10. Bilang atau tidak?

100 vote dan 105 komen aku update yaa

BACA KARYA INI BAYAR DENGAN VOTE DAN KOMEN. JAMAN SEKARANG BUANG AIR KECIL AJA BAYAR, MASA BACA KAGAK😂

Lebih suka nyari rekomendasi cerita dari tik tok atau ranking wattpad?

Asalnya dari mana guis?

Lebih lancar ngomong bahasa Indonesia atau bahasa daerah kalian?

Selamat hari raya natal bagi yang merayakan yaa!🎄🪅

Happy reading!❤️‍🔥

"Ngapain lo senyum-senyum? Kesambet kuyang lo?" tanya Andro melihat Avram tersenyum tidak jelas.

Avram mengalihkan pandangan dari ponsel, lalu menatap malas cowok itu. "Kuyang mulu lo bilang."

Andro tersenyum tipis. Ia mendaratkan bokongnya di samping Avram. "Jangan mengalihkan pembicaraan. Lo kenapa senyum-senyum?"

"Pengen aja. Kenapa lo?"

"Gapapa, cuma kepo," jawab Andro.

Avram menaruh benda pipih tersebut di saku celana. Ia bangkit dari sofa—menghadap ke arah Andro. "Gue pergi dulu kalo gitu."

"Mau ke apartemen Sheila?" Andro kepo lagi.

Avram mengangguk. "Iya."

Andro ikut berdiri. "Gue ikut."

"Mau ngapain?" tanya Avram.

Kekehan tipis meluncur dari bibir Andro. "Enggak, bercanda. Titip salam sama Sheila, ya."

"Sok kenal ae lo, ngomong aja kagak pernah," sinis Avram.

"Makanya, kenalin gue sama dia," ujar Andro mengedipkan sebelah matanya.

Pukulan pelan Avram lesatkan ke kepala Andro. "Yaelah! Bilang, dong, dari tadi. Ya udah, lo ikut aja kalo gitu."

Dimas bertanya sembari membawa sebuah minuman kaleng. Ia baru saja dari warung dekat markas Conal. "Heh, lo pada mau ke mana?"

"Ke apartemen Sheila," sahut Avram.

"Oh, oke. Kalo gitu hati-hati."

***

Avram dan Andro akhirnya sampai di apartemen Sheila setelah beberapa menit perjalanan menuju tempat itu. Kini mereka di depan pintu ruangan apartemen Sheila dengan posisi Andro mengumpat di balik badan Avram karena malu.

"Sheila, temen gue mau kenalan sama lo," ujar Avram pada Sheila.

"Anak geng motor?" tanya Sheila sembari menatap sekilas Andro.

Avram mengangguk. "Iya."

Sheila jadi makin antusias dengar ucapan Avram. "Ya ampun, gue pengen banget punya temen anak geng motor selain lo, biar kayak di wattpad."

"Cocok kayaknya lo berdua," Avram menarik tangan Andro agar keluar dari persembunyian, "Andro, lo jangan ngumpet mulu, sini."

"Hai, Sheila," sapa cowok itu canggung.

Sheila tersenyum ramah. Ia menjulurkan tangan ke arah Andro. "Nama lo siapa?"

Andro membalas jabat tangan cewek itu. "Gue Andro. Gue gak perlu nanyain nama lo lagi, kan? Soalnya gue udah tau."

"Gak perlu," jawab Sheila tertawa tipis. "Kuy, masuk."

Mereka mengangguk, lalu mengikuti langkah Sheila dari belakang. Andro mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, ia penasaran apa saja yang ada di apartemen Sheila.

"Kiara mana?" tanya Avram.

"Di dalam lagi masak sayur asem," ungkap Sheila.

"Oh, oke," jawab Avram pada akhirnya.

Ketika mereka hendak duduk, Kiara melangkah ke arah mereka sembari menyeka keringat di dahi. Ia tersenyum tatkala melihat keberadaan mereka.

"Hai, Kiara," sapa Andro pada Kiara.

