S2|#3. Regretful

Lama gk up cerita ini, semoga masih pada mau lanjut baca.

Jangan lupa play mulmednya ya
Ramein juga, happy reading 💜

Proses peluncuran buku pertamanya berlangsung lancar. Diluar ekspektasinya, buku romansa buatannya itu laku keras sejak peluncuran hari pertama. Hingga menjelang detik-detik terakhir pun, masih ada yang membeli bukunya. Ia senang, kerja kerasnya selama ini telah membuahkan hasil.

Hari ini, ia akan pergi ke Busan. Semuanya telah siap, termasuk beberapa pakaian Jungkook dan kebutuhan lain suaminya itu juga sudah ia siapkan. Berjaga-jaga, siapa tahu mereka akan tinggal di sana untuk sementara setelah pamerannya usai.

Ponselnya bergetar, Dahyun tersenyum saat melihat nama Nayeon tertera di sana, ia segera mengangkat telepon dari kakak iparnya itu. "Eoh, eonni. Wae? Kita berangkat siang ini, kan?"

"Iya tadinya begitu, tapi bagaimana ya Junhyung oppa tiba-tiba saja harus lembur jadi tidak bisa pergi hari ini, mungkin kami baru bisa ke sana besok."

"Ah, geure? Gwenchana, kalau begitu aku akan pergi kesana sendiri."

"Mianhe, apa aku perlu memanggil supir keluarga?"

"Tidak perlu, aku akan ke sana sendiri. Entah naik bus atau kereta bawah tanah. Emm, gokchongma, nde."

Dahyun segera menyudahi panggilannya. Ia mendongak, kamera yang sejak tadi ia cari rupanya ada di atas. Berjinjit, tangannya berusaha meraih benda itu namun jarinya malah menyenggol sesuatu, membuat sebuah kertas foto terjatuh dan mendarat di dekat kakinya.

Dahyun mengambilnya, dibelakang kertas fotonya tertulis tanggal 1 September, 7 tahun yang lalu. Foto ini sudah lama diambil, mengingat Jungkook yang suka menyimpan kenangan alih-alih membuangnya membuatnya tersenyum sendiri, suaminya itu memang manis sekali. Namun senyumnya langsung luntur saat melihat foto itu. Ini foto Jungkook bersama seorang wanita.

Melihat dari kedekatan mereka, sepertinya mereka memiliki hubungan khusus saat foto ini diambil apalagi tanggal 1 September adalah hari ulang tahun Jungkook. Tersenyum miris, seberharga apa wanita ini bagi Jungkook sampai-sampai foto mereka dulu masih ia simpan di dekat kamera kesayangannya?

Tak mau ambil pusing, pada akhirnya Dahyun tetap membawa kamera itu setelah mengambilnya dengan naik ke atas bangku. Tidak banyak barang yang Dahyun bawa. Hanya satu koper dan ranselnya, kameranya ia kalungkan dengan tas kecil berisi dompet dan ponselnya.

Sama sekali tidak terlihat seperti calon ibu, malah lebih mirip seperti mahasiswa yang akan pergi karyawisata. Dandanannya kasual sekali; celana levis berwarna putih, kemeja kotak-kotak dengan kardigan berwarna cream. Rambutnya dibiarkan terurai panjang dengan make up tipis di wajahnya.

Sengaja tidak memberitahu Jungkook soal keberangkatannya hari ini. Biar jadi kejutan. Tepat ketika Dahyun keluar dari rumah, wanita itu langsung dikejutkan saat sebuah bola melambung dan hampir saja mengenai kepalanya kalau ia tidak menghindar. Mintae segera menghampirinya, membungkuk sekilas seraya meminta maaf sebelum akhirnya mengambil bola itu.

"Dahyun-ssi, gwenchana?!" tanya Taehyung. Terlihat agak panik dengan napas yang memburu karena berlari. Lelaki itu memang sedang bermain bola bersama anaknya di halaman rumah namun ia sedikit terbawa suasana hingga bola itu melambung dan hampir saja melukai Dahyun, tetangganya.

"Nde, aku berhasil menghindar. Tidak kena sama sekali. Sepertinya kau sedang luang ya? Bisa meyempatkan bermain bersama anak seperti ini, pasti sangat menyenangkan."

"Ahh ... iya, hari ini aku mengambil cuti." Taehyung melirik ke arah koper dan ranselnya kemudian bertanya, "Mau pergi ke suatu tempat?"

"Iya, aku akan pergi menemui suamiku di Busan."

"Oh yang mengadakan pameran itu, ya? Kebetulan sekali, siang ini juga aku akan ke sana. Kalau kau mau, kau bisa pergi bersama kami, Mintae juga pasti senang jika ada teman saat di jalan," tawar Taehyung ramah. Mereka memang sudah cukup akrab karena tak jarang saat Dahyun bosan, ia akan jalan-jalan di sekitar komplek sehingga cukup sering berinteraksi dengan anaknya itu.

