#16. Happy Ending

Play multimedia

Ini part terpanjang, so jangan sungkan buat nyepam or
ninggalin jejak di komen ya
Happy reading 😗💜💕

Mwoya, jadi sejak awal, kami sudah akan dijodohkan?”

Dahyun benar-benar merasa dibohongi. Apalagi saat melihat kedua orangtuanya dan orangtua Jungkook datang kemari untuk membahas soal pernikahan—yang rupanya memang telah direncanakan sejak lama.

Berbeda dengan Dahyun, Jungkook duduk dengan tenang, seolah tidak memiliki kesalahan apapun dan hanya melayangkan senyum tipis saat Dahyun melirik penuh tanda tanya ke arahnya.

Bahkan selama pertemuan itu berlangsung, Dahyun tidak angkat bicara lagi. Gadis itu bahkan menepis tangan Jungkook saat lelaki itu ingin mengenggam tangannya. Ia benar-benar kesal dan hanya mengangguk-ngangguk saja saat dimintai pendapat.

“Dahyun-ah, kau kenapa? apa kau tidak setuju dengan perjodohan ini?” tanya Eun Jung—ibu Jungkook—saat melihat calon menantunya itu murung.

Dahyun menggeleng seraya tersenyum canggung, “Aniyo eomoni. Aku hanya sedang berpikir, kenapa hanya aku saja yang tidak tahu soal perjodohan ini.”

Gadis itu kemudian menatap ibunya dengan kesal, “Eomma, kenapa kau tidak memberitahuku? Semua orang disini sudah tahu, kenapa hanya aku yang tidak diberitahu?”

“Dahyun-ah, eomma—“

“Itu semua ideku.” Dahyun menatap Jungkook tak percaya sementara lelaki itu melanjutkan, “Aku yang merencanakan semua ini.”

Mwo?” Dahyun tertawa garing, menertawakan omong kosong macam apa yang baru saja ia dengar. Ia menggeleng, benar-benar tak habis pikir jika selama ini Jungkook telah membohonginya. Matanya sudah berkaca-kaca saat ia menatap Jungkook.

“Kenapa? kenapa kau membohongiku?”

“Dahyun-ah, dengar, aku tidak—“

Dahyun kembali menepis tangan Jungkook. Gadis itu segera berdiri, “Maaf, sepertinya aku akan memikirkan lagi soal pernikahan ini.” Setelah mengatakan itu, Dahyun segera pergi dari rumah itu, mengabaikan Jungkook yang terus mencoba menahannya.

Dahyun paling benci dibohongi, apalagi jika orang yang membohonginya adalah orang yang ia sayangi, rasanya jauh lebih menyakitkan.

Dahyun menendang-nendang krikil di depannya, kepalanya masih terus menunduk sementara tangannya masih digenggam dengan erat oleh seseorang. Siapa lagi kalau bukan Jungkook, lelaki itu mengejarnya dan ngotot ingin terus menggenggam tangannya supaya gadis itu tidak kabur lagi.

“Masih marah?” Entah sudah berapa kali Jungkook menanyakan hal itu sementara Dahyun masih terus bungkam. Lelaki itu berdecak, kesabarannya sudah habis karena sudah hampir setengah jam mereka berjalan tak tentu arah namun Dahyun masih belum mengucapkan sepatah katapun padanya.

Tanpa aba-aba, Jungkook menarik tangan Dahyun menuju bangku taman, lantas mengangkat tubuh gadis itu dengan mudah dan menaikannya ke atas kursi, membuat tinggi mereka menjadi sama.

Dahyun masih menunduk membuat lelaki itu mencondongkan kepalanya supaya bisa menatap wajahnya dari dekat.

“Hey, sampai kapan kau akan mendiamkanku seperti ini?” tanyanya lembut. Dahyun menghela napas, gadis itu mencoba untuk turun dari kursi namun Jungkook kembali menahan tubuhnya.

“Shin Dahyun, jangan membuatku kesal,” ujar Jungkook seraya menatap tajam Dahyun membuat gadis itu agak terhenyak. Jungkook kembali menghela napas, “Aku tidak akan pergi sebelum kau mengatakan sesuatu.”

Dahyun memejamkan matanya, menggigit bibir bawahnya menahan sesak sampai akhirnya ia angkat bicara, “Kenapa? kenapa kau membohongiku?” tanyanya lirih.

“Lalu? Apa jika kedua orangtuamu mengatakan kalau kau akan dijodohkan dengan lelaki asing, kau akan langsung menerimanya?” balas Jungkook, membuat Dahyun langsung mendongak ke arahnya.

“Kau pasti tidak akan menerimanya, kan? Dan kalaupun itu terjadi, kau pasti akan sangat membenciku. Pernikahan kita akan tetap berlangsung disaat kita sama-sama saling tidak menyukai. Jika dalam drama atau novel, kita pasti tetap berakhir saling jatuh cinta, tapi jika di dunia nyata? Hal itu belum tentu terjadi. Lagipula, aku juga tidak ingin menikahi wanita yang tidak kucintai.” Air mata Dahyun kembali mengalir membuat Jungkook segera mengusapnya dengan lembut.

