22. Fight & Love

Halo guys, aku kembali wkwkw

Kalian lebih suka bad boy atau cowok posesif?

Orang tua kalian tau ga kalo kalian baca wattpad?

Lebih suka Matik atau Bahasa Inggris?

100 vote dan 110 komen aku update yaa

Happy reading❤️

"Kamu boleh minta putus, tapi aku jamin kamu gak bisa lupain aku. Kamu boleh naksir sama siapa pun, tapi pada akhirnya aku pelabuhan terakhirmu."

"Kamu biarin aku mutusin kamu gitu aja?" Kiara tadi hanya mengetes Avram.

"Daripada dibilang posesif dan kamu ngerasa dikekang."

"Gak ada perjuangannya sama sekali."

"Kamu nanyain tentang perjuangan? Aku sampe nyusun rencana matang-matang buat hancurin hubungan kamu itu salah satu perjuanganku, Ra. Terus, aku berusaha ngelawan egoku supaya kamu gak ngerasa dikekang kalo pacaran sama aku, makanya aku ngasih kamu mutusin aku. Apa aku masih salah?"

"Kesannya kamu manipulatif, Vram. Kamu mau buat aku merasa bersalah, padahal kamu emang salah buat aku terkekang," tutur gadis itu kecewa kepada Avram.

Avram menghela napas panjang. Ia sadar telah membuat Kiara risih. Padahal, maksud dia nggak kayak gitu. "Oke, aku minta maaf, Ra. Kamu berarti gak serius, kan, pas minta putus?"

Kiara menangkup pipi Avram, mengelus sekujur wajah sang kekasih, membuatnya memejamkan mata—menikmati elusan tangan lembut Kiara. "Gak mungkin aku bisa mutusin orang yang berusaha ngelindungin aku, walaupun caranya rada toxic."

Avram merapatkan tubuh Kiara, menempelkan hidung satu sama lain, sehingga jarak mereka kini hanya lima senti meter. "Berarti kita baikan?"

"Baikan atau balikan?"

"Baikan, Raraaa. Kita belum putus, loh," rengek Avram menjauhkan wajahnya dari Kiara.

Kiara tertawa kecil melihat Avram merengek. Tangannya terulur mengelus surai cowok itu. "Iyaa, kita baikan, Vram. Aku juga minta maaf, ya, udah marah-marah sama kamu. Aku harusnya ngontrol emosi aku."

Avram menaruh kepala di ceruk leher Kiara, menghirupnya guna mendapat ketenangan. "Aku janji, Ra, bakal berusaha buat bahagiain kamu. Serius, aku belum pernah jatuh cinta sedalam ini sama cewek, bahkan first kiss-ku kamu yang ambil."

"Kamu juga yang ambil first kiss-ku!" seru Kiara.

Avram mendongak, menatap kekasihnya. "Kamu, lahhh!"

"Kamu!"

"Kamu atau aku?"

"Kamu."

"Nah, kan, kamu yang duluan."

"Jail banget, deh."

"Ya udah, deh. Kita aja yang sama-sama duluan ngambil first kiss."

"Bisa aja, ih!"

Bibir pria itu sekarang di daun telinga Kiara, membuat hembusan napasnya menerpa telinga gadis itu. "I love you, Kiara," bisiknya.

"I love me too."

Avram mendelik kesal. Kedua tangannya memercikkan air kolam ke wajah Kiara. "Heh, awas aja, ya, kamu!"

Lantas, Kiara berlari menghindari Avram, lalu turut memercikkan air kepada Avram. "Aaaa, tolong!"

Sekarang mereka kejar-kejaran kayak adegan di drama India.

"Rara cemen, wleee!" ledek Avram terus mengejar Kiara.

"Avram jelek kayak beruk borok!"

Akhirnya, Avram berhasil menangkap Kiara, lalu memeluk pinggang gadis itu. "Beruk borok gini yang penting bikin kamu puas."

Kiara mengerut kening. "Puas gimana, heh? Ambigu."

"Bikin kamu puas karena kasih sayang yang aku kasih selama ini, Ra. Pikiranmu udah jorok aja." Avram menyentil dahi Kiara.

Kiara cengengesan. "Hehehe."

Sheila dan Mita sedari tadi mengintip mereka dari pintu kolam renang. Namun, baru sekarang mereka berani masuk ke area tersebut karena melihat kedua sejoli tersebut bertengkar.

"Jiah! Ngapain, tuh, berduaan? Mau buat anak?" tanya Sheila.

"Mulut lo gue sumpel pake sampah!" seru Avram.

"Avram, kebiasaan ngomong kasar," tegur Kiara pada Avram.

"Maaf, Rara ...."

