23. Breakfast

Halo guys, maaf telat update, kemarin aku sibuk bantuin urusin nikah sodara xixixi

Btw, kalian pernah liburan ke mana aja?

Ada gak tempat wisata yg menurut kalian bagus, tapi jarang dikunjungi orang?

Kalian bisa bawa motor atau engga?

Tolong rekomendasi film dong guis xixixi

Happy reading!❤️

Baru saja Avram menyingkirkan pelan kepala Kiara, cewek itu sudah memeluk perut Avram. "Avram, kamu mau ke mana?"

"Eh, udah bangun. Kamu mau tidur di sini atau ke kamar kamu?" tanya Avram.

Kiara perlahan bangun dari paha Avram. Setelah itu, ia memeluk cowok itu dari samping. "Ke kamar aku ...."

Avram bangkit dari tempat tidur. "Ayo ke sana."

Kiara mencebik gemas, merentangkan kedua tangan. "Gendong ...."

Avram senang melihat Kiara manja, biasanya dirinya yang manja. Ia mengacak gemas rambut cewek itu. "Tumben Rara-ku manja gini," ujarnya. "Berdiri di atas kasur." Avram membelakangi Kiara, bersiap untuk menggendong pacarnya.

Kiara menurut saja. Perlahan, ia menaikkan kedua kaki di atas kasur, lalu melompat ke punggung Avram.

"Good girl," jawab Avram. Cowok itu membuka pintu kamarnya dengan tangan kanan, lalu menutupnya kembali. Langkah demi langkah lelaki itu tapaki guna ke kamar Kiara. Letak kamarnya bersebelahan dengan Avram.

Sesampainya di sana, ia membuka pintu kamar Kiara, setelah itu menurunkan sang puan di kasur empuk dengan hati-hati. Avram berbalik badan guna menatap kekasihnya.

Kiara memeluk sebentar perut Avram. "Good night, Avram. Jangan lupa sarapan sebelum kuliah online, besok aku buatin roti bakar."

Avram membalas pelukan Kiara, mengelus punggung perempuan tersebut agar merasa nyaman. "Iya, Sayang." Kecupan hangat ia daratkan di kening Kiara. "Tidur yang nyenyak, Rara. Kalo ada apa-apa panggil aku, yaa."

Kiara hanya menggumam sembari mengangguk. Kedua tangan cewek itu melepas pelukannya di perut Avram, kemudian ia merebahkan tubuh di kasur—tak kuasa menahan rasa kantuk.

***

INTI GENG CONAL (3)

Avram: Lo berdua mau gak ke rumah gue? Sheila sama Mita tinggal di rumah gue

Andro: Hah? Serius lo? @Avram

Avram: Duarius malahan. Sini kuliah online di rumah gue

Dimas: Buset, semangat amat lo, Andro🤣 @Andro

Andro: B aja keles.

***

Mentari sudah menampakkan sinar, pertanda hari sudah pagi. Pada pukul setengah tujuh pagi ini, Kiara sudah bangun guna membuat roti bakar untuk semua yang tinggal di rumah ini. Para bodyguard tadi juga ia sudah buatkan kopi, mereka sekarang berjaga di depan rumah sembari minum kopi dan biskuit.

Di sisi lain, Sheila dan Mita melihat Kiara sedang memasak roti bakar. Mereka baru saja datang dari gudang guna mengambil sapu, lap meja dan serok. Kedua gadis itu tahu diri bahwa tinggal di rumah orang setidaknya harus membersihkan rumah, apalagi dapat tumpangan gratis.

"Widih, udah bangun aja, Ra," ujar Sheila sembari menyapu lantai.

"Iya, nih. Mau masakkin roti bakar buat Avram. Kalian mau gak?" tawar Kiara, mengoleskan selai nuttela ke roti yang akan ia panggang.

Mita yang tadinya mengelap meja seketika menghentikan gerakannya. Ia mengangguk. "Boleh, Ra. Makasih, yaa."

Kiara hanya mengangguk, menarik tipis kedua sudut bibirnya. Ia kembali melanjutkan aktivitasnya membuat roti bakar.

"Habis kuliah lo rapat panitia, ya?" tanya Mita.

"Iya, Ta. Kenapa?" sahut Kiara.

"Hati-hati, ya, corona udah mulai naik. Inget pake masker." Mita memang khawatir Kiara kena corona, namun sebenarnya ia lebih khawatir akan serangan Mahardika yang bisa datang kapan saja.

"Iyaa, santuy," jawab Kiara mengangguk.

Avram baru saja bangun, itu pun karena mencium bau roti bakar. Jadi, dia datang ke dapur guna menemui kekasihnya. Ia memeluk pinggang Kiara dari belakang, menaruh dagu di ceruk leher perempuan tersebut. "Good morning, Rara."

Kiara mematikan kompor, memindahkan roti bakar ke atas piring. Ia berbalik badan guna menghadap ke Avram. "Halo, Ayanggg. Harum banget, deh. Habis sikat gigi, ya? Bau mint-nya enak banget."

Sheila dan Mita saling lirik seraya tersenyum penuh arti, lalu kembali melakukan aktivitas masing-masing.

"Tumben manggil aku ayang. Mau aku cium?" Avram memajukan mulut.

