16. Step Brother
Nemu cerita ini jalur apa?
Masih mau nunggu cerita ini sampai tamat? Atau kalian baca ini pas udah tamat?
Di tik tok kenapa pada nebak sad end? Mau aku bikin sad end beneran?🤣☺️
Jangan lupa follow:
@ay.riana
@cinderianaxx
@avrambarata
@kiarapradnya
Di sana kita bakal seru-seruan, ada info keseharian kedua sejoli, dan info mengenai cerita ini di akun @cinderianaxx dan @ay.riana
Happy reading❤️
Arjuna:
Lo di mana, Dian?
Setelah melihat notifikasi tersebut, Diam langsung membuka aplikasi Whatsapp, lalu membalas chat cowok itu.
Ngomong-ngomong, mereka kini tengah perjalanan pulang menuju rumah Kiara setelah dari rumah sakit. Posisi duduk mereka Krisna menyetir dan Mely di sampingnya, lalu di belakang ada Kiara, Avram dan Dian. Tadi Avram sudah menawarkan diri untuk menyetir, namun Krisna menolak mentah-mentah.
Dian:
Gue lagi di jalan,
barusan habis dari rumah Kiara.
Arjuna:
Hati-hati, Dian. Gue udah nunggu lo di rumah lo. See u, Baby❤️
Dian:
Hm, oke.
Setelah membalas pesan, ia menaruh ponsel di sling bag hitam. Ia kembali fokus pada pembicaraan tadi, kedua retina tersebut menatap Kiara. "Arjuna nge-chat gue."
"Lo gak bilang kalo ke dokter kandungan?" tanya Kiara penasaran.
Gelengan ia berikan pada Kiara. "Enggak, takutnya dia panik."
"Habis dari rumah Kiara, lo mau ke mana?" Kini Avram yang berbicara.
Atensi cewek tersebut beralih ke Avram. "Ke rumah gue."
Feeling Avram mulai tidak enak. "Arjuna nungguin di sana?" tanyanya.
Dian mengangguk. "Iya ...."
Avram tak habis pikir akan jalan pikiran Dian. Ia khawatir saudaranya kenapa-napa, apalagi Arjuna bukan berasal dari keluarga baik, takutnya Dian hanya dimanfaatkan oleh Arjuna. Tangan kekar tersebut menoyor kepala Dian. "Capek, deh!"
Lantas, mereka termasuk orang tua Kiara terkejut melihat aksi Avram yang tidak sopan. Biasanya, cowok itu berusaha sopan di depan orang yang lebih tua.
Kiara melirik panik ke arah orang tuanya guna melihat ekspresi mereka. Ia takut Papa dan Mamanya tak setuju akan hubungannya dengan Avram karena ini. Ia mengelus bahu Avram. "Avram, sabar ...."
Avram tak menggubris ucapan Kiara, membuat cewek itu sedikit sakit hati, merasa tak dihargai sebagai orang yang menyayangi Avram.
Kiara berdeham guna menetralkan ekspresinya. "Nanti kamu ikut aku anterin Dian ke rumahnya, ya? Sekalian mampir bentar, habis itu kita ke apartemen Sheila," ungkap Kiara pada Avram.
Avram mengerut heran. "Loh? Kan, ada Arjuna."
"Dian sepupu kamu, loh. Masa gak dianterin?" Kiara berusaha sabar.
Avram berdecak malas. "Terus kenapa, Rara?"
Kiara sudah tak mau lagi berdebat dengan Avram, jadi dia jawab, "Hm, gapapa."
Dian tak enak kedua sejoli tersebut bertengkar karenanya. "Sabar banget lo hadapi Avram yang gak mau dengerin lo," ujarnya pada Kiara.
"Biasanya dia mau, kok, dengerin gue. Gue paham dia lagi emosi."
Ting.
Ponsel Kiara bergetar di dalam sling bag. Oleh karena itu, tangan kanan sang puan mengambil benda pipih tersebut di dalamnya. Ia melihat nama Avram di notification bar, lalu membuka chat dari sang kekasih.
Avram:
Kalo kita cuma berduaan, aku udah cium tangan kamu di sini. Sabar banget kamu hadapi aku yang emosian. Maaf, ya, aku sempet gak dengerin kamu :(
Raraa❤️🥺:
Gapapa, Avram, hehehe🥰
Avram:
Kamu marah, ya, sama aku? Aku beneran nyesel tadi gak dengerin kamu :(
Raraa❤️🥺:
Gak marah, kok, cuma dongkol☺️
Avram:
Apa yang bisa aku lakuin supaya kamu gak marah sama aku?
Raraa❤️🥺:
Jangan cuekin aku atau marah-marah depan ortu aku, gak enak dengernya. Maaf kalo terkesan ngatur, aku kayak gini demi kebaikan kamu. Aku takut kalo kamu marah-marah, hubungan kita mendadak gak direstuin.
Avram:
Iya, Rara Sayangggg❤️
"Kenapa pada saling mainin hape? Lagi chat, ya?" Dian berceletuk. Dia heran kenapa kedua sejoli itu main ponsel di mobil, padahal bisa, kan, ngobrol langsung.
