day 13: sunrise - sea [yeon hajun]

Paradox Live © Avex Pictures, GCREST

romantic case: Yeon Hajun/Ageha Ruruka

.

Ruruka menghidu aroma laut.

Langit masih gelap. Rencana dadakan pergi ke pantai adalah usulan Anne, yang entah mengapa ia ikut diseret dalam hal ini. Katanya, refreshing sebelum final dimulai, jadilah sebagai seorang sultan, Hajun menjadi jawaban penyelamat. Menyewa vila dan pantai? Oh, hal yang mudah, tenang saja. Memang dasar orang kaya.

Ya, sebenarnya tidak masalah, tetapi apakah karena terlalu sering bersama, mereka jadi melupakan kalau Ruruka sama sekali tidak berpartisipasi dalam kompetisi Paradox Live?

Ah, apapun itu, pikirannya sedikit lepas setelah bangun tidur. Malah, masih terlalu pagi untuk mengawali hari. Mengetahui kesadarannya tidak bisa lenyap kembali, jadilah Ruruka memutuskan untuk jalan-jalan sebentar di pesisir pantai seraya menunggu hari lebih terang.

Meskipun, sepertinya gadis itu tidak sendirian.

"Oh?"

"Ah." Itu Hajun. Pemuda itu memperhatikan ombak sebelum menoleh, menyadari akan keberadaan Ruruka. "Masih terlalu pagi untuk bangun. Apa kau ingin berkamuflase menjadi ayam yang berkokok?"

"Tolong berkaca." Ruruka mendengkus lelah, tidak lagi terkejut oleh ucapannya. "Kau sendiri kenapa di sini?"

"Tentu saja olahraga pagi. Tidak sepertimu, aku bukan orang yang akan bermalas-malasan, meski tengah bersantai."

Ruruka ingin mengelak, meyakini rutinitas fisiknya sudah cukup teratur. Oh, ayolah, dirinya menekuni bela diri sejak lama untuk menjadikannya sebagai jadwal harian berlatih, tetapi ia serius sedang malas berdebat. "Sesukamu sajalah."

Gadis itu melepas sandalnya di pasir kering sebelum mendekat ke tepi laut, membiarkan kakinya menerpa debur ombak. "Ngomong-ngomong, selamat sudah masuk babak final. Aku belum mengucapkannya kepadamu, sepertinya."

"Simpan saja ucapanmu setelah kami benar-benar meraih kemenangan." Ada jeda hening, lantas Hajun tertawa kecil. "Namun, kuanggap itu sebagai bentuk ucapan semangat."

"Lebih baik begitu." Kaki Ruruka menendang pelan ombak yang datang, mencipratkan laut di ujung-ujung pakaian. Lantas, ia mengedarkan pandangan ke sepenjuru laut lepas. "Ah, mataharinya mulai terbit."

Di ufuk timur, sinar benderang matahari terbit menyapa, diiringi dengan langit biru terang ikut datang. Di antaranya terdapat semburat merah, pertanda nyala bongkahan api oleh sang mentari. Ruruka menyenandungkan irama asal yang terlintas di benak, tanpa sadar menggerakkan kepala akan ketukannya.

"Hei, Ruruka."

"Apa―?" Kalimatnya segera menggantung di udara begitu menyadari Hajun mengarahkan kamera ponsel ke arahnya. "AAAHH! Kau pasti mengambil foto jelekku, ya?! Hapus! HAPUS!"

"Wajahmu biasanya memang bodoh, sih."

"Ya, makanya hapus!"

"Usaha sendiri, kalau bisa."

"HAJUN!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top