day 22: journey - dream [gojou satoru]
Jujutsu Kaisen © Akutami Gege
platonic case: Gojou Satoru & Renesha Hortensia
.
"Selain menjadi normal, apa ada hal lain yang Ren mimpikan?"
Satoru bertanya begitu saja ketika waktu luang menjelang. Pria itu masih berjongkok di atas tanah dengan mencolok, meski sisi bangku sebelah Renesha masih terdapat ruang kosong untuk ditempati.
Sang gadis tak bisa menahan diri mengerjap dengan bingung. Mulutnya sejenak memilih bungkam dan beralih memelototi langit berawan. Menimbang sedikit apa yang menjadi balasan, Renesha menyahut sekadarnya, "Kenapa tiba-tiba?"
"Hmm ... anggap saja ini kepedulianku sebagai guru?"
"Begitu, kah ...." Jeda kembali. Terdapat berpuluh-puluh cabang pikiran yang melewati benak, agaknya terlalu larut di dalamnya. "Saya ... tidak terlalu memikirkannya."
Lantas, dengan terang-terangan Satoru mengembuskan napas lelah. "Itu tidak bagus, loh."
Renesha diam. Namun, wajahnya menunjukkan tanda tanya besar untuk Satoru melanjutkan, "Orang-orang dengan banyak hasrat membara memiliki tendensi untuk bertahan hidup lebih besar."
"... walaupun, saya bahkan tidak tahu apakah saya akan hidup esok hari?"
"Justru itu!" Jari telunjuk Satoru tiba-tiba saja mengancung tepat di hadapan wajah Renesha, membuat kepalanya spontan mundur sedikit. "Ketika kau tidak ada lagi keinginan yang mau dicapai dalam hidup, suatu saat ketika kau sekarat, kau adalah tipe yang ah, lagipula aku tidak menyesal dan rela-rela saja pasrah menerima takdir. Itu bagian tidak bagusnya."
Itu sindiran keras sekali, ya. Namun, Renesha enggan menyuarakan. Jadi, dengan lambat ia berkata, "Saya ... hanya tidak ingin menyesal."
"Menyesal-lah," tukas Satoru spontan. "Penyihir Jujutsu seperti kau dan aku memang sedang menanti giliran dijemput Maut, tetapi cobalah memiliki segudang mimpi. Saat kau berada sangat dekat dengan Maut, saat kau tahu penyesalanmu tak terkira, kau akan berusaha keras bertahan hidup. Berusaha memperpanjang perjalanan hidupmu."
"Kedengarannya sulit, ya?"
"Tidak perlu bermimpi yang muluk-muluk. Sebut saja segala keinginanmu. Mau makan apa, mau beli apa, mau tahu apa saja. Manusia itu punya kerakusan tanpa batas, manfaatkanlah. Kau ingin hidup normal, bukan?"
Jeda lagi. Gadis itu memang kebanyakan berpikir, tetapi tidak banyak respons yang dapat dipikirkannya selain, "... saya akan berusaha. Kurang lebih."
Maka, Satoru tertawa. "Setidaknya, kau cepat mengerti. Wah, itu sesi deeptalk yang lumayan. Lihat, kan? Aku bisa jadi guru yang keren, loh!"
"Karena Gojou-sensei bilang begitu, saya jadi gagal terkesan."
"Oh? Kau mengaku terkesan!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top