Kiara berusaha tak memandang Avram sejak kejadian kemarin. "Eh, Andro. Duduk dulu, Dro."

"Avram gak disapa, Ra?" Sheila sengaja memancing Kiara agar melirik Avram.

Kiara sontak terdiam, tak mau menjawab pertanyaan Sheila.

Merasa didiamkan, kedua retina Avram menatap Kiara. "Kiara, gue mau ngobrol sama lo."

Cewek itu hanya mengangguk, lalu tangannya ditarik oleh Avram. Avram hendak mengajak sang puan ke taman dekat apartemen.

Di sisi lain, Sheila dan Andro menatap punggung mereka yang kian menjauh. Mereka paham bahwa ada sesuatu yang tak bisa Avram ungkapkan di sini.

"Andro, lo di sini aja, urusan mereka gak bisa diganggu gugat," ujar Sheila.

"Gue emang mau diem di sini," balas Andro tersenyum.

***

HMJ HUKUM 2020/2021 (43)

Deni: Temen-temen, buat yang ikut panitia, besok dateng ke cafe Panda deket kampus jam empat, ya. Kita mau rapat perdana buat bahas jobdesc besok. Kalo gak bisa datang, tulis nama dan divisi di note.

Kiara: Siap, Kak🙏

Avram: Baik, Kak🤟

Sudah lima menit mereka duduk di taman tanpa saling bicara sedikitpun. Padahal, mereka nimbrung di grup HMJ. Setelah sibuk dengan ponselnya, akhirnya Avram memecah keheningan.

"Lo udah ngambil keputusan?" tanya Avram.

"Jujur, gue masih bingung ...."

"Oke, gapapa. Jangan kelamaan, ya." Avram paham bahwa Kiara butuh waktu untuk membuka hati, apalagi setelah disakiti oleh Arjuna. Di dalam hati, ia berharap bahwa cewek itu menerima tawarannya.

"Lo kecewa, ya, Vram?" Kiara peka akan ekspresi Avram.

Avram menggeleng. "Enggak."

"Wajah lo gak bisa bohong." Kiara berspekulasi.

"Ya udah, berarti bener," jawab Avram pada akhirnya.

"Gue mau, kok."

Kedua mata Avram otomatis terbelalak, terkejut akan ucapan Kiara. "Lo gak terpaksa, kan?"

Kiara menggeleng. "Enggak."

Avram tampak senang ketika tawarannya diterima. Ia refleks memeluk Kiara, lalu dibalas pelukan oleh cewek itu. "Makasih, Kiara." Setelah beberapa detik, Avram sadar bahwa yang dilakukannya itu salah. Ia melepas pelukannya. "Sorry, gue gak bermaksud peluk lo."

Kedua sudut bibir Kiara tertarik tipis. "Gapapa."

"Besok lo ikut rapat?" tanya Avram mengalihkan pembicaraan.

"Iya."

"Kalo lo emang ngotot, besok gue jemput lo, kita berangkat bareng," kata Avram.

"Oke."

***

"Cielah, kenapa, nih, lo senyum-senyum mulu?" tanya Dimas melirik Avram yang terus tersenyum sedari tadi.

"Gue baru jadian sama Kiara," jawab Avram.

Dimas kaget. "Kok, bisa?"

"Tinggal ajak aja Kiara pacaran, udah, deh," jawab Avram.

"Segampang itu, Boy?" Dimas masih tak percaya.

Avram mengangguk. "Iya."

Dimas berdecak kagum. "Hoki bener lo dapet cewek cakep dan pinter."

Avram tersenyum penuh arti. "Bukan hoki, tapi pinter cari kesempatan."

"Tutornya, dong, Suhu," timpal Andro.

"Tinggal lo kasih perhatian, beres," jawab Avram.

Drrt.

Suara getaran ponsel Avram terdengar dari saku celana cowok itu. Oleh karena itu, ia berdiri, lalu agak menjauh dari mereka untuk menerima telepon tersebut.

"Bentar, gue ada telpon."