“Jadi … itu sebabnya aku merencanakan semua ini. Termasuk meminta izin pada ibumu supaya kau tinggal di rumahku untuk sementara. Aku ingin mengenal orang yang akan dijodohkan denganku dan melihat apakah kami cocok tinggal bersama atau tidak. Jika tidak, aku bisa langsung mengusirmu dan menganggap kalau perjodohan itu tidak akan pernah terjadi, kau juga tidak akan sakit hati karenanya. Tapi maaf, kalau rencanaku itu justru menyakitimu.”

“Ck, kau baru sadar? Seharusnya kau rahasiakan saja itu sampai akhir! Jangan memberitahuku dan membuatku merasa seperti orang bodoh.” Dahyun masih protes, wajahnya bahkan sudah sangat merah karena terus menangis. Pantas saja, waktu itu ibunya cuek saja saat ia mengatakan kalau Jungkook itu tidak gay, bahkan saat ibu Jungkook tahu kalau penyebab putranya sakit adalah karena mencari keberadaannya saat badai salju pun, ia tidak marah. Kedua orangtua mereka memang sudah berniat menjodohkan mereka.

Ahh … jinjja, wajahku sekarang pasti terlihat sangat jelek.” Dahyun merengek namun itu malah semakin membuat Jungkook gemas.

Aniya, neon yeopo.” Jungkook kembali mengusap air mata di pipi Dahyun sementara bibir gadis itu mengerucut imut. Kalau saja di sini tidak ada kumpulan anak kecil yang sedang bermain, Jungkook pasti sudah menciumnya.

“Sudah jangan menangis lagi dan tolong jangan membuatku ingin menerkamu di sini,” bisik Jungkook namun Dahyun malah semakin memonyongkan bibirnya membuat Jungkook semakin tak tahan dan berakhir membungkam bibir gadis itu dengan tangannya.

Tsk, kau ternyata sangat susah diatur ya.”

Dahyun memberengut saat Jungkook  menjauhkan tangannya dari bibirnya. Ia mengelus perutnya sembari ber-aegyo, “Oppa, nan baegopa.” (Oppa, aku lapar)

Jungkook melotot, matanya berkedip-kedip dengan raut wajah polos dan kedua telinganya yang memerah. “M-mwo? Kau bilang apa tadi?”

Dahyun mendengkus sebal namun ia kembali memasang wajah imutnya yang dilebih-lebihkan. “Oppa! Naneun—“

“Sudah-sudah! Ayo kita cari makan!” Jungkook segera menarik tangan Dahyun sebelum jantungnya meledak karena dipanggil oppa dengan suara seimut itu namun gadis itu malah melepaskan genggamannya membuat lelaki itu kembali menoleh ke arahnya.

“Kakiku sakit,” cicit Dahyun, tangannya menarik-narik mantel Jungkook. “Gendong,” lanjutnya seraya tersenyum dan mengedip-ngedipkan matanya gemas.

Tentu saja, lelaki itu tidak bisa menolak walaupun rasanya ia ingin sekali mencubit-cubit pipi Dahyun karena gemas.

Dahyun langsung memeluk leher Jungkook dengan erat saat lelaki itu menggendongnya. Rasa kesalnya tadi meluap begitu saja, namun ia masih ingin mengerjai lelaki itu, apalagi saat melihat kedua telinga Jungkook yang memerah. Dengan jahil, gadis itu meniup-niup telinga Jungkook, membuat lelaki itu melotot.

Ya Shin Dahyun, apa yang kau lakukan?”

“Memangnya kenapa? aku hanya meniupnya karena telingamu merah sekali.”

Jungkook menggeram, ia benar-benar menyesal karena sudah membuat Dahyun menangis tadi. Pembalasan dendamnya sungguh sangat menyiksanya.

“Shin Dahyun hentikan! Jangan menggodaku!”

“Siapa yang menggoda? Aku hanya—aww! Ya! Itu pelecehan!” Dahyun langsung menggeplak kepala Jungkook saat lelaki itu meremas pahanya.

“Makanya berhenti menggodaku!”


Malam telah tiba. Beberapa lampu cantik telah menyala di sepanjang jalan yang menambah keindahan malam ini. Jungkook menarik tangan Dahyun, menggenggamnya erat sebelum memasukannya ke dalam saku mantelnya.

“Wah … kupikir aku tidak akan pernah merasakan kencan yang ‘normal’ saat bersamamu, tapi hari ini benar-benar menyenangkan.”

Jungkook tersenyum tipis, merasa senang mendengarnya. “Kau suka? Padahal kita hanya berjalan-jalan saja seharian.”

“Iya, jalan-jalan seperti ini rupanya menyenangkan juga. Lagipula, aku sudah bosan dengan siklus kencan yang hanya makan atau pergi ke café lalu nonton di bioskop. Apalagi saat ke club, itu benar-benar mimpi yang sangat mengerikan, untung kau datang, kalau tidak aku pasti sudah—“

Syuutt—jangan diteruskan. Sebaiknya kau jangan mengingat-ngingat hal buruk. Cukup ingat kenangan yang baik saja, oke?”

