day 5: mirror - eyes [joshua]
Dear Vocalist © Rejet
romantic case: Joshua/Yumehara Rinne
.
Mata adalah jendela jiwa, bukankah begitu?
Joshua memangku wajah. Rinne masih fokus menggulir ponsel, barang kali tengah membaca sesuatu atau sekadar berputar-putar di sosial media. Lantas, sesekali menahan cekikik, mungkin menemukan hal yang lucu. Kadang-kadang tangannya meraih kepingan biskuit, memenuhi hasrat makanan manis yang sedikit mengkhawatirkan.
Sementara Joshua hanya terdiam membeku, memperhatikan sang gadis. Mungkin akan lebih tepat untuk menuliskannya dengan memperhatikan matanya. Binar dari mata sudah cukup untuk mencerminkan ekspresi, memang suatu jendela jiwa.
Ah, tetapi sepertinya tidak berlangsung lama. Rangkaian observasi ini tiba-tiba ikut terhenti dengan Rinne yang kini menghalau pandangan Joshua menggunakan tangan.
Joshua hanya tertawa. "Aku tidak melakukan apapun, loh."
"Tidak melakukan apapun, ya ...." Bayangan Rinne memicingkan mata spontan tergambar jelas dari nada bicaranya. Lantas helaan napas, akhirnya menurunkan tangan. Sang pemuda menangkap rona merah yang menyebar di kedua belah pipi, kali ini menolak untuk melihat balik.
"Rin."
"Hmm ...?"
"Rin?"
"Yaaa?"
"Hei, Rin."
"Serius. Apaan, sih?"
Eheheh. Joshua mendapati dirinya di pantulan netra dwiwarna, sejenak menahan diri untuk tidak tertawa lagi. "Rin beneran jarang mau melihat orang, ya?"
Maka, dengan itu pula bola mata Rinne segera bergeser. "Y-ya, soalnya ...."
"Soalnya?"
"... pandangan orang lain ... terlalu intimidatif ...."
"Meskipun aku?"
"Kalau kau lebih ke malu-maluin, sih―oke, jangan paksa aku buat melihatmu."
Usaha Joshua gagal untuk mengangkat wajah Rinne ketika gadis itu segera menjauh dan menyembunyikan dengan kedua tangannya sendiri.
Ada selang beberapa detik untuk Joshua berpikir, sebelum akhirnya berkata, "Tidak mau mencoba melatihnya denganku?"
"Hah?" Rinne spontan menurunkan tangan kembali, mengerutkan dahi. Ah, atensinya beralih kepada Joshua kembali, menampilkan ufuk senja dan lazuardi―langit. "Aku barusan bilang kalau dengan kau malah lebih malu-maluin―"
Lantas, jeda. Joshua tidak menyahut apa-apa selain menunjukkan cengar-cengir akan fakta bahwa refleksi mata sang gadis kali ini sungguhan kepadanya. Untuknya seorang.
Rinne mengeluarkan lengkingan tak jelas, segera menelungkupkan wajah di atas meja. "Pembicaraan ini selesai. Yang selanjutnya."
"Eh, tapi itu lucu. Ayo, lagi―"
"AaaAaAAHHH!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top