"Kepo!" seru Kiara.
"Tau, deh, yang bucin," sindir Dian tersenyum penuh arti.
"Pasti lo gak pernah sayang-sayangan sama Arjuna, ya? Soalnya pacaran gak pake perasaan, HAHAHAHA." Avram mulutnya memang pedas kalau julid, apalagi julidin orang yang menurutnya aneh.
Dian hanya diam. Benar juga ucapan Avram, ia tak pernah merasakan kasih sayang dari Arjuna. Ia tahu kalau cowok itu mengucapkan kalimat manis hanya karena dirinya menjadi teman main.
"Avram julid banget," celetuk Krisna.
"Maaf, Om," jawab Avram.
Kiara mencubit pinggang Avram. Ia tak enak membuat Dian tersinggung, bahkan sampai ditegur oleh orang tuanya.
"Aduh, Avram. Saya jadi bayangin gimana kalo kamu nikah sama Kiara, pasti kamu bakal julidin terus karena Kiara suka molor kalo libur. Habisnya, dia baca buku mulu tiap malem sampai pagi jam dua. Sifat kamu beda banget sama Kiara," ujar Mely.
"Saya dan Kiara memang beda jauh karakternya, tapi saya jamin saya bisa bahagiain dia," balas Avram bersungguh-sungguh.
"Yeu, kalo gak gue bantu lo nikung, gak bakalan lo pacaran sama Kiara," hardik Dian.
"Belum tentu, lah! Kiara aja ternyata udah suka sama gue dari awal masuk HMJ." Avram tak mengakui jasa tikung Dian.
"Tapi, yang suka duluan itu lo, kan?" tanya Dian menaikkan sebelah alisnya.
Avram mengangguk mantap. "Iya, emang."
"Oh, iya. Btw, Kiara, kan, awalnya nerima Arjuna gara-gara mau balas dendam ke keluarganya karena udah bikin Om Derry sama keluarga kita diganggu. Sekarang planning lo apa, Ra?" tanya Dian mengalihkan atensi pada Kiara.
"Ngajak Arjuna kerja sama."
Dian mengangguk paham, lalu menengok ke Avram. "Berarti cuma Avram yang gak percaya sama Arjuna, nih? Semua pada percaya sama dia."
Avram mengangguk.
"Gue gak langsung ajak Arjuna kerja sama, lah. Dia juga belum tentu mau. Makanya, nanti biar Avram yang ngomomg sama dia sambil nyebat." Ucapan Kiara membuat Avram mengerut heran.
"Kok, aku?" tanya Avram.
"Iya, Vram. Sesama cowok ngerti lah ya harus ngomong kayak gimana," tutur gadis berambut panjang tersebut.
Avram mulai tak suka kalau Kiara membicarakan Arjuna, tentang apa pun itu "Males banget harus ngomong empat mata sama dia."
"Please, Avram ...." Kiara menggenggam kedua tangan Avram, menatap penuh harap cowok itu.
"Iya, aku mau," jawab Avram pada akhirnya.
***
"Kalian langsung antar Dian ke rumahnya?" tanya Krisna sesampainya di kediaman keluarganya.
Kiara mengangguk. "Iya."
"Ya udah, kalo gitu hati-hati," tutur Mely.
Cewek itu menaik turunkan kepala. "Siap, Tante," jawab Dian.
"Avram, tolong jaga Kiara baik-baik." Krisna berpesan pada calon mantunya.
"Baik, Om!" seru Avram merapatkan lima jari di pelipis, membentuk tanda hormat.
***
Setelah dua puluh menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah Dian. Rumah cewek itu terdiri dari dua lantai, tapi nggak luas-luas amat. Dia memang lebih suka rumah minimalis, namun tetap bertingkat. Fyi, dia tinggal sendiri di sini karena kedua orang tuanya di luar negeri.
Di sisi lain, Arjuna yang tadinya merokok di ruang tengah langsung mematikan batang tembakau tersebut ke asbak. "Dian, kok, lo sama mereka?"
"Kan, tadi gue bilang kalo gue—"
"Dia habis ke dokter kandungan," potong Avram.
"Lo hamil, Dian?" Arjuna mulai panik. Jujur saja, dia belum siap jadi Papa Muda.
"Syukurnya enggak. Gue yakin lo pasti gak mau tanggung jawab," ujar Avram tersenyum miring.
"Sok tau, anjing." Arjuna sudah ancang-ancang menghajar Avram, namun Kiara menghalanginya dengan merentangkan tangan di depan badan Avram.
"Jangan ribut!" seru Kiara.
Arjuna akhirnya menurunkan tangan, menetralkan kembali ekspresinya yang mulai merah padam.
Kiara memegang kedua pundak Avram, menatap cowok itu penuh makna. "Avram ...."
Avram mengerti akan maksud Kiara. "Iya, Raraaa!" Ia melirik Arjuna sekilas—teringat tadi lelaki berandal tersebut merokok. "Kamu ke dalam dulu sama Dian, soalnya kamu gak tahan asap rokok."
