4. Jemput Bareng

Guys, apa kabar?

Jam berapa kalian baca ini?

Yuk isi komentar di setiap paragrafnya🥰

Di part ini kalian bakal tau sedikit tentang Avram xixiix

Terima kasih, ya, atas komen dan antusiasnya. Aku nulis karena pengen lupain tugas magang sejenak, pusing euy xixixi

Berani sebut gak siapa first love kalian?

Happy reading😍

"Avram, lo yakin mau deketin Kiara walaupun lo gak ada perasaan sama dia?" tanya Andro—teman se-geng Avram di Conal.

Btw, mereka sekarang lagi ada di markas Conal. Kalau ke sini, pasti mereka pakai jaket kulit hitam yang di punggung jaketnya berisi tulisan "Conal" dan logonya serigala.

Oh, iya. Avram sebenarnya akan dijadikan ketua melalui pemilihan suara ketua geng di Conal. Hanya saja, dia tak mau karena dirinya sibuk di HMJ waktu itu. Selain itu, ia juga takut geng ini diincar oleh musuh Ayahnya kalau dia menjadi ketua. Jadi, ketua di sini itu si Andro, dan wakilnya Dimas.

Mereka tuh satu kampus, cuma beda jurusan, jadinya jarang ketemu di kampus karena sibuk sama jurusan masing-masing. Paling sempat kalau ketemu di kantin, itu pun kalau samaan jam istirahatnya.

"Kenapa lo nyangka gue gak ada perasaan ke Kiara?" Avram malah bertanya balik.

"Buktinya lo kelihatan santai aja pas Arjuna jalan sama Kiara," ungkap Andro.

Senyuman miring terpatri di wajah Avram. "Selamat berspekulasi."

"Mau sampe kapan lo mau deketin Kiara, tapi belum gerak juga? Nanti diembat orang. Manfaatin kesempatan mumpung dia putus. Apalagi, lo sampe rela bestie-an sama dua cewek dari kelas Kiara. Siapa, sih, itu namanya? Jujurly, gue lupa." Kini giliran Dimas yang buka suara.

"Sheila sama Mita," jawab Avram.

Dimas menjentikkan jari. "Nah, itu."

"Gue awalnya sahabatan sama mereka karena pengen tau info tentang Kiara, tapi lama-lama gue seneng sahabatan sama mereka, gak fake dan apa adanya. Gue juga udah ngaku, tapi mereka santai aja," jelas Avram.

"Lo kelihatannya obsessed banget sama Kiara. Lo deketin dia karena pengen hancurin Arjuna apa gimana?" tanya Dimas.

"Nanti juga lo bakal tau," jawab Avram.

"Aih, sok misterius lo," decak Andro.

Avram mengeluarkan sekotak rokok Sampoerna dan korek gas dari kantong jaketnya. "Daripada kalian nebak-nebak, mending kita nyebat," ujarnya sembari menyodorkan kedua benda tersebut pada mereka.

"Pengalihan isu lo," sahut Dimas, lalu mengambil sebatang rokok dari kotak itu.

***

Dian mengirim video.

Dian: Ini video lo sama Kiara.

Arjuna: Anjing, mantep banget, Cuy. Walaupun mata gue sama Kiara ditutup, tapi tetep terasa nikmatnya🥵

Dian: Kapan lo mau gituan sama gue?

Arjuna: Kapan aja bisa, asal lo siap gak bisa jalan🤪

Dian: Jadi makin gak sabar😋

Arjuna: Habis pulang ngampus mau gak? Tapi, kita booking hotel dulu, soalnya Bokap lagi ada di rumah

Dian: Gaskeun! Di mana aja gue mau, bahkan di semak-semak sekalipun gue gas asalkan sama lo

Arjuna: Good girl. See u soon, Baby🥰

Dian: 🥰🥰🥰

***

Sore ini, awan begitu gelap di langit, rintik hujan membasahi bumi. Setiap kali melihat hujan, Kiara merasa tenang, seolah lupa dengan masalah yang ia hadapi. Kejadian di luar ekspektasinya membuatnya terus terbayang.

"Kamu putus sama Arjuna?" tanya Mely turut duduk di samping Kiara.

Kiara mengerut dahi. "Mama tau dari mana?"

"Papamu tadi nelpon Mama, beliau bilang gitu," jawab Mely.

Kiara menghela napas sejenak. Ia paling tak suka kalau orang tuanya tahu masalah pribadinya. "Ya ampun, pasti Avram yang ngasih tau."

"Kenapa bisa kepikiran Avram?" Mely menatap heran cewek itu.

"Dia doang temen di kampusku yang kenal baik sama Papa," jawab Kiara.