"Umm ... maaf, sepertinya tidak bisa. Aku sudah terlanjur membeli tiket untuk ke sana," alibinya. Dahyun melemparkan senyum sementara Taehyung mengangguk mengerti, tidak memaksa juga.

Jelas Dahyun menolak karena ia hapal sekali dengan sikap posesif suaminya. Walaupun Jungkook mungkin tidak akan melihatnya secara langsung saat turun dari mobil Taehyung, tetap saja, ia akan merasa tidak enak juga jika tetap pergi dengan lelaki itu.

Setelah menempuh waktu sekitar 2 jam lima belas menit, Dahyun akhirnya sampai di Busan. Ini pertama kalinya, pergi ke luar kota seorang diri, ternyata tidak sesulit yang ia kira. Hari ini benar-benar berjalan dengan lancar. Senyum cerah tak pernah luput dari wajahnya.

Dari stasiun menuju galeri tempat digelarnya pameran Jungkook hanya berjarak sekitar satu kilo meter. Dahyun menaiki taksi untuk sampai ke sana. Langit cerah sekali, hampir di sepanjang jalan, ia melihat hamparan laut luas. Bahkan suasananya pun sangat mendukung, seolah menyambut kedatangannya.

Tiba di sana, ada sebuah taman dengan kolam ikan yang berada tepat di depan galeri. Tempat ini cukup ramai, bukan hanya di kalangan seniman, tapi beberapa anak juga terlihat tengah menikmati waktu bermainnya.

Seorang anak kecil terlihat sedang menangis di dekat kolam. Dahyun menoleh ke kiri kanan, orangtuanya tidak ada, anak itu ditinggalkan sendirian. Berjongkok seraya mengusap kepalanya pelan, Dahyun bertanya dengan lembut, "Hey, kenapa menangis? Ibumu tidak ada?"

Bocah kecil bermata bulat itu menatapnya, masih sesegukan. Jari mungilnya menunjuk ke arah galeri itu. "Pappa papaa!" ujarnya berkali-kali. Menggemaskan sekali, apalagi gaya rambutnya yang seperti mangkuk membuat Dahyun tak kuasa menahan gemas. Ingin mencubit pipinya.

"Ayahmu ada di sana? mau noona antar?" Bocah itu mengangguk antusias. Bahkan tangisannya sudah mereda begitu saja, berganti dengan senyum ceria seolah sangat menantikan momen untuk bertemu dengan ayahnya.

"Namamu siapa?" tanya Dahyun setelah menggendong anak itu. Mungil sekali, Sepertinya baru berusia 2 tahunan mungkin, ia tidak begitu yakin, hanya menebak.

"Jeo ... chan!"

"Jeochan? Nama yang lucu." Entah kenapa, Dahyun merasa telah menjadi dekat dengan anak ini. Mungkin karena ia juga sedang mengandung, jadinya senang sekali ketika bisa berinteraksi dengan anak-anak.

Tiba di dalam, Jeochan langsung minta untuk diturunkan. Anak kecil itu langsung berlari sembari berteriak, "Pappa! Pappa!" Berulang kali hingga bergema di ruangan itu sampai akhirnya tiba dipelukan seorang lelaki yang kemungkinan besar memanglah ayahnya.

Dahyun yang semula tersenyum melihat tingkah anak itu, mendadak langsung terdiam. Senyumnya luntur saat melihat dengan mata kepalanya sendiri, siapa orang yang sedang menggendong anak itu saat ini. Orang yang barusaja dipanggil Papa dengan begitu antusias.

"Jung ... kook?" lirihnya tak percaya, nyaris tak bersuara. Posisinya agak jauh dengan lelaki itu dan sepertinya Jungkook masih belum menyadari keberadaannya. Tak sampai disana, seorang wanita tanpa sengaja menyenggol bahunya, berlari panik menuju Jungkook yang tengah menggendong anak itu.

"Ya Jeochan-ah, ternyata kau ada di sini! kau tahu, eomma mencarimu sejak tadi," ujarnya panik. Dahyun dapat mendengarnya dari sini. maniknya tanpa sadar berkaca-kaca melihat pemandangan dihadapannya saat ini.

Apa ini? apa yang sedang ia lihat sekarang? keluarga yang harmonis, huh? Rasa sakitnya semakin bertambah ketika menyadari kalau wanita itu adalah orang yang sama dengan yang ada di foto, hanya saja rambutnya sudah dipotong pendek. Oh, pantas saja fotonya masih disimpan, ternyata masih ada hubungan ya.

Dahyun terkekeh miris, menertawakan plot twist yang baru saja tersuguhkan didepan matanya. Ia berharap ini mimpi, namun ketika maniknya bertemu dengan obsidian tajam yang terlihat kaget melihat kehadirannya, Dahyun sadar, seharusnya ia memang tidak masuk ke dalam kehidupan lelaki itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top