Kiara mengangguk, lalu menggandeng tangan Avram. Cowok itu terkejut tatkala cewek tersebut inisiatif duluan buat gandeng tangan dia, biasanya pasti dirinya duluan yang gandeng tangan Kiara.

Sumpah, dia makin baper, bahkan sampai gigit bibir bawah biar nggak ketahuan kalau dia lagi salah tingkah.

"Bucin banget. Kalo Kiara yang ngasih tau langsung nurut," cibir Sheila menatap Avram.

"Biarin. Emangnya lo gak punya pacar?" ejek Avram.

"Yeu, gini-gini gue jomber!" seru Sheila tersenyum bangga.

"Hah? Lo mau ke Jember?" Avram tampak bingung atau telinganya kurang disedot vacuum cleaner, makanya tak mendengar ucapan Sheila.

Mita dan Kiara saling tatap, lalu tertawa mendengar ucapan Avram. Pria itu kini terlihat seperti orang bego.

"Jomber, woi! Jomblo berkelas!" teriak Sheila agar Avram mendengar ucapannya.

Avram menggeleng heran. "Buset, aneh-aneh aja lo."

Sheila membalas, "Biarin."

"Btw, kalian ngapain ke sini?" tanya Kiara menatap mereka.

"Tadi gue sama Sheila pengen tiduran di tempat tidur kolam renang sambil lihat kolam, eh taunya lihat orang ciuman," jawab Mita.

Kedua retina gadis itu seketika terbelalak. "HAH? LO LIHAT SEMUANYA?"

Avram hanya tersenyum mendengar ucapan mereka. Ia tahu betul kedua sahabatnya pasti suka kepo dan tahu kalau ada kejadian heboh. Namanya tukang gosip pasti jago mencari bahan teh.

Sheila dan Mita jawab serempak, "Iya."

Kiara menengok ke arah Avram—mengguncang tubuh sang kekasih. "Aaaa, aku malu, Vram."

"Aku buat kamu biar tambah malu lagi."

Cup.

Avram mengecup pipi Kiara, membuat kedua pipi sang gadis memerah seperti kepiting rebus. Perutnya terasa geli, seolah ada banyak kupu-kupu beterbangan di perutnya.

Ah, pria itu memang paling jago membuatnya salah tingkah.

"Cieeeee!" ledek Sheila dan Mita melihat ekspresi Kiara.

Kiara menyembunyikan wajahnya di dada Avram. Ia malu dan salah tingkah diledek oleh mereka. Kalau keadaannya hanya ada Avram dan dirinya saat ini tak akan salah tingkah seperti sekarang.

Avram mendekatkan telinganya ke telinga Kiara. "Rara, habis kamu ganti baju, nanti kamu ke kamar aku, ya?"

Kiara agak meremang mendengar suara serak basah yang dikeluarkan Avram. Ia seketika mengangguk seperti anak kecil yang penurut. "Iya."

"Woi, jangan ngelakuin kegiatan malam di kamar, besok kuliah online!" peringat Mita.

"Iye, iye. Kagak mungkin gue ngerusak Kiara."

***

Kiara tadi sudah membersihkan tubuh dan mengeringkan rambutnya yang basah karena ulah Avram. Sesuai janji Kiara tadi, cewek itu sudah di depan pintu kamar Avram guna menemui sang kekasih.

Perlahan, tangan kanan Kiara mengetuk pintu kamar Avram. "Avram, ini aku Rara," ujar cewek itu.

"Masuk aja, Rara. Pintunya gak dikunci!" seru Avram.

Setelah dipersilakan, Kiara masuk ke dalam kamar Avram. Pria itu memakai baju kaos hitam serta celana boxer warna putih. Bulir air menetes dari surai Avram membuat ketampanannya semakin meningkat. Kiara paling suka kalau rambut Avram basah, rasanya ingin menelan ludah karena kagum.

Ia mendaratkan bokong di sisi ranjang lelaki tersebut. Terlihat Avram kebingungan sampai menggaruk kepala menatap laptop yang sudah dialasi meja kecil di atas ranjang. Kedua netra sang puan menatap kekasihnya. "Kamu kutuan, Vram? Kok, garuk rambut terus?"

Avram menggenggam tangan Kiara. "Bukan gitu, Rara! Temenin buat tugas," katanya sembari memajukan mulut.

Lelaki itu memang manja, seperti anak monyet minta susu pada induknya.

"Oke," jawab Kiara, lalu naik ke atas ranjang guna duduk di samping Avram. Kiara menatap soal yang terpampang jelas di layar laptop. "Hm, kayaknya kamu mikir keras. Ada yang kamu bingungin?"

