadi aja aku manggil kamu Mel," ungkap Krisna mencolek hidung Mely.

Mely tertawa kecil. "Terus kenapa?"

"Gapapa, sih. Hanya ingin mengenang masa pacaran kita yang masih manggil pake nama," balas Krisna sambil mengedipkan mata.

"Dasar perjaka tua," cibir Mely.

"Loh? Papa gak perjaka. Kan, kamu yang ambil perjaka saya pas malam pertama," jawab Krisna tak mau kalah.

"Kamu juga yang ambil keperawanan saya, Monyet."

***

"Halo, Kiara. Om tumben lihat kamu lagi. Kamu apa kabar?" ungkap Derry pada Kiara.

Kiara mengangguk sembari tersenyum. "Baik, Om. Om gimana kabarnya?"

Derry menghela napas, lalu menghembuskannya. Ia terkekeh miris. "Yah, seperti yang bisa kamu lihat, Kiara."

Kiara tertunduk sesal. "Maaf, Om. Gak seharusnya saya pacaran sama Arjuna yang notabenenya musuh keluarga kita."

"Ini bukan salah kamu, yang namanya cinta memang buta," jawab Derry.

Kiara hanya tersenyum mendengar jawaban Derry. Ia senang pria paruh baya itu tampak baik kepadanya.

"Oh, iya, Avram. Kamu antar Kiara mulai besok, ya? Papa takut Kiara akan diincar oleh keluarga Arjuna." Pria itu terlihat khawatir pada Kiara.

"Gak usah repot-repot, Om. Kasian Avram nanti," ungkap Kiara merasa merepotkan Avram.

"Gapapa, Kiara. Daripada lo kenapa-napa, sama aja, kan, kita semua yang repot," jawab Avram.

Nah, kan, benar dugaan Kiara. Kiara takut kalau Avram merasa kerepotan menjaganya.

"Avram, ucapannya dijaga," peringat Derry.

"Maaf, Pa," balas Avram tertunduk sesal.

"Santai aja, Om. Saya ngerti Avram khawatir sama saya," kata Kiara merasa bersalah karena mereka jadi berdebat gara-gara dirinya.

"Kenapa kalian gak nikah aja? Setidaknya biar kalian bisa saling menjaga satu sama lain," saran Derry.

"Pernikahan itu sakral, Om. Saya takut nikah sama orang yang gak tepat," jawab Kiara.

"Tolong pertimbangkan semuanya, Kiara. Om memang ada rencana untuk menjodohkan kamu dengan Avram."

"B-baik, Om."

***

"Om, yakin gak mau bayar tebusan? Ternyata Om lebih milih duit daripada anak, ya. Saya masih baik minta uang doang. Om mau keluarga kalian saya obrak-abrik, hah?"

———

Spam "Avram" for next chapter

Spam apa aja di sini sebanyak mungkin

250 komen dan 115 vote aku update

Tbc ya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top