"Oke," jawab Dimas.

"Kenapa, Dian?" tanya Avram.

"Hati-hati."

Avram mengerut heran. "Cuma mau bilang itu?"

"Iya."

"Lo juga hati-hati," ujar Avram pada Dian.

"Siap. Gue tutup dulu teleponnya, Arjuna baru dateng ke rumah gue."

"Oke."

Bip.

"Telponan sama Dian?" tanya Dimas mengerut kening.

"Iya," ungkap Avram.

"Lo telponan sama Dian yang notabenenya udah bikin Kiara putus sama Arjuna, terus sekarang lo pacaran sama Kiara. Apa lo sengaja buat mereka putus?" Andro berspekulasi.

"Bukan. Tingkah Arjuna yang bikin mereka putus."

"Maksud lo?" Andro tak mengerti akan ucapan Avram.

"Ngertiin sendiri."

***

Hari ini Avram dan Kiara mau rapat kepanitiaan. Cowok itu sekarang lagi di ruang tamu apartemen Sheila sambil ngobrol sama dia.

"Shei, Kiara udah siap?" tanya Avram.

"Palingan bentar lagi dia keluar. Lo berdua mau ke mana?"

"Mau rapat panitia," jawab Avram.

"Widih, udah berduaan aja berangkatnya."

"Emang gak boleh berangkat bareng pacar?"

"Hah?" Wajar kalau Sheila kaget. Pasalnya, Kiara dan Avram tak ada cerita perihal hubungan mereka pada dirinya.

"Ape lo hah, hoh, hah, hoh?"

"Gak nyangka, anjir. Kok, bisa secepat ini?" Nah, kan. Semua pasti heran kenapa bisa jadian secepat itu.

"Gue tau Kiara sebenernya mau pacaran sama gue karena mau panasin Arjuna biar cemburu, tapi lihat aja nanti, pasti lama-lama dia sayang gue."

Sheila mengangguk paham. "Pede amat, but good luck, Bestie."

Avram hanya mengangguk. Dia akan buktikan suatu saat Kiara akan bertekuk lutut padanya, bagaimana pun caranya.

"Hai," sapa Kiara pada mereka. Kiara baru saja keluar dari kamar setelah selesai berhias. Riasan wajahnya hanya memakai bedak dan liptint. Ia hanya niat berias kalau jalan-jalan seperti ke mall.

"Akhirnya lo keluar juga, Ra. Sana berangkat, gih," ujar Sheila pada Avram.

Avram berdiri dari sofa, lalu menghampiri Kiara. "Gue berangkat dulu, Sheila."

"Hati-hati, ya."

***

"Kak Deni," sapa Kiara pada Deni. Deni merupakan kakak tingkatnya yang sudah semester lima sekaligus ketua HMJ Hukum.

"Wih, apa kabar, Kiara?" tanya Deni sembari menepuk pundak Kiara, membuat Avram menatap was-was cowok itu.

Kiara mengangguk dengan senyuman ramah. "Baik, Kak. Kak Deni gimana kabarnya?"

"Baik juga. Gue turut prihatin atas kejadian kemarin, ternyata bukan lo yang ada di video itu," jawab Deni yang membuat Kiara terkejut.

Kiara malahan nggak tahu kalau ada yang mengklarifikasi, soalnya dia nggak berani buka ponsel sejak kejadian dia di-bully. "Kak Deni tau dari mana?"

Deni menjawab, "Tadi ada yang klarifikasi di twitter."

Kiara mengangguk paham. "Oh, gitu."

Melihat Kiara semakin lama bicara dengan Deni, menyebabkan Avram merangkul pundak Kiara. Ia sadar kalau cewek itu pacaran dengannya hanya karena untuk memanasi Arjuna. Namun, ia tidak bilang bahwa mereka pacaran bohongan.

Jadi, Avram ada hak untuk cemburu, kan?

"Temen-temen HMJ juga minta maaf, ya, kalo ada salah sama lo," ungkap Deni.