"Maaf, Ra. Sebenernya aku nyuruh kamu ke sini juga biar kamu bantuin aku buat tugas, tapi aku nanya kalo aku bener-bener gak tau, kok." Avram sebenarnya tak enak hati sekaligus insecure karena terlihat lebih bodoh dari Kiara. Dia bangga punya pacar pintar, namun ia malu tak bisa mengimbangi kemampuan Kiara.

Kiara peka bahwa Avram sedih karena tak bisa menjawab soal mata kuliah Hukum Dagang. "Gapapa, Avram. Tanya aja ya kalo kamu gak ngerti, aku bantuin kalo aku bisa."

"Aku malu lebih bodoh dari kamu. Aku seneng banget punya pacar pinter, tapi aku insecure gak bisa imbangi kamu, Ra." Akhirnya Avram mengungkapkan isi hatinya.

"Gak boleh gitu, Avram. Di pelajaran mungkin aku lebih pinter, tapi kalo sehari-hari, kamu lebih cerdas dari aku, Vram. Jujur, aku lebih suka cowok yang cerdas daripada yang pinter. Aku seneng kamu gak gegabah dalam ngambil keputusan, berani bertindak kalo ada yang usik. Sebenernya ini masalah preferensi aja, sih, kalo ada cewek yang lebih suka cowok pinter daripada cerdas ya gapapa."

Avram mulai merasa tenang mengetahui Kiara tak mempermasalahkan tingkat kepintaran otaknya. Ia melumat kilat bibir Kiara. "Makasih banyak, Ra."

Kiara mengusap cepat bibirnya. "Modus."

"Bibir kamu enak. Kamu pake pelembap bibir?" tanya Avram menatap intens benda kenyal itu sembari mengelusnya.

Kiara menelan ludah menahan gugup, baru pertama kali ia memang niat melakukan itu dengan durasi yang cukup lama. Kejadian kemarin dan di kolam renang tadi hanyalah ketidaksengajaan.

Pria itu tertawa tipis melihat Kiara gugup. "Can I taste your lips again, Baby?" Avram bertanya dengan suara serak basah.

"Hm ... boleh ...."

"Come here." Ia menepuk pahanya, membuat kekasihnya naik ke atas sana. Ia kembali menyalurkan kasih sayang di benda kenyal tersebut, memeluk pinggang Kiara agar merasa nyaman.

Aura Avram seketika berbeda dari sebelumnya, seolah tatapan cowok itu mengharuskan Kiara untuk mematuhi semua ucapannya.

"Damn, Babe. Your lips are like wine," ujarnya setelah mengeksplorasi bibir Kiara. "Kiss my lips, Ra," titah Avram penuh damba.

Kiara tak pernah mencium duluan bibir seseorang. Akan tetapi, ia mau melakukannya karena Avram. Semuanya demi ayang.

"Ra, kamu bikin aku gila. Kenapa aku gak pacaran sama kamu dari dulu? Jujur, makin hari aku makin sayang kamu."

Kiara hanya diam, menyimak ucapan selanjutnya dari Avram.

"Temen-temenku banyak yang ragu kalo aku beneran sayang kamu karena mereka ngira kamu bukan tipe aku, mereka ngira aku cuma mau mainin kamu karena tau kamu bakal dijodohin sama aku. Aku emang salah awalnya deketin kamu cuma karena iseng, bukan karena sayang. Pengen tau aja gimana karakter kamu." Avram berkata jujur.

Kiara baru tahu bahwa Avram awalnya iseng mendekatinya. Syukurnya, bukan dia yang baper duluan, jadinya nggak sakit hati.

"Aku gak pernah sebelumnya pacaran sama cewek sepinter kamu, awalnya rada ragu mau deketin karena ngerasa gak selevel. Tapi ... aku udah gak bisa nahan perasaan lagi, Ra. Aku berusaha sok cool pas kamu sama cowok lain, padahal aku cemburu. Aku berani sumpah bakal ngelakuin apa aja biar kamu bahagia, nyawa pun bakal aku korbanin."

Kiara mengerut kening. "Why so sudden?"

"Sebenernya gak tiba-tiba, cuma karena momennya pas aja makanya aku confess."

"Aku juga sebelumnya gak pernah senyaman dan sedeket ini sama cowok, bahkan aku gak berani dipangku gini."

Avram mendorong pelan pinggang Kiara. "O-oh, sorry ...."

Kiara mencegat tangan Avram, mengarahkan jemari lelaki tersebut memeluk pinggangnya lagi. Genggaman tangan Avram sangat pas di pinggangnya, membuatnya nyaman saat dipeluk Avram. "Enggak, bukan gitu maksudku, Vram. Aku percaya sama kamu, makanya aku berani. Kamu gak bakal ngapa-ngapain aku."

