24. Babak Belur
Happy valentine semuanya xixix. Kalian ngerayain valentine sama pacar atau sendiri?
Nih, hadiah valentine dari aku
Coklat anti mainstream itu guis, enak bgt!😍🤩
Foto di atas sih bukan kelakuanku banget yaa, tapi kelakuan kalian☺️😆😁🤩
Jangan lupa vomment yaa. 100 vote dan 110 komen aku update
Happy reading!❤️
"Klise amat kayak wattpad, yang anti mainstream, dong, perjodohannya!" seru Andro.
Dimas cengengesan. "Gue juga cuma halu tadi."
Andro menoyor kepala Dimas. "Bangsat, prik banget!"
Dimas menoyor balik kepala Andro. "Diam lo, Android!"
Kiara tertawa kecil melihat perseteruan mereka. "Makan dulu rotinya, setengah jam lagi kelas mau mulai."
"Makasih, Ayang Rara," tutur Dimas mengedipkan sebelah mata pada Kiara.
Kiara hanya terkekeh kecil, ia paham Dimas hanya bercanda untuk menggoda Avram.
"Gue cambuk lo pake sabuk!" ancam Avram.
"Ah, harder, Daddy! Cambuk gue, dong."
"Sinting."
***
Sore ini rapat kepanitiaan segera dimulai, Avram dan Kiara sudah stay setengah jam lebih awal di lokasi agar tidak telat.
Sedari tadi Avram berbincang dengan Deni, ia mau mengimplementasikan ucapan Kiara yang menyuruhnya harus berbaur, jangan berdua terus dengannya. Topik mereka random, mulai dari kuliah online, sampai dengan melonjaknya kasus corona di Indonesia.
"Selamat sore, temen-temen. Gue di sini mau menegaskan, tadi dari pihak kaprodi WA gue, katanya kita gak boleh ngadain kepanitiaan secara offline. Untung aja kita belum cari sponsor dan lain sebagainya, jadinya kita batalin aja proker ini ke tahun depan." Deni mengumumkan.
"Yah, sayang banget ...," ujar orang lainnya.
Avram mencebik kesal. "Baru aja aku satu divisi sama kamu, Ra."
"Iya, gapapa, Avram. Kapan-kapan kita bisa satu divisi lagi, kok." Kiara berusaha menenangkan Avram, padahal ia tak yakin kalau mereka akan dapat satu divisi lagi.
"Gue cuma mau bilang itu aja. Jangan lupa jaga kesehatan, Guys, corona lagi merajalela. Selagi bisa di rumah, mending diem di rumah aja, ya," ungkap Deni.
"Siap, Pak Ketua!" seru semuanya serempak.
"Sebelum kita pulang, mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai."
Para hadirin di forum kali ini menundukkan kepala sejenak, berdoa kepada Tuhan agar semuanya berjalan dengan lancar.
"Berdoa selesai," ungkap Deni mendongakkan kepala.
Semua pada membubarkan diri satu per satu, tak lupa berpamitan pada sang ketua, termasuk Avram. "Gue pulang duluan, Den." Cowok itu tos ala para lelaki.
"Siap, Avram. Hati-hati, apalagi lo bawa cewek," peringat Deni.
Avram tersenyum penuh arti. "Lo gak perlu khawatir, cewek gue pasti gue jaga," jawab Avram.
"Pulang duluan, ya, Deni," pamit Kiara kepada Deni.
Deni mengangguk. "Hati-hati, Ra."
Perlahan, kedua sejoli tersebut pergi, membuat Deni menatap punggung mereka yang kian menjauh. Ia mengambil benda pipih berlogo apel di saku celana jeans. "Semuanya aman, Om."
"...."
"Siap."
***
Suasana jalanan tampak ramai lancar, masih ada beberapa kampus, sekolah dan kantor yang mewajibkan tatap muka, padahal angka corona sudah mulai naik. Kiara dan Avram kini berhenti di lampu merah, sesekali sembari cerita banyak hal, salah satunya hubungan Sheila dan Andro. Seperti biasa, cowok itu selalu memegang tangan Kiara sampai berkeringat.