“Siap, Tuan Hwang!”

Keduanya saling menebar tawa, membuat beberapa orang yang melihat mereka sangat iri karena kedekatannya. Walau begitu, keduanya masih sering bertengkar karena hal sepele. Jarak usia yang hanya berbeda satu tahun ditambah tinggal di bawah atap yang sama selama beberapa bulan membuat mereka sudah tak canggung lagi untuk saling mengejek satu sama lain.

“Dahyun-ah.”

Wae?”

Jungkook memeluk Dahyun dari belakang, menyandarkan kepalanya di bahu gadis itu seraya melihat gemerlapnya Seoul di bawah sana. “Kau pasti akan menerima perjodohan itu, kan? Tidak akan pergi meninggalkanku?”

Dahyun tersenyum mendengarnya, “Entahlah … sepertinya aku harus memikirkannya lagi,” ujarnya, sengaja menggoda lelaki itu untuk yang kesekian kalinya.

Jungkook mendengus geli, ia sendiri juga tidak paham kenapa ia bisa begitu jatuh cinta pada Dahyun. Padahal awalnya, ia sama sekali tidak berniat untuk menjalin hubungan dengan perempuan lagi, apalagi menikah. Baginya, itu sangat merepotkan. Tapi jika itu bersama Dahyun, sepertinya Jungkook tidak keberatan karena ia sudah terbiasa dengan kehadirannya dan selalu cemas jika tak melihatnya.

Saranghae.” Dahyun terdiam saat mendengar kata itu keluar dari bibir Jungkook. Gadis itu mengulum senyum, “Kapchagi?” (tiba-tiba)

Jungkook memejamkan matanya, menciumi wangi rambut Dahyun yang semakin membuatnya nyaman. “Hanya ingin mengatakannya saja. Tidak usah dijawab, aku sudah tahu jawabannya.”

“Ck, dasar. Aku baru tahu kalau kau bisa semanja ini.”

“Kau akan kaget saat kita sudah menikah nanti.”

Jinjja? Sepertinya aku sudah tahu semua kebiasaanmu saat di rumah.”

Jungkook menggeleng, “Itu bukan diriku. Diriku yang sebenarnya hanya akan kau ketahui nanti disaat kita sudah sah menjadi suami istri.”

Woah … apa aku harus menantikannya?”

“Tentu saja.” Jungkook mengecup pipi Dahyun. “Kau harus menyiapkan mental dan hatimu, karena aku tidak akan membiarkan lelaki manapun menyentuhmu.”

Lengannya semakin memeluk Dahyun dengan erat, menghantarkan hangat yang membuat angin malam seolah sirna. “Aku tidak suka jika milikku disentuh orang lain, jadi aku akan selalu menjagamu.”

Tsk, ya, geumanhe. Sudah cukup untuk hari ini, kantung gulaku sudah penuh karena gombalanmu itu.”

Jungkook tertawa mendengarnya. Lelaki itu lantas melepaskan pelukannya, menggantinya dengan genggaman tangan yang membuat Dahyun menoleh ke arahnya.

“Sudah malam, ayo kita pergi,” ajak lelaki itu seraya kembali memasukan genggaman tangan mereka ke dalam saku mantelnya.

“Kemana?”

“Pulang, ke rumah kita.”

Dahyun tersenyum, ia menyandarkan kepalanya pada Jungkook. Kembali menyusuri jalan menuju rumah mereka.

Rasanya, waktu berjalan begitu cepat. Namun Dahyun tidak mengira, jika pada akhirnya, ia akan tetap berakhir di rumah itu, bersama Jungkook yang pada awalnya ia anggap sebagai pemilik rumah menyebalkan.

Pengalamannya berkencan dengan banyak pria seolah tidak berarti tanpa kehadiran Jungkook. Disadari atau tidak, lelaki itu memang selalu ada di saat ia tengah berkencan dengan seseorang. Dan kini, ia justru tidak mengingat satupun pria yang telah berkencan dengannya selain Jungkook.

Jungkook miliknya, begitupun dengan Dahyun, yang akan menjadi milik lelaki itu sepenuhnya. Tanpa sentuhan pria lain, hanya Jungkook.

Begitu posesif, namun Dahyun menyukainya.

The End

Endingnya emg persis seperti yg di ebook tpi tenang, bakal ada part bonusnya kok 😗💜

Ending ini sengaja aku post bertepatan dengan ultahnya uri dubu yg kebetulan cuma beda sehari sama aku yg ultah kemarin hehe, saengil chukkae eonni💜💕

Oh ya, aku juga ada buat video halu dahkook gt buat ultah daday yg sekarang, yg follow igku pasti udh tau. Tpi vid itu aku post di tiktok juga di @dahkookies💜/kimarmyla27. Jangan lupa mampir ya hehe

See you di bonus chap ya💜💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top