Donuts
"Hey! Apa makanan kesukaanmu?"
"Aku ... aku suka donat,"
"Donat ...?"
"A-apa itu aneh?"
"Tidak! Tidak sama sekali, Amane!"
.
.
.
.
Donuts
Jibaku Shounen Hanako-kun
(c) Aida Iro
Happy Reading!
.
.
.
.
.
"Pagi, Amane!" ucap (Name) pada sesosok murid laki-laki, yang tengah termenung sambil menatapi langit dengan pandangan bosan. Amane, pemuda yang disapa tadi segera menghadap ke sumber suara--dan dihadapkan langsung dengan wajah sang sahabat. Wajah Amane seketika berubah menjadi merah padam ketika ia sadar seberapa dekat mereka.
Kedua mata (Name) meneliti dengan seksama paras tampan pemuda itu. Ia menghela napas dengan berat seraya menegakkan kembali tubuhnya. "Lagi Amane? Kau ini, jangan biarkan orang seenaknya menindasmu! Katakan siapa dia! Biar aku memberinya pelajaran!" omel sang gadis sambil berkacak pinggang.
Tangan Amane perlahan mengusap pipinya yang ditutupi oleh perban. Senyum canggung terlukis di tampangnya, ia mengalihkan pandangannya sambil berucap, "Tidak perlu repot-repot, (Name). Aku juga tidak terlalu mempermasalahkannya ...,"
"Amane ... kau ini masokis atau apa?"
"Eh ...?"
.
.
.
.
"Hei, Amane. Apa makanan kesukaanmu?"
Amane mengalihkan perhatiannya dari buku di tangannya ke sang gadis bernama (Name). Raut kebingungan terpancar jelas di wajah Amane. Gadis itu baru saja dirasuki oleh apa sehingga bertanya hal itu secara mendadak. "Eh ... makanan kesukaan?"
"Yup!"
"Me-memangnya ada apa dengan makanan kesukaanku?" tanya Amane dengan takut-takut. Melihat reaksi si pemuda membuat (Name) mengerucutkan bibirnya dengan sebal. Bisa-bisanya sang sahabat berpikir dia akan macam-macam dengan bertanya tentang makanan favoritnya. "Aku penasaran, Amane!" jawab gadis itu dengan lantang--yang membuatnya ditegur oleh Tsuchigomori yang kebetulan sedang ada di perpustakaan bersama mereka.
"Aku ... aku suka donat."
"Do ... nat?"
"A-apakah itu aneh?" tanya Amane dengan ragu kala melihat ekspresi kebingungan sang sahabat. (Name) menggeleng pelan, dengan senyum lebar yang tak pernah luntur dari wajahnya ia berkata, "Tidak, tidak sama sekali." Entah kenapa Amane menghela napas lega.
.
.
.
.
Seperti pagi yang lalu, Amane tak pernah bosan menatap langit dari jendela kelasnya. Tangannya dengan setia memangku dagunya, sesekali dia menghela napas dengan berat. Ada perasaan yang tidak bisa ia jelaskan yang menjanggal di dadanya pagi ini. Entah kenapa, ia merasa ingin lenyap dari dunia saja.
Tiba-tiba saja ada sebuah kotak dengan garis-garis yang menghiasi permukaannya muncul di depan wajah pemuda berambut hitam itu. Tangan Amane yang tengah memangku dagunya menjauh sedikit dari wajahnya, tak lupa dengan ekspresi keheranan yang terlukis jelas di parasnya.
Dari balik kotak itu, muncullah wajah (Surname) (Name) dengan senyumannya yang begitu hangat. "Pagi Amane!" sapanya seperti yang selalu ia lakukan setiap pagi. Si pemuda hanya mengganguk kecil, ia bertanya, "Kotak itu ... untuk siapa?"
"Tentu saja untukmu!"
Amane terdiam, untuknya? Apa telinganya mulai rusak? Kenapa ada orang yang repot-repot memberikannya sesuatu?
Melihat ekspresi keheranan Amane membuat (Name) tersenyum geli. Ia sudah menduga bahwa pemuda itu akan bereaksi demikian. "Hei, hei, jangan berpikir yang macam-macam! Aku serius! Ini untukmu!" ucap gadis itu. Wajah si pemuda agak merona saat menerima kotak itu. Wajar saja, itu adalah pertama kalinya ia menerima hadiah seseorang selain adiknya, Tsukasa, dan itu juga pertama kalinya ia menerima hadiah dari seorang perempuan. "Terima kasih, (Name)," cicitnya sambil tersenyum kecil.
Raut wajah sang pemuda berubah menjadi sangat ceria ketika ia membuka kotak itu. Donat polos, kesukaannya. Amane melihat (Name) lalu ke kotak ditangannya beberapa kali. Mengerti maksud dari gestur sahabatnya, (Name) mengganggukkan kepalanya dengan semangat.
"Tentu saja itu untukmu, jenius."
Sejak hari itu, membawakan sekotak donat polos buatannya adalah hal wajib bagi (Surname) (Name).
----
Pagi itu pagi yang normal seperti hari-hari sebelumnya. Dengan tangan yang memegang kotak berisikan donat, (Name) memasukki kelasnya dengan senyum lebar. Tapi ... hari itu (Name) tidak mendapati Amane yang tengah menatap keluar jendela kelas seperti biasanya, ia malah mendapati hawa berat dari teman-teman sekelasnya. "Anak-anak, kita mendapatkan kabar buruk dari dua orang teman kalian. Yugi Amane dan Yugi Tsukasa, telah ditemukan tidak bernyawa di rumahnya," ucap Tsuchigomori dengan nada rendah. Kotak yang dipegang sang gadis bermarga (Surname) langsung lepas dari pegangan tangannya, disusul oleh jatuhnya air mata.
----
"Ne, Hanako-kun, kenapa kau begitu suka dengan donat?"
"Hmm, kenapa ya~?"
.
.
.
.
"Mungkin karna itu pernah menjadi hadiah dari orang yang kucintai saat aku masih hidup?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top