[DS] - Rare
Hari ini Heeyoung sangat sibuk. Sedari tadi, gadis cantik itu menatap fokus ke layar komputer; melihat kembali hasil-hasil editing-nya sebelum melanjutkannya ke tahap finishing.
"Heeyoung-ssi, untuk grafis fotonya Wonho tolong lighthing-nya dikurangi."
"Heeyoung-ssi, pamflet schedule-nya sudah selesai? Kau tidak lupa menambahkan simbolnya kan?"
"Heeyoung-ssi, untuk tulisan 'Follow' tolong dirubah sebagiannya seperti larut dalam air."
Ya, ini sudah menjadi hal yang biasa, sebagai seorang photodit memang mengharuskan Heeyoung untuk mengerjakan project grafis dari awal hingga selesai, tidak sama seperti photografer—yang hanya diwajibkan untuk mengambil suatu objek—ataupun editor—yang hanya bertugas mengedit hasil dari si photografer—pada umumnya.
Apalagi, akhir bulan Oktober nanti, Monsta X—boygroup andalan agensinya—akan melakukan comeback dengan mini album 'Follow : Find You'. Hal itu jugalah yang membuat gadis berparas cantik itu menjadi tidak punya waktu luang selama satu bulan belakangan ini.
∞∞∞
Dari ruang latihan terlihat Hyunjung dan beberapa member WJSN sedang berlatih. Sekitar 20 menit yang lalu manager mereka berkata, setelah Monsta X comeback, mereka juga akan melakukan comeback pada bulan November nanti.
Tak lama kemudian, Eunseo masuk ke ruang latihan dengan tangan yang membawa beberapa ice coffee. "Daebak! Semua orang di bagian office terlihat sangat sibuk," ucap Eunseo.
"Wajar saja, comeback Monsta X Sunbae-nim itu ibarat masa panennya perusahaan," sahut Exy, leader dari WJSN dengan kemampuan rap yang sangat bagus.
"Aku kasian sama Heeyoung Eonnie, tadi aku melihatnya menggunakan banyak sekali obat tetes mata," sambung Eunseo. Memang Heeyoung dan member WJSN mempunyai relasi yang bisa dibilang—sangat—dekat, itu semua berawal dari Hyunjung yang sering mengajak Heeyoung saat dia sedang berkumpul dengan member lainnya.
Mendengar hal itu, Hyunjung pun keluar dan segera menuju ruang office yang berada tak jauh dari ruang latihannya. Dan benar saja, ketika Hyunjung berada di depan pintu masuk, dari jendela kaca dia melihat Heeyoung yang masih berkutat dengan pekerjaannya.
"Biar kutebak, kau pasti melewatkan jam makan siangmu."
Heeyoung sedikit terkejut karena melihat ada seseorang berada di sampingnya. "Eonnie."
"Kau harus makan, Heeyoung-ah."
Lalu Hyunjung menarik tangan Heeyoung, mengajaknya ke kafetaria yang berada di lantai 1 gedung agensinya.
"Aku tau alasanmu bekerja sekeras itu, tapi jangan lupa untuk makan."
"Gumawo Eonnie... sebenarnya kerjaanku sudah selesai, tadi aku hanya sedang merapikan folder-foldernya saja."
Spontan bola mata Hyunjung merotasi dengan raut wajah yang setengah kesal. "Kau semakin pintar bikin alasan."
Setelah mengambil makanan, mereka berdua menuju meja yang berada di sudut kafetaria sambil membawa nampan masing-masing. Karena Hyunjung sedang diet jadi dia hanya mengambil sepotong roti isi tuna dan segelas air. Berbanding terbalik dengan nampan Heeyoung terlihat hampir penuh, menu yang dia pilih adalah spaghetti carbonara, 2 potong roti isi daging, puding karamel berukuran sedang dan tak lupa ice chocomatcha, kesukaannya.
"Aku bukan anak kecil lagi Eonnie, kau tidak perlu repot-repot seperti ini," cicit Heeyoung yang merasa tidak enak hati pada Hyunjung.
"Ah, kenapa kata-katamu persis seperti yang dibilang Jungwoo?" Sejenak Hyunjung teringat kalimat andalan yang sering Jungwoo ucapkan. Dan sekarang, dia mendengarnya lagi dari Heeyoung, seseorang yang sudah dia anggap seperti adiknya.
"Jeongmalyo!?" Tanpa Heeyoung sadari, intonasinya menjadi lebih antusias. Tepatnya di saat Hyunjung menyamakan dirinya dengan Jungwoo. Bukan, maksud dia perkataannya tadi yang sama.
"Wae? Kenapa kau terlihat senang?"
"Seolma? Tidak Eonnie... hanya sedikit terkejut," sanggah Heeyoung.
Gadis cantik itu mengigit bibir bawahnya. Heeyoung pabo, jinjja. Buru-buru dia menyantap makan siangnya.
"Oh ya, bicara tentang dia... kau tidak menjawab pesanku waktu itu."
Kunyahan Heeyoung terhenti, dia menatap Hyunjung dengan raut bingung. "Pesan yang mana, Eonnie?"
"Kenapa waktu itu kauminta alamat rumah Jungwoo?"
∞∞∞
Doyoung sedang berada di balkon asrama bersama Jaehyun, menikmati langit senja dengan beberapa kaleng bir dan sebungkus kacang goreng. Sebuah kombinasi sempurna untuk menikmati hari santai, tanpa aktivitas idolnya.
"Hyung, kau menyeramkan," kata Jaehyun yang sejak tadi memperhatikan Doyoung yang tersenyum melihat langit; terkekeh halus.
"Benarkah?"
"Hmm, kau sedang membayangkan sesuatu? Jangan bilang kau sedang membayangkan hal por—"
Doyoung mendengus saat mendengar pertanyaan Jaehyun. "Wajahnya sangat cantik, Jaehyun-ie."