Kedua sudut bibir Avram melengkung. Anak rambut yang acak-acakan dirapikan oleh Avram dengan cara menelusupkannya ke telinga. "Kalimat 'i love you' kayaknya udah sering aku ucapin, soalnya aku emang secinta itu sama kamu."

Kiara mengecup kening Avram, membuat pria itu memejamkan mata guna menikmati benda kenyal yang menempel di keningnya. "Rara sayang banget sama Avram."

Tangan Avram terulur mengelus lembut kepala Kiara. "Kamu tiduran di pahaku, Ra. Aku mau ngerjain tugas dulu."

Cewek itu mengangguk, lalu turun dari pangkuan Avram. Ia mengambil bantal di belakang tubuh untuk ia taruh di atas paha sang kekasih. Akhirnya, Kiara merebahkan tubuhnya di sana, menekuk kedua kaki sembari membuka ponsel yang ia ambil dari saku celana tidurnya. "Kamu buka WA di laptop, ya, nanti aku bantu cari jawaban lewat hape."

"Makasih banyak, Rara."

Kiara mengangguk, kemudian melanjutkan pencarian jurnal dan buku untuk sumber jawaban dari soal-soal Avram. Ia membaca dengan seksama jurnal tersebut. Setelah dirasa cocok, ia mengirim link jurnal itu ke Avram. "Avram, aku cuma ngirim link, ya. Nanti kamu cari jawabannya sendiri, biar ngelatih critical thinking kamu juga."

"Iya, Ra. Gapapa. Kalo kamu udah ngantuk, mending tidur aja, nanti aku bawa kamu ke kamar," ujar Avram sembari melihat layar laptop.

"Gak mau, ah. Takutnya aku berat."

Ia menatap Kiara sebentar, lalu mengelus kepalanya. "Enggak, kok, Ra. Santai aja."

"Kamu mau aku buatin roti bakar gak?" tawar Kiara.

"Gak usah, Ra. Aku udah ada cemilan. Kalo kamu mau, ambil aja di lemari bawah meja belajar."

Kiara bangkit dari paha Avram. "Aku minta, ya, Vram."

"Dih, minta-minta!" candanya.

"Nyebelin banget, padahal tadi kamu yang nawarin!"

Setiap berinteraksi dengan Kiara, Avram rasanya ingin tersenyum terus. Sungguh, melihat Kiara saja sudah membuatnya kecanduan, tak perlu repot-repot membeli narkoba supaya kecanduan. "Bercanda, Sayang. Ambil aja, Ra."

"Hm." Kiara berjalan ke meja belajar, ia berjongkok guna mengambil snack tersebut. Ketika ia melihat kresek putih berisi jajanan, ia langsung membawanya ke tempat tidur.

Di ranjang, ia duduk di samping Avram. Cowok itu sempat melirik Kiara, namun kembali fokus membaca jurnal yang kekasihnya berikan.

Kiara membuka snack taro rasa rumput laut. Ia memakan makanan renyah tersebut dengan lahap.

Avram mengalihkan atensi dari laptop. "Suapin, Rara."

Kiara memasukkan satu suap snack pipih ke mulut Avram. Cowok itu senang dimanja oleh Kiara, ia tak tahan tersenyum terus dari tadi.

"Maaci, Ayang," ujarnya tersenyum senang.

"Alay, deh!"

"Demi ayang aku alay," jawab Avram. "Btw, besok jam berapa kamu kuliah online?"

"Jam dua belas, soalnya satu matkul aja, Vram."

"Untung aja tadi Sheila secara gak langsung ngasih tau kalo besok kuliah online, aku lupa lihat ig kampus."

"Yeu, kebanyakan ngebucin, sih!"

"Kamu yang bikin aku bucin, Rara."

***

Jarum jam sudah menunjukkan pukul satu pagi, di saat itu juga Avram sudah menyelesaikan tugasnya. Ia meregangkan sekujur badan sampai bunyi 'kretek' karena kaku.

Bibir Avram terbuka, menyalurkan rada kantuk yang ia tahan sejak tadi. "Akhirnya selesai juga tugas gue." Ia menatap Kiara yang tidur di pahanya. "Rara gue yang paling cantik udah tidur, kayaknya udah nyaman di sini. Mending gue yang ngalah tidur di luar."

Baru saja Avram menyingkirkan pelan kepala Kiara, cewek itu sudah memeluk perut Avram. "Avram, kamu mau ke mana?"

"Eh, udah bangun. Kamu mau tidur di sini atau ke kamar kamu?" tanya Avram.

—————————-

Kalo Kiara minta tidur sama Avram, apakah ada adegan adshsjsjjdjdj?🌚

Spam "Avram" for next chapter

Spam "Kiara" for next chapter

Harapan buat Dian?

Harapan buat Arjuna?

Tbc❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top