Kiara tersenyum senang. "Makasih banyak, Avram."
"Hm," jawab Avram.
Akhirnya, Avram menarik tangan Arjuna ke luar rumah, sedangkan Kiara tetap diam di ruang tengah bersama Dian. Di luar ada dua kursi dan meja, sehingga masih bisa nyaman buat ngobrol.
"Lo mau ngapain berduaan sama gue? Jangan-jangan lo sengaja pacaran sama Kiara karena sebenernya lo naksir gue, ya?" Arjuna berusaha ngelucu, tapi jatuhnya garing.
"Jangan ge-er, Anjing! Gue mau ngomong penting sama lo." Tersirat nada serius dalam ucapan Avram.
"Apaan?" tanya Arjuna penasaran.
Avram mengambil sebatang rokok dari kotak rokok Sampoerna yang ia taruh di kantong celana jeans, lalu menyodorkannya pada Arjuna. "Ngobrolnya sambil nyebat, biar lo gak darah tinggi, apalagi ngobrolnya sama gue."
"Makasih," sahut Arjuna, mengambil rokok tersebut, lalu menyalakannya dengan korek gas. Ia memberikan benda pemantik api pada Avram, cowok itu turut menyalakan batang tembakau yang mulai mengepulkan asap. Mereka kompak menghembuskan asap ke udara.
"Dian udah cerita semua tentang lo. Gue pengen ajak lo kerja sama buat jeblosin Papa lo ke penjara. Lo mau gak?" tawar Avram.
Arjuna masih tak percaya Avram berucap begitu. Biasanya, cowok itu tak pernah baik kepadanya. "Gak jelas," balasnya setelah menghisap rokok.
Avram mengetuk rokok di asbak agar abunya terkumpul di sana. "Gue serius."
"Apaan lo tiba-tiba ngomong kayak gitu tanpa basa basi?"
"Tadi udah basa-basi, Bangsat."
Arjuna tampak berpikir sejenak. "Gue mau, tapi ada syaratnya."
"Apa syaratnya?" tanya Avram.
"Bantu gue buat setia sama Dian. Gue kadang suka kepikiran Kiara, tapi di sisi lain gue lebih nyaman sama Dian."
"Anjing lo! Berani-beraninya naksir sama pacar gue!" Avram tak kuasa menahan amarah. Baginya, Kiara adalah aset, tak boleh ada cowok selain keluarganya yang boleh mencintainya.
Kiara hanya miliknya, camkan itu.
Kiara saja sudah punya pacar, yang nulis sama baca masa nggak punya? HAHAHHA, JOMBLO, YAAA?
"Ralat, mantan gue," koreksi Arjuna.
"Sama aja, Tolol!" seru Avram.
"Lo bawaannya ngomong kasar terus kalo sama gue, gue aja dari tadi gak dapet ngatain lo. Lo udah gak sayang sama gue?" tanya Arjuna dengan wajah sedih yang dibuat-buat.
"Bercandaan lo gak lucu pake pura-pura homo segala."
Arjuna tertawa kecil. "Anggap aja gue lagi cairin suasana, apalagi selama ini kita gelut terus."
"Gimana gak gelut? Lo udah bikin Papa gue masuk penjara dan bikin gue kudu nyusun rencana buat rebut Kiara dari lo."
"Sebenernya Papa gue bisa dikenain banyak kasus, dia juga sempet jadi calo seleksi PNS."
"Lo ada bukti?" Avram antusias mendengar ucapan Arjuna.
"Ada."
"Kirim ke gue," titah Avram.
"Pinjem dulu hape lo buat nelpon Mama gue, gue gak berani pake hape gue, takutnya Papa curiga."
"Anjing lo! Dasar cowok gak modal!" Avram kalau sama Arjuna bawaannya ngegas terus. Tapi, dia akhirnya tetap kasih ponselnya ke Arjuna.
Arjuna mengambil ponsel itu dari Avram. "Thanks, Bro."
Avram hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Gue pake video call boleh?" tanya Arjuna pada Avram.
"Monyet, ngelunjak banget, Setan! Ya udah, pake sana!" seru Avram.
Arjuna mencubit gemas dada bidang Avram. "Ternyata hati moengil lo masih ada."
"Bacot."
Arjuna menulis nomor Mamanya di kontak Avram, lalu menekan logo kamera untuk video call. Beberapa detik, ia menunggu sang Mama mengangkat panggilannya. "Halo, Mama."
"Arjuna! Adik kamu nyariin terus, loh."
"Aduh, gemesnya pengen uyel-uyel pipi Ben. Daddy mana, Ma?"
———/
Maaf aku gantung, kepanjangan soalnya wkwkwkk. Aku sampe digigit nyamuk buat nyari tempat sepi untuk ngetik. Soalnya di draf itu masih dialognya aja, blm ada narasi wkwkwk
100 komen aku update ya sayang
Spam "Kiara" buat next
Spam "Nana cantik" buat next
Tbc syg❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top