[DS] - Mine
Dering handphone memecah keheningan Heeyoung di pagi hari. Gadis itu menggeliat risih sambil meraba sekitarnya; mencari sumber suara.
"Yeoboseyo?" tanya Heeyoung dengan suaranya yang terdengar parau.
"Baru bangun?"
Saat mendengar suara itu, kesadaran Heeyoung langsung kembali sepenuhnya. Dia menjauhkan benda itu dari telinganya dan mengecek nama panggilan yang masuk.
"Uhm."
"Hari ini jadi lembur?"
"..."
"Heeyoung-ah?"
"Hm?"
"Apa aku mengganggumu?"
"Aniya! Tidak sama sekali. Geunyang... aku masih belum terbiasa."
"Gwenchana, kita jalani pelan-pelan ya?"
"Terim—"
"Untuk ini jangan berterima kasih." kalimat itu sempat terputus beberapa detik sebelum, "kau membuatku merasa jauh."
Perkataan itu seolah menyentak Heeyoung, lawan bicaranya benar. Bahkan gadis itu sadar yang dia lakukan tidak lebih dari sebuah keharusan dalam artian sopan santun.
"Arraseo, Oppa sedang apa?"
"Menelponmu."
"Selain itu?"
"Memikirkanmu."
Alis Heeyoung sedikit berkerut. "Memikirkan tentang apa?"
"Wajahmu saat bangun tidur."
"Jangan dibayangkan, nanti Oppa menyesal."
"Wae?"
"Karena aku lebih cantik ketimbang yang sering Oppa liat."
"Jangan berhalusinasi."
Jawaban dari lawan bicaranya membuat Heeyoung tertawa, dia tidak menyangka akan dibalas seperti itu. "Hari ini aku jadi lembur."
"Arraseo, nanti aku akan menjemputmu."
"Memangnya boleh?"
"Boleh selama dormku punya pintu."
"Oppa! Aku serius."
"Aku lebih serius lagi, kau mau menikah nanti sore pun aku siap."
"Jangan berhalusinasi!" Detik berikutnya Heeyoung langsung memutus percakapan mereka. Untuk sesaat, gadis itu merasa pipinya sedikit hangat.
Terdengar suara notifikasi chat masuk, segera dia buka.
Doyoung
Heeyoung-ah,
Kau sangat lucu ketika malu.
Heeyoung
Kau menyebalkan, Oppa.
Gadis bersurai panjang itu menyibak selimut yang sejak