13. Perlahan Terungkap
Haloo guys, malam Rabu ini aku update
Tolong ramein dan share ke temen-temen kalian yaa!❤️
Baca cerita ini jam berapa?
Happy reading❤️
Dian: Dugaan lo bener.
Avram tak sengaja melihat chat Dian di notifications bar ponsel Kiara tatkala mereka sedang mengobrol. Oleh karena itu, tangannya terulur mengambil benda pipih berlogo apel milik sang kekasih, diperlihatkannya notifikasi itu kepada Kiara. "Kamu kenapa masih chat-an sama Dian? Bukannya kamu musuhan sama dia gara-gara dia ngerebut Arjuna dari kamu?"
"Udah aku bilang, aku sayang kamu dari sebelum aku pacaran sama Arjuna. Jadi, buat apa aku musuhan sama Dian kalo aku gak ada rasa sama Arjuna?" jelas Kiara.
"Aku tau tujuan kamu pacaran sama Arjuna buat balas dendam. Tapi, kalo Arjuna itu aku, apa kamu bakal marah kalo Dian ngerebut aku dari kamu?" tanya Avram.
"Yang pertama kali aku bakal interogasi itu kamu, bukan Dian. Buat apa aku capek-capek marah kalo kalian saling cinta? Mending aku cari cowok lain yang bisa nge-treat aku dengan baik, daripada buang-buang energi untuk drama dan berakhir jadi bahan gosip. Move on emang susah, tapi harus mikirin efek jangka panjang dari tindakan yang aku perbuat."
"Aku setuju, Ra," jawab Avram sembari mengangguk. "Btw, balik lagi ke topik tadi. Apa Dian tau kalo kamu sebenernya pacaran sama Arjuna buat balas dendam?"
"Tau. Makanya, aku sama dia kerja sama buat jebak Arjuna. Dian juga pengen Arjuna jadi FWB dia, makanya dia mau aja pacaran sama Arjuna, diapain aja dia rela. Katanya, pas sekolah di Amerika, dia emang sering main sama cowok tanpa pake perasaan." Kiara bukannya membocorkan aib sahabatnya sendiri. Akan tetapi, ia sudah tahu bahwa Avram mengetahui hal ini.
"Really?" Avram sebenarnya tahu bahwa Dian memang sering mencari FWB saat sekolah di luar negeri.
Kiara mengangguk mantap. "Yeah."
Avram mengambil kedua tangan Kiara, menatap cewek itu penuh khawatir. "Kamu gak takut gitu temenan sama Dian karena pergaulannya gitu?"
"Engga, dong. Dia ya dia, aku ya aku. Selama dia baik sama aku, aku oke-oke aja. Kamu juga dulu pas kelas tiga pernah ke club dan cium pipi mantan kamu di sana, kan?"
Avram kaget. "Kok, kamu tau?"
"Kemampuan cewek stalking cowok bisa melebihi FBI, Avram. Tapi, aku nggak masalah kalo kamu clubbing dan cium pipi mantan kamu dulu. Toh, itu udah masa lalu. Yang penting kamu gak brengsek." Seriusan, Kiara nggak cemburu sama sekali. Dia yakin kalau Avram memang sayang sama dia, walaupun tadinya cowok itu nggak mau cerita masa lalunya ke dia.
"Jujur, Ra. Aku pertama kali kissing bibir sama kamu dan cuma sama kamu. Aku gak mau ngeluarin banyak kalimat gombal yang bisa bikin kamu yakin kalo aku cuma sayang kamu. Kamu cukup lihat aja gimana aku memperlakukan kamu sebagai pacar."
Cewek itu malah ketawa melihat Avram panik. Padahal, dia santai, nggak kepikiran sama sekali tentang mantan Avram. "Ya ampun, Baby. Santai aja kali, gak usah pake klarifikasi segala. Ingat kata Inul Daratista, masa lalu biarlah masa lalu."
"Kamu, kok, bisa sebaik ini, Ra? Kalo cewek lain biasanya cemburu kalo cowok ceritain tentang mantan," tanya Avram.
"Mantan kamu udah mau nikah, kayaknya cinta banget sama tunangannya. Nama mantan kamu Danilla, kan?"
"Gila, aku kalo mau bohongin kamu pasti susah." Avram sekarang tahu kalau Kiara bukan tipe cewek lemah dan bodoh. Pantas saja prestasinya banyak.
