#7. I Have To Forget It
Play multimedia
Happy reading 💕
Dahyun meringis saat merasakan pening yang cukup hebat ketika ia bangun tidur. Gadis itu mengusak rambutnya yang telah acak-acakan, namun begitu maniknya melihat ke arah cermin di depan ranjangnya, kesadarannya langsung terkumpul sepenuhnya.
Ia panik saat mendapati dirinya hanya mengenakan kemeja putih milik Jungkook, buru-buru ia mengecek dalamannya dan menghela napas lega saat semuanya masih utuh. Tapi—kemana bajunya?
Disisi lain, Jungkook baru saja keluar dari kamarnya. Lelaki itu berjalan ke arah dapur untuk mengambil air. Matanya masih begitu berat karena tidak bisa tidur semalaman.
“Hey kau, berhenti!”
Jungkook menghela napas sesaat lalu menoleh ke arah Dahyun yang memanggilnya. Gadis itu tengah duduk di atas sofa sembari menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal.
“K-kau … apa kau yang mengganti bajuku kemarin?” tanya Dahyun, memegang selimut itu dengan erat.
Jungkook mengangguk santai dan kembali melangkahkan kakinya sementara Dahyun melotot, “Ya! Itu pelecehan! Aku bisa melaporkanmu ke polisi!”
Jungkook membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol air. “Laporkan saja. Paling mereka mengira kalau itu adalah hal biasa, mereka akan menganggap kita sebagai pasangan kelasih yang hidup bersama—tanpa status perkawinan.”
“Ck, tetap saja!”
“Itu melanggar aturan dan kau juga akan dihukum.” Perkataan Jungkook membuat Dahyun ciut seketika. Lelaki itu kembali melirik ke arahnya, maniknya mengamati tubuh Dahyun lamat sebelum menarik sudut bibirnya meremehkan. “Lagipula ... tidak ada hal menarik yang bisa kulihat, jadi kau tenang saja. Aku hanya menggantikan pakaianmu saja, tidak melakukan apapun.”
“Mwo?” Pipi Dahyun merona merah. Entah kenapa ia merasa tersinggung.
“Ya! Mi-miliku ini tidak terlalu kecil.”
Jungkook nyaris menyemburkan air minumnya. Lelaki itu tersedak dan memuntahkan air itu seraya menepuk-nepuk dadanya. Ia langsung menoleh garang ke arah Dahyun.
“Kau sudah gila? Berhenti membahas hal itu!”
Dahyun berdecak seraya memalingkan wajah sebal. “Cih, seharusnya aku yang marah,” gumamnya pelan.
“Ani … aku ingat dengan jelas kalau kemarin dia mengatakan bahwa aku adalah miliknya, tapi ... kenapa?”
Dahyun uring-uringan. Gadis itu berjalan bolak balik di kamarnya seraya menggigit jarinya dengan gelisah. Maniknya kembali menatap ke arah pintu kamar Jungkook yang masih tertutup. Ini sudah hampir satu jam dan wanita yang masuk ke dalam kamar itu belum juga keluar. Iya, wanita. Lelaki sialan itu untuk pertama kalinya membawa wanita lain ke dalam kamarnya dan hal yang paling menyebalkannya adalah, kenapa Dahyun harus merasa kesal karena hal itu?
Gadis itu berdecak. Rasa penasarannya semakin tinggi. Ia membuka pintunya dengan pelan hingga tak mengeluarkan suara apapun. Keluar dari kamarnya dengan mengendap-ngendap hingga sampai di depan pintu kamar Jungkook. Dahyun menempelkan telinganya pada pintu seraya menajamkan pendengarannya.
“Ahh … sakit.”
Dahyun melotot saat mendengar suara wanita itu. Apa ini? aku tidak salah dengarkan? D-dia … mendesah?
“Mian, aku akan memasukannya perlahan.”
Pikiran Dahyun semakin menjalar kemana-mana, apalagi setelah mendengar perkataan Jungkook barusan. Namun setelah itu, tidak terdengar suara apapun.
Dahyun semakin menempelkan telinganya pada pintu namun kakinya tanpa sadar melangkah. Bagian terburuknya, pintu itu tidak terkunci hingga tubuh Dahyun limbung ke depan saat pintu itu terbuka dan berakhir jatuh—dengan sangat tidak estetik—ke lantai.
Dahyun meringis nyeri tapi rasa malunya jauh lebih besar, Aisshh memalukan, sekarang aku harus bagaimana?
“Mwoya, sedang apa kau di sana?” tanya Jungkook. Dahyun semakin memejamkan matanya dengan erat, membuat lelaki itu menghela napas.
“Jangan berpura-pura pingsan. Kau menguping ya?” Dahyun mengulum bibirnya kuat sembari menggerutu dalam hati.
“Ya, Shin Dahyun!”
Dahyun berdecak sebal. Pada akhirnya ia mengubah posisinya menjadi duduk. Gadis itu berdeham seraya melayangkan senyum tipis pada wanita bersurai panjang itu.
“Maaf, aku tidak sengaja terpeleset tadi,” ujarnya mengarang alasan. Dahyun segera menunduk saat menyadari tatapan tajam Jungkook padanya.
“Keluar,” usir Jungkook dingin membuat Dahyun terhenyak.
"Shin Dahyun.”
“Eoh?” pikiran Dahyun seketika kosong.
“Keluar dari kamarku!” usirnya lagi dengan lebih tegas, semakin membuat sesuatu dalam diri Dahyun terasa nyeri. Ia merasa seperti sampah.
“Tentu saja! Aku akan keluar dari sini! Memangnya aku siapa? Aku hanya menumpang di sini jadi ... nikmatilah waktu kalian, maaf kalau kehadiranku mengganggu momen berharga kalian, terutama kau, Hwang Jungkook-ssi.” Tanpa menunggu lagi, Dahyun langsung ke luar dari kamar Jungkook seraya menutup pintunya dengan keras.
Matanya sudah memanas. Ia merasa sangat bodoh karena telah berpikir kalau Jungkook mungkin memiliki sedikit rasa untuknya. Kenyataannya, lelaki itu sama sekali tak menganggapnya. Ucapan dan tindakannya malam itu mungkin sama sekali tidak berarti untuknya.
Dahyun mengenakan mantelnya lantas keluar dari rumah itu. Salju yang turun membuat suhu malam ini semakin membekukan tapi Dahyun tidak peduli. Sepertinya, ia benar-benar harus segera mencari rumah baru dan melupakan kejadian malam itu yang sempat membuat jantungnya berdebar sebelum ia harus kembali merasakan patah hati.
“Chaeyoung-ah, kau ada di rumah?”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top