"Cium mulu, ih!" Kiara menjauhkan wajah Avram dengan tangan. Ia mengambil roti bakar di samping kompor. "Ini roti bakar kamu, Vram. Tolong kasih punya Sheila sama Mita juga."

"Iya, Ra," jawab Avram. "Kamu udah selesai buat roti bakar, 'kan?" tanyanya.

Kiara mengangguk, lalu mengambil lap di samping kompor untuk membersihkan kompor. Ia berjalan di belakang Avram ke meja makan. Cowok itu menaruh roti bakar di atas meja makan. Mereka kini duduk berdampingan.

"Ayo, duduk," ajak Avram pada Sheila dan Mita.

Mereka menghentikan aktivitasnya, kemudian melangkahkan kaki ke meja makan. Mereka duduk di hadapan dua sejoli itu.

"Avram, lo akhir-akhir ini gak pernah sama Andro dan Dimas, deh." Sheila membuka pembicaraan.

"Gue udah semester tiga, jadi banyak tugas, belum lagi gue ikut kepanitiaan. Jadinya jarang ketemu. Kenapa lo nanyain mereka? Pasti mau ketemu Andro, 'kan?"

Sheila menggeleng. "Kagak, cuma nanya doang."

"Nanti gue suruh Andro ke sini."

"Hah? Ngapain?" tanya Sheila terbelalak.

Avram tersenyum penuh arti. "Kenapa lo kaget gitu?"

"Gapapa, sih ...."

"Ya udah, santai kalo gitu."

"Permisi!" Terdengar suara dari luar rumah Avram saat mereka lagi berbincang.

"Woi, Avram!"

"Nah, kan. Baru aja gue omongin orangnya, eh udah dateng," ujar Avram pada Sheila. "Lo bukain, gih, Shei. Gue mau bantuin Kiara beresin dapur."

"Ta—"

"Ayo, Shei. Sana, gih." Kini Mita yang bicara.

Sheila berdecak sebal. "Ish, Mita! Lo bukannya dukung gue!"

"Nyet, gue dukung lo ini. Dukung lo jadi pacar Andro," ungkap Mita.

"Gaje," ketus Sheila, tapi akhirnya ia pergi ke depan pintu guna membukakan pintu.

Benar saja, di sana ada Andro dan Dimas sedang berdiri di depan pintu.

"Hai, Sheila. Kata Avram, lo tinggal di sini, ya?" tanya Andro tersenyum ramah.

"Iya, Andro. Masuk, yuk," ajaknya pada Andro.

"Gue gak disuruh masuk?" tanya Dimas mencebik kesal dengan ekspresi yang dibuat-buat.

Sheila tertawa tipis. "Iya, lo juga, Dimas."

"Makasih, Sheila," respon Dimas.

"Buset, akhirnya lo datang juga. Duduk dulu, gue sama Kiara udah masakkin lo roti bakar," kata Avram, memberi kedua roti bakar itu pada Andro dan Dimas. "Kalo mau ambil minum, seperti biasa, ambil aja sendiri."

"Lagak lo kayak suami istri aja pake masak bareng," cibir Dimas.

"Gue anggap ucapan lo doa kalo gue udah siap nikah," jawab Avram melirik Kiara. Respon gadis itu hanya tersenyum.

"Amin," timpal Andro.

Dimas mengunyah roti bakar itu, lalu menaruhnya kembali di piring. Ia berkata pada Avram, "Dua orang di luar itu bodyguard lo?"

"Iye."

Dimas mengangguk paham. "Mantep banget temen gue, kayak artis aja lo pake bodyguard."

Di sela pembicaraan mereka, Andro malah memperhatikan gerak-gerik Sheila, membuat cewek itu sedikit salah tingkah, bahkan mau mengambil roti untuk dimakan, malah piringnya yang digigit. Hal itu membuat Andro terkekeh kecil, merasa gemas dengan tingkah Sheila.

Syukur saja hanya Kiara dan Andro yang tahu tingkah konyol Sheila, jadinya tidak ditertawakan oleh semua penghuni meja makan pagi ini.

"Kalo bapaknya Arjuna yang tolol itu gak ganggu terus, gue gak bakal pake bodyguard." Avram mulai emosi, namun Kiara mengelus bahunya, membuat cowok itu mulai tenang.

"Anjing emang. Sekali-sekali ajak Arjuna ke sini, Bro. Gue pengen tau ae beneran gak dia bantuin lo," sergah Dimas.

"Dia kemarin udah ke sini," tutur Avram.

"Ajak aja lagi ke sini." Dimas tampaknya bersemangat untuk menemui Arjuna. Apakah selama ini sebenarnya ia mencintai Arjuna?

Andro menatap aneh cowok itu. "Dih? Lo ngebet banget bawa dia ke sini mentang-mentang lo gak punya gebetan."

"Yeu, gue mah mau dijodohin sama Papa, katanya temen bisnisnya."

——————————-

Setelah cerita ini tamat, aku rencananya mau buat sequel atau spin off gitu. Enaknya cerita;

Sheila-Andro?

Arjuna-Dian?

Atau

Dimas-Mita?

Spam komen "Kiara" for next chapter

Spam komen "Avram" for next chapter

100 komen aku update yaa

Tbc❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top