"Iyalah, bahkan aku tau kalo kamu sebenernya sepupu Dian. Kamu dulu jarang ketemu dia, tapi sejak dia kuliah di Indonesia, kamu jadi sering ngomong sama Dian. Aku juga tau kamu nyari cara biar bisa nikung Arjuna. Makanya, pas kamu berantem sama Arjuna pas ada Dian, kamu gak pernah marahin Dian. Tanpa kamu cari cara, aku mah ikhlas kamu tikung Arjuna."
"KAMU TAU DARI MANA?" Selama ini Avram nggak pernah cerita ke siapa pun, even ke anak geng Conal kalau dia sepupuan sama Dian.
"Dari tadi," balas Kiara.
Avram mencebik kesal. "Serius, Raraaa."
"Udah dibilangin aku punya ilmu stalking."
"Ya udah, deh, kalo gak mau ngasi tau." Avram memalingkan wajah dari Kiara, melipat kedua tangan serta memajukan bibir seperti babi.
"Nyebelin, dikit-dikit ngambek," kata Kiara.
Avram kembali menatap Kiara. Ia mengacak gemas rambut kekasihnya. "Gak ngambek beneran, kok, kali ini."
"Bagus, deh," jawab Kiara menghembuskan napas lega. "Btw, makasih banyak waktu itu udah nyelamatin aku waktu hampir digituin sama Arjuna. Untung ada Dian waktu itu yang nyuruh aku lari dan dia yang pake penutup mata gantiin aku, katanya besoknya dia bawain motor aku ke rumah. Selain itu, dia juga emang nyaman main sama Arjuna. Kamu rela keluar malam-malam cuma buat nyelamatin aku."
Avram mengarahkan kepala Kiara agar bersandar di bahunya. "Jangan pikirin itu lagi, ya, Sayang. Yang penting kamu sekarang udah sama aku. Nanti kita jelasin ke orang tua kamu yang sebenernya."
Seulas senyum ditampilkan oleh Kiara. "Makasih banyak, Avram. Aku sayang banget sama kamu."
"Coba kerasin lagi bilangnya, Ra," ungkap Avram tersenyum jahil.
Cup.
Kiara mengecup pipi Avram, lalu menatap cowok itu dengan menampilkan kedua sudut bibirnya yang tertarik. "Aku sayang kamu!"
Avram menangkup kedua pipi gadisnya. "Aku lebih sayang kamu, Rara. Aku pernah bertekad buat kamu bertekuk lutut sama aku. Aku gak mau kamu nurut sama Arjuna, aku maunya kamu harus aku atau sama orang yang baik sama kamu selama ini."
"Banyak mau," decaknya.
"Lagi berusaha romantis, Rara," balas Avram.
"Tapi gak usah bertekuk lutut juga kali!" seru Kiara tak terima.
"Iya, iya. Maaf," jawab Avram penuh sesal.
"Btw, chat Dian belum aku bales."
"Ya udah, bales dulu, Baby."
Tangan kanan sang puan terulur mengambil ponselnya di atas nakas. Jemari itu begitu menguasai ponsel berlogo apel digigit tersebut.
Kiara: Dugaan gue yang mana?
Dian: Gue kayaknya hamil, testpack-nya ada dua garis merah.
Kiara: Eh, lo gak bercanda, kan?
Dian: ENGGAK, ANJENGGGGG. GUE SERIUS INIIII😭😭😭
Dian: GUE TAKUT RAAAAA, TOLONGIN PLEASE😭
Kiara: Lo udah ke dokter kandungan?
Dian: Ga berani ....
Kiara: YA TUHAN, DIANNNN :((((
Kiara: Nanti gue temenin. Lo jam berapa bisa ke sana?
Dian: Tapi, nanti Arjuna tau, takutnya lo sama Avram bakal diapa-apain
Kiara: Tenang aja, gak bakal kenapa-napa. Lo tinggalin hape lo yang disadap sama Arjuna, bawa hape nokia jadul lo.
Dian: Oke, nanti gue ke rumah Avram. Gue tau bener lo lagi bucin berdua di rumah dia, kan?
Kiara: Tau aja lo wkwkkw. See u, Dian❤️
Kiara menaruh ponselnya di atas meja. Ia tak habis pikir dengan Dian. Entah karena terllau nafsu dengan Arjuna atau bego sampai tak memikirkan resiko dari perbuatannya. "Ya ampun ...."
"Kamu kenapa, Ra?" Avram panik lihat Kiara wajahnya muram.
"Dian hamil ...."
Avram menggeleng mantap. "Gak mungkin, Ra. Dia sering main, pasti tau cara biar gak hamil."