Mely mengangguk paham. "Oh, begitu ...," jawabnya. "Oh, iya, Kiara, Papa nanti pulang malam, terus mobilnya lagi diservis di bengkel. Boleh minta tolong jemput Papa? Mama gak bisa jemput, soalnya ada order-an dari toko kue. Kalo perlu, minta bantuan Avram aja biar kamu gak keluar sendirian."

"Masalahnya, motorku gak ada di rumah ...."

"Udah ada, kok. Lihat aja di halaman depan."

Pernyataan itu membuat Kiara terkejut. "Hah? Siapa yang bawain ke sini?"

"Dian," jawab Mely.

Sumpah, Kiara benar-benar tak mengerti akan jalan pikiran Dian. "O-oh, gitu ...."

"Kenapa gagap?" Mata Mely memicing tajam.

Kiara menggeleng cepat. "Gapapa." Ia berdeham guna menetralkan suasana. "Ya udah, nanti aku jemput Papa naik motor."

"Jangan naik motor, bahaya. Mending sama Avram," saran Mely.

"Gak mau, ah. Aku aja jarang ngobrol," tolak Kiara.

"Nanti Mama yang menghubungi Avram supaya menjemput kamu." Mely tetap kekeh pada statement-nya.

"Aduh, gak mau!" seru Kiara.

"Kiara, jangan membangkang," peringat Mely.

"Huft ... baiklah!" Kiara terdengar tak ikhlas mengucapkannya.

***

Kiara kini tengah diam di depan cermin guna memakai make up. Kali ini dia pakai liptint sama bedak saja supaya mukanya terlihat lebih fresh.

Saat hendak mengambil kuas make up, ponselnya bergetar di atas nakas. Oleh karena itu, tangannya bergerak mengambil benda pipih itu. Ia menatap layar ponsel, ada notifikasi Whatsapp dari Avram.

Avram: Kiara, sorry ganggu. Kalo lo udah siap berangkat, chat gue, ya.

Kiara: Hm, ok.

Avram: Jangan dandan, nanti lama.

Kiara: Belum nikah udah ngatur gue

Avram: Hah?

Kiara: G jd.

Kiara langsung menaruh ponselnya di atas nakas. "Gue tampol juga lama-lama pake palu, sok banget ngatur-ngatur," dumelnya.

"Kiara, Avram udah nungguin kamu di depan!" teriak Mely dari lantai bawah.

"Iya, Ma!" seru Kiara.

Kiara langsung mengambil sling bag-nya di atas ranjang, lalu menyisir sedikit rambutnya pakai tangan. Setelah dirasa siap, ia cepat-cepat turun ke lantai bawah guna menemui Avram.

Sesampainya di bawah, ia melihat Avram bersama Mely sedang duduk di sofa panjang yang ada di ruang tengah.

"Aku pamit dulu, Ma," ujar Kiara menyalim tangan Mely.

Mely mengangguk. "Hati-hati, Nak."

Avram berdiri dari sofa. "Tante, saya juga pamit kalau begitu," ungkapnya sembari menyalim tangan Mely.

"Titip anak Tante, ya, Avram," balas Mely tersenyum tipis.

Avram mengangguk. "Siap, Tante." Ia kembali berujar, "Mari, Tante."

Setelah sampai di halaman rumah, Avram berdecak malas pada Kiara. "Lama banget."

Kiara jadi manyun karena ucapan Avram. "Okay, I'm sorry for what I did. So, can we go now?"

Avram membuka pintu untuk Kiara. "Let's take my ride."

Kiara tersenyum. "Thanks."

Avram hanya mengangguk, lalu ia masuk ke mobil. "Jangan lupa pake sabuk pengaman," katanya hendak memakaikan Kiara seat belt.

Kiara mengambil sabuk pengaman dari tangan Avram. "Gue bisa pake sendiri."

"Oh, okay," jawab Avram, kemudian menjalankan mobilnya.

Untuk beberapa saat, tak ada satupun yang memecah keheningan, mereka fokus dengan aktivitas masing-masing.

"Avram." Kiara memecah keheningan di antara mereka.

"Hm?" sahut Avram sembari fokus mengemudi.

Kiara menggigit bibirnya sejenak, kedua tangan gadis itu meremat tali sling bag. "Maaf tadi gue jutek, gue gak bermaksud gitu."

Avram tertawa tipis. "Iya, gapapa. Gue ngerti gimana perasaan lo setelah kejadian itu."

Kiara mengangguk. Setelah itu, kedua mata sang gadis terpejam menuju alam mimpi.

***

Setelah tiga puluh menit perjalanan, mereka akhirnya sampai di parkiran kantor aplikasi kumpulan online shop. Fyi, Krisna di sini menjabat sebagai HRD.

Avram melepas seat belt, kemudian menengok ke arah Kiara. Kiara terlihat begitu cantik di mata cowok itu, tangannya ingin sekali mengelus pahatan indah yang diciptakan oleh Tuhan. Namun, ia masih punya etika untuk tak mengelus wajah sembarangan. "Kiara, kita udah sampai."