"M-mwo?! Nugu?"
>>>
Mendengar perkataan Doyoung, seketika alis Heeyoung berkerut lalu mengigit jari telunjuknya. Dia baru menyadari kesalahannya. "Ah, aku tidak sadar sudah menyinggung perasaan mereka. Bagaimana ini, Oppa? Aku harus apa?"
Doyoung menertawakan kepanikan gadis itu. Namun, diam-diam matanya menelurusi setiap sudut wajah Heeyoung, dimulai dari sepasang netra teduh berwarna coklat terang, lalu menurun hingga berhenti tepat di bibir merah muda milik gadis itu.
Tangan Kim Doyoung menyentuh punggung tangan Heeyoung, sembari—berpura-pura—memasang raut wajah seriusnya. Pria itu berkata, "Kau bisa membantu mereka mencuci piring, Heeyoung-ssi."
Heeyoung spontan memukul pelan lengan pria itu, lalu mereka berdua tertawa bersama.
<<<
"Namanya..." Doyoung tersenyum tipis, karena melihat Jaehyun yang menatapnya dalam diam. Tak lupa dengan ekspresi penasarannya.
"Namanya?"
"Rahasia," kata Doyoung.
Seketika raut wajah Jung Jaehyun berubah masam, dia beranjak dari duduknya dan meninggalkan Doyoung yang kembali tersenyum sendiri sambil menanyikan lagu Ariana Grande yang berjudul One Last Time.
Semakin persis dengan orang gila.
Dongjo memindahkan masakannya ke piring saji lalu meletakkannya di meja makan. Sudah sekitar satu jam dia berada di dapur untuk memasak makan malam. Dokter tampan itu sedang tidak berselera menyantap masakan restoran. Jadi, dia memilih untuk masak sendiri. Lagian rasa masakannya tidak buruk, bisa dibilang sangat enak.
"Daebak! Oppa, kau seharusnya menjadi chef saja daripada dokter."
Seorang gadis cantik yang keluar dari kamarnya terkagum-kagum melihat masakan yang di buat Dongjo, 2 porsi steak daging bagian tenderloin, salad sayur dan beberapa tumis asparagus. Terlihat sangat menggiurkan.
"Ck! Memujiku supaya aku semakin rajin masak kan? Seharusnya perempuan yang memasak, dasar kau ini!"
Sebenarnya momen yang cukup langka bagi Dongjo bisa makan bersama adiknya. Hal itu karena pekerjaannya yang tergolong sibuk. Walapun bisa, salah satu dari merekalah yang meluangkan waktu; mendatangi tempat kerja si pihak yang sibuk lalu makan di restorant terdekat.
"Bagaimana pekerjaanmu di kantor?"
"Lancar, boygroup di agensiku sedang persiapan comeback... makanya jadi sibuk."
"Jangan terlalu diporsir, vitaminmu jangan lupa diminum."
"Arraseo, Oppa besok masuk shift malam kan?"
"Ho, wae?"
"Besok pagi ayo jogging bersama." Dongjo nampak berpikir sejenak, dia mengambil gelas dan menuangkan air minum untuknya dan adiknya
"Tidak bisa, besok aku tetap berangkat pagi."
"Ke mana?" tanya sang adik, sorot matanya yang sedikit kecewa.
"Ke panti asuhan bersama pasienku."
Memang sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu bersama, terakhir kali mungkin awal bulan lalu. Dalam hati, Dongjo merasa tidak tega melihat raut kecewa adiknya. Tetapi, saat ini dia memang harus memprioritaskan pasiennya.
Seusai makan malam, adiknya masuk ke dalam kamar. Sedangkan Dongjo berada di ruang tengah sembari fokus melihat rekam medis pasien. Pria itu menghela nafas untuk kesekian kalinya, semoga saja cara ini bisa memberikan efek positif.
"Yeoboseyo, Dokter Dongjo."
"Kau sudah membaca pesanku?"
"Nee, saya sudah membacanya, Dok. Lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya."
"Kau bisa datang jam 8 pagi?" tanya Dongjo.
"Bisa Dok, nanti akan saya kabari kalau sudah sampai."
"Baiklah, kalau begitu sampai ketemu di sana."
"Sampai bertemu besok." Percakapan itu berakhir. Dongjo menatap nanar layar handphone-nya. Dia dan pasiennya tidak punya banyak waktu, tidak terasa satu bulan sudah berlalu tanpa kemajuan yang signifikan. Dongjo tidak bisa membiarkan hal itu.
>>>
"Mohon bantuannya Dok, agensi hanya mengizinkan enam bulan saja," pinta manager dari pasiennya.
"Saya tidak bisa menjamin ka—"
"Kemungkinan dia akan di keluarkan dari grup kalau lebih dari waktu kesepakatan."
Dongjo terkejut mendengar perkataan pria yang berada di depannya ini. Bagaimana bisa orang yang masih terhitung baru memulai debut terancam di keluarkan?
"Memang terlihat kejam tapi seperti itulah industri musik. Saya mohon Dokter Dongjo," lalu manager itu membungkukkan badannya, "saya tidak mau kehilangan Jungwoo."
Dongjo melihat pria itu menitikkan air mata. Yoojin-ssi, manager NCT menangis sambil memohon kepadanya.
<<<
"Kim Jungwoo... semoga tempat itu memberikan kita harapan."
Dongjo menatap kategori gangguan psikis yang terdapat di lembar rekam medis, di situ tertulis 'langka'.
[n.s]
Kim Jungwoo 😍
Btw sudah liat warna rambut Jungwoo terbaru???? Demi apa coba! dia black hair juga dongggg. *sedang terkejang-kejang dikamar*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top