"Dia sendiri yang bilang, apalagi testpack-nya dua garis merah."
"Testpack positif belum tentu hamil, Kiara," jelas Avram.
"Iya juga, ya. Maaf aku udah panik duluan."
"Santai, Baby."
"Eh, sebentar. Apa jangan-jangan testpack itu yang aku pake buat marah-marah ke Arjuna? Soalnya Dian yang ngasih testpack-nya. Kamu, kan, sepupunya, mungkin aja kamu tau."
"Sumpah, aku gak tau. Aku emang kerja sama dengan Dian buat hancurin hubungan kamu sama Arjuna. Tadinya, aku juga mau bilang kalo selama ini aku sepupuan sama Dian, sampe Dian nanyain kapan aku mau bilang ke kamu, tapi kamu udah tau duluan," jelas Avram kelihatan jujur.
"Rada licik, sih, cara kamu buat dapetin aku. Seandainya Arjuna baik, apa kamu masih mau nikung buat dapetin aku?" tanya Kiara.
"Jujur, gak bakal, Ra. Aku rela kalo kamu pacaran sama orang baik, tapi kalo jahatnya kayak Arjuna, aku gak rela," jawab Avram.
"Karena kamu udah kerja keras buat dapetin aku, tolong sayangi aku dengan tulus, ya? Jangan pernah kecewain aku."
"Iya, Kiara."
"Ayo anterin aku ke rumah Papa Mama."
"Iya."
***
Mereka akhirnya jalan kaki ke rumah orang tua Kiara, soalnya jaraknya dekat. Pada saat netra cewek itu melihat keberadaan orang tuanya, ia langsung berlari memeluk keduanya.
"Papa, Mama!" seru Kiara berlari ke arah mereka, lalu memeluknya.
"Ya ampun, Ra. Kami kangen banget sama kamu," ungkap Mely.
Kiara melepaskan pelukannya. "Papa sama Mama baik-baik aja, kan?"
"Iya, Sayang. Papa kamu tuh lagi sibuk nanganin istrinya Pak Deddy. Masa di saat genting kayak gini sempet jualan martabak di pasar? Apa gak takut diincar sama musuh?"
Kiara tertawa tipis. "Ya ampun, gabutnya orang kaya emang beda. Terus, beliau sekarang di mana?"
"Udah tinggal di Bali," jawab Krisna.
"Jualan martabak lagi?" tanya Kiara sambil tersenyum jahil.
Di sisi lain, Avram senang bisa melihat keluarga itu tersenyum kembali. Jujur saja, awalnya dia suka Kiara karena melihat fisik dan kecerdasan, tapi lama-lama dia sayang sama Kiara. Apa pun bakal dia lakukan demi membahagiakan cewek itu.
"Enggak, bisnis warteg. Tapi, beliau bayar orang buat jaga di sana, bahaya nanti kalo sampe ketahuan Papanya Arjuna," jelas Krisna.
"Terus, kita gak pindah rumah?" Kiara khawatir akan keadaan orang tuanya.
"Pengennya gitu, Kiara. Mungkin aja Mama Papa bakal pindah ke Bali, sedangkan kamu di sini dulu selesaiin kuliah kamu," ungkap Mely.
"Yah ... masa aku tinggal sendiri?" Kiara mencebik kesal.
"Kan, ada temen kamu sama Avram. Kamu pacaran, kan, sama Avram?" Krisna melirik ke arah Avram.
Kiara menatap sekilas Avram, lalu disambut senyuman oleh cowok itu. Ia kembali menatap Papanya. "Pasti Avram yang ngasi tau, ya?"
"Iya," balasnya mengangguk paham. "Avram juga cerita kalo kamu pacaran sama Arjuna buat bantu balas dendam. Papa sudah tau kronologi malam itu. Sebenarnya, pada saat kamu hampir diperkosa, Dian yang menyuruh kamu kabur, lalu Dian yang meng-handle bajingan itu, kan?"
"Iya, Pa."
"Memang bagaimana cara Dian meng-handle bajingan itu?"
————-
Di part selanjutnya kemungkinan bakal jelas. Jadi, jangan lupa spam komen yaa. Aku rada bingung soalnya nyambunginnya jujurly wkwkwk. Aku rada pusing sama alur yg aku buat😭
Mikirnya sehari, tapi ngetiknya sampe dua hari karena panjang wkwkkw
Kalo mau double update hari inu, 1k komen aku update yaa. Kalo engga nyampe, 100 komen aku update lusa xixix
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top