Kiara perlahan membuka mata, lalu menengok ke arah luar. "Iya," ujarnya. "Sorry, gue ketiduran."

Avram tersenyum tipis. "Santai aja." Lelaki itu keluar dari mobil, lalu membuka pintu mobil untuk Kiara. "Ayo."

Kiara mengangguk.

Mereka kini berjalan beriringan ke dalam kantor. Ketika menginjakkan kaki di sana, seorang Office Boy ber-name tag Supriyatno. menghampirinya. "Wah, Kiara tumben ke sini. Itu, teh, kamu sama siapa? Sama pacar?"

Avram hanya tersenyum mendengar ucapan Supriyatno.

"Oh, bukan. Dia temen kampus aku," jawab Kiara tertawa tipis.

"Berawal dari temen, lama-lama jadi demen, ya, Neng," balas Supriyatno sembari menaikkan kedua alisnya bergantian.

"Apaan, sih, Pak," elak Kiara.

Supriyatno tertawa tipis. "Ya udah, Neng, kalo gitu Bapak buat kopi dulu, ya."

"Siap, Pak," jawab Kiara.

Kiara dan Avram kemudian ke meja resepsionis guna menanyakan Krisna.

"Mbak, tadi Pak Krisna sudah bilang ke saya kalau kamu mau jemput beliau, kamu tinggal masuk saja ke ruangannya," ucap resepsionis perempuan itu dengan ramah.

"Baik, Mbak. Terima kasih," jawab Kiara tersenyum ramah.

Kedua sejoli itu lalu berjalan ke lift, lalu menekan tombol nomor empat puluh tiga untuk menuju ruangan Krisna. Sesampainya di sana, mereka masuk ke dalamnya.

"Akhirnya kalian datang juga. Kalian gak kena macet?" tanya Krisna.

"Kena macet bentar, sih, Om," jawab Avram.

"Maaf, ya, Avram kalau saya merepotkan kamu," ujar Krisna merasa tak enak hati.

Avram tersenyum tenang. "Iya, gapapa, Om. Lagipula, ini musim hujan, terlalu beresiko kalau bawa motor."

Krisna mengangguk paham. "Oh, iya, Vram. Kamu ikut saja makan malam di rumah saya, sekalian mau ngobrol tentang Papa kamu."

"Waduh, saya gak enak makan di rumah Om, saya nanti masak sendiri saja."

"Nggak usah, Avram. Makan di rumah saya saja, Tante Mely juga sengaja masak banyak biar kamu makan di rumah saya." Krisna tetap memaksa lelaki itu agar makan di rumahnya.

"Rejeki jangan ditolak," celetuk Kiara.

Senyuman tipis ia berikan pada cewek itu. "Iya, Kiara."

***

Di meja makan terdapat ayam mentega, cap cay dan fuyung hai sebagai lauk pauk, dan sebakul nasi sebagai makanan utama. Terlihat mereka makan lahap. Masakan Mely memang tak pernah mengecewakan.

"Kamu tadi bilang bisa masak sendiri. Kamu sejak kapan bisa masak?" tanya Krisna menaruh garpu dan sendok di atas piring.

"Sejak Mama meninggal," jawab Avram.

"Sorry, Avram ...." Krisna merasa tak enak hati.

Avram tertawa renyah. "Santai aja, Om."

"Kapan-kapan boleh, dong, masakin kami," celetuk Mely.

"Wah, boleh banget, Tante. Besok, deh. Gimana? Soalnya aku free besok sama sekalian mau bawain Papa makanan," jawab Avram.

Di sisi lain, Kiara mengamati percakapan mereka. Ia kini sedikit tahu tentang Avram karena selama ini ia sekedar kenal Avram di HMJ.

"Kami ikut jenguk Papa kamu boleh? Nanti giliran-giliran, deh, biar semua bisa jenguk," ungkap Krisna.

"Oh, boleh, Om. Papa pasti seneng dikunjungi sama temen satu-satunya yang bertahan di saat yang lain pada percaya sama isu itu."

"Kamu tenang aja, Avram. Om pasti bakal selalu ada buat Papa kamu."

Ting.

Ada notifikasi email dari seseorang tak dikenal. Oleh karena itu, Krisna mengambil ponselnya di atas nakas, lalu mengecek isi pesan tersebut.

From: [email protected]
To: [email protected]

This person has sent a video.

Kalau kamu ingin video ini tidak disebar, bayar 1 Milyar sebagai tebusan.

————

Video apa ya itu?🌚

Spam "Kiara" for next chapter

Avram atau Arjuna?

Lebih suka Matematika atau Bahasa Inggris?

Tbc

100 vote dan 200 komen aku update yaa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top