Cowok itu memang sangat clingy dan posesif, jadi semua permintaannya harus dituruti selagi permintaannya masuk akal.
"Andro sama Dimas masih di rumah, By?" tanya Kiara.
"Masih, kok. Tadi mereka chat di grup. Palingan mereka pulang malam atau nginep. Andro juga udah ijin ke Mamanya," tutur lelaki itu.
Kiara mengangguk paham. "Andro kayaknya tipe cowok yang sayang Mama, ya."
"Dia emang sayang banget sama Mamanya, Ra. Kalo Sheila jadi sama Andro, pasti Sheila bakal disayang banget sama dia."
"Semoga aja gitu," ungkap Kiara. "Tapi ... kayaknya Sheila cuma main-main, kayak iseng aja gitu, gak serius sama Andro."
"Aku juga ngerasa gitu, sih, Ra. Andro kayaknya excited mulu tiap denger nama Sheila. Aku takutnya Andro sakit hati pas tau Sheila main-main sama dia, apalagi Sheila kelihatan panik dan agak risih pas denger nama Andro. Gak tau karena salting apa gimana."
"Tapi, Andro emang serius sayang Sheila? Kecepetan gak, sih?" tanya Kiara bertubi-tubi. Ia mau kedua temannya bahagia, tak ada yang tersakiti karena sampai sekarang perasaan Sheila pada Andro tidak jelas. Ingin rasanya cewek itu bertanya, tapi takut ikut campur urusan asmara orang.
"Hm ... cepet banget emang. Kalo dari skala satu sampai sepuluh, perasaan dia baru di enam, sedangkan Sheila cuma dua."
"Kasian banget ...." Kiara merasa iba.
Avram hanya tersenyum tipis. Selanjutnya, ia menaikkan alis pada Kiara. "Kalo skala sayang kamu ke aku berapa, Ra?" tanyanya.
"Unlimited!" seru Kiara tersenyum cerah.
Avram semakin gemas dengan kekasihnya. Ia mencubit pipi kanan gadis itu. "Lucu banget."
Kiara mengerut bingung. "Lucu apanya? Aku gak ngelawak."
Avram menghela napas panjang. Pacarnya memang kurang berpengalaman dalam pacaran. Jadi, dia maklum saja Kiara tak mengerti hal romantis seperti ini. "Maksudnya aku gemes kamu bilang perasaan sayang kamu ke aku unlimited. Kan, jadi makin sayang."
Kiara mengangguk paham. "Oh, gitu ...."
"Kamu masalah ginian rada lemot, ya, Ra."
Perempuan itu memajukan mulut—memukul lengan Avram sambil berseru, "Ish, dasar beruk! Bisanya ngejek aja!"
"Kalo aku beruk, kamu monyet, ya!" ejek Avram.
"Enggak, lah! Aku mah cantik," seru Kiara tak terima.
"Iyalah cantik, mau kamu rambut acak-acakan juga tetep cantik di mataku."
"Kok, aku digombalin, sih? Tadi, kan, kamu ngejek aku!"
"Biar kamu baper," cetus Avram.
"Tapi, aku gak baper, wle!" Kiara berujar sembari menjulurkan lidah—mengejek sang kekasih.
Avram tertawa penuh arti, tangan kirinya beralih ke paha Kiara, mengelus pelan sembari menatap lamat-lamat gadis itu. "Hm, gak baper, ya?"
Kiara seketika terdiam. Darahnya berdesir, seolah ada aliran listrik di dalam tubuhnya. Sungguh, debaran jantung gadis itu semakin terpacu kencang, tak kuasa menahan kupu-kupu yang dengan lancang beterbangan di perutnya.
Avram tersenyum puas "Kenapa diem, huh?"
"Perutku mendadak geli ...."