Kiara tertawa tipis. "Santai aja, Kak. Gue gapapa, kok."

"Btw, selamat, ya, Kiara. Jangan lupa pajak jadian."

"Pajak jadian?" tanya Kiara mengerut bingung.

"Iya. Lo pacaran sama Avram, kan?" Deni bertanya balik.

"Tau dari mana?"

"Lihat aja snapgram-nya Avram." Melihat tatapan Avram sudah tak ramah padanya, membuat Deni mengalihkan pembicaraan, "Udahlah, bentar lagi mulai rapat, kalian duduk di divisi kalian."

"Siap, Kak."

***

Mereka sudah selesai rapat perdana kepanitiaan seminar. Tadi cuma bahas jobdesc dan perkenalan masing-masing divisi. Sekarang mereka lagi di jalan menuju apartemen Sheila.

"Lo risih gue upload foto lo di sg?" tanya Avram sembari menyetir.

Kiara menggeleng mantap. "Enggak, kok."

"Kalo risih bilang, ya, gue takut lo gak nyaman," peringat Avram.

Cewek itu tertawa kecil. "Iya, santai aja."

Mereka kini terkena lampu merah, menyebabkan mobil mereka dihentikan sejenak. "Lo mau nggak kita makan dulu di restoran itu? Gue laper." Avram menunjuk sebuah restoran Italia di dekat lampu lalu lintas.

"Boleh, gue juga belum sempet makan pas mau berangkat tadi."

"Yuk."

Setelah lampu hijau, Avram menjalankan kendaraan roda empat tersebut ke restoran Italia. Ia dulu sering makan di sini bersama Papanya sewaktu beliau belum di penjara.

Sesampainya di sana, Kiara terkejut tatkala melihat keberadaan Arjuna dan Dian. Kebetulan yang sangat ia tidak harapkan.

Arjuna menghampiri mereka. "Wow, hebat lo udah punya cowok baru. Udah bisa move on dari gue atau jadiin Avram sebagai pelampiasan?"

"Ada anjing menggonggong, Ra. Kita cari tempat duduk aja dulu," sindir Avram sambil menatap tajam Arjuna.

"Bangsat, gue dikatain anjing!" seru Arjuna, membuat pengunjung di restoran menengok. Arjuna bukannya malu, malah menatap mereka dengan wajah arogannya.

Memang manusia tak punya malu.

"Merasa diri lo kayak anjing? Eh, bukan kayak, tapi emang anjing," ujar Avram tertawa sinis.

Avram memang mulutnya julid kalau hadapi orang seperti Arjuna.

"Brengsek!" umpat Arjuna membuat para pengunjung menengok lagi.

"Udah, Juna. Mending kita duduk satu table sama mereka, biar double date." Dian melerai Arjuna. "Lo mau, kan, Kiara?" tanya cewek itu pada Kiara.

Kiara mengangguk mantap. "Mau."

Dengan langkah malas, Arjuna berjalan ke meja yang ada empat kursi. Entah apa rencana Dian, ia juga tak paham. Mereka akhirnya duduk dengan pasangan saling berhadapan. Kiara berhadapan dengan Avram, sedangkan Dian berhadapan dengan Arjuna.

"Baby Rara, kamu mau pesen apa?" tanya Avram sembari melihat menu.

"Rara?" tanya Kiara mengerut bingung.

"Nama panggilan kesayanganku buat kamu," jawab Avram.

"Kamu aja yang pilihin, pasti aku bakal suka."

"Najis, alay," decih Arjuna menatap tak suka mereka.

Drrt.

Dian: lo udah dapetin Kiara, gue udah dapetin Arjuna. Kapan lo mau bilang ke Kiara?

——————-

Masih yakin mau ship AvramKiara? Atau mau oleng aja?

Jadi agak ragu ya bund kalo Avram baik wkkwkw

Spam nama daerah kalian di sini🤟

Spam emoticon kesukaan kalian di sini

100 vote dan 105 komen aku update yaa

Tbc❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top