Avram menjulurkan tangannya ke perut Kiara. "Mau aku bikin tambah geli?"
Baru saja Avram hendak memegang perut Kiara, cewek itu langsung berteriak, "Lampu hijau, Vram!"
Avram menarik tangannya, lalu menjalankan mobil. Tak lupa tangan kirinya kembali memegang tangan Kiara. "Santai, Ra. Aku gak bakal macem-macem sama kamu. Anggaplah sisi paling liarku cuma cium bibir sama naruh tangan di paha," ungkapnya. "Kamu gak keberatan, 'kan?"
"Enggak, kok. Aku cuma belum terbiasa aja, bahkan aku nonton adegan kissing di drama aja nutup mata pake dua tangan, tapi ujung-ujungnya ngintip."
Avram terkekeh kecil. "Pantesan kalo kita ciuman kamu merem."
"Ya aneh lah kalo gak tutup mata, wajahmu jadi kelihatan deket banget kayak pake efek cermin cembung."
"Selain itu, kamu juga nikmatin ciuman dari aku, kan, makanya kamu merem?"
"Udah, ah! Jangan ngomongin itu mulu!"
"Kenapa?"
"Aneh aja, gak terbiasa sama topik gini."
"Jelaslah! Kamu aja sukanya baca buku, pokoknya belajar mulu," ujar Avram.
"Gak juga, Vram. Aku kadang suka baca wattpad," balas Kiara.
"Harusnya kamu ngerti, dong, tentang ciuman dan hal-hal dua satu plus?"
"Kalo secara teori aku paham, tapi pas dipraktekin, kok, bikin deg-degan, seneng, ketagihan. Pokoknya campur aduk, deh!" Kiara sadar dirinya terlalu terbuka tentang 'gituan' dengan Avram, takutnya cowok itu ilfeel. "Maaf, ya, Vram, aku blak-blakan."
"Gapapa, Ra. Aku malah seneng kamu terbuka tentang hal ginian sama aku. Santai aja. Toh, aku gak bakal bocorin ke siapa-siapa."
"Okelah ..." Kiara bernapas lega. "Tapi, Vram, aku kepo, deh, sama club malam. Emang bener, ya, ada orang ciuman di depan umum gitu?" tanya Kiara.
"Ada, Ra." Avram mengangguk mantap. "Jangankan di club, di bar aja ada, tapi agak jarang, sih."
"Oh, gitu ...."
"Kenapa, Rara? Kamu pengin main ke club?"
"Enggak, sih. Aku malah penginnya ke bar, kayaknya seru ada musik jedag-jedug sambil makan gitu."
"Yeu, kalo mau nyari musik jedag-jedug sambil makan mah mending kamu makan sambil puter musik jedag-jedug di tiktok," komentar Avram.
Kiara berdecak malas. "Beda, lah, Avram!"
"Kapan-kapan aku ajak kamu ke sana, ya, pas liburan semester. Sekalian aja liburan ke Bali nemuin Mama Papa kamu."
"Semoga situasi semakin membaik, ya. Soalnya aneh aja akhir-akhir ini Om Mahardika gak ngapa-ngapain kita sejak orang tuaku ke Bali. Aku takut dia nyusun rencana baru."
Drrt.
Getaran benda pipih milik Kiara terasa di tas selempang kecilnya, membuat tangannya tergerak guna mengambil ponsel itu. Ia menatap layar ponsel, rupanya ada panggilan masuk dari Mita.
"Halo."
"Ra, cepetan kalian pulang, Arjuna babak belur."
"Hah?"
————————————-
Jiahhh, maap yaa aku gantungin dulu xixixi😝
Nah, loh. Kalian ngerayain valentine apa engga? Nanti ditenggelemin sama Bu Susi🙏🤣
SPAM "AVRAM" FOR NEXT CHAPTER🔥
SPAM "KIARA" FOR NEXT CHAPTER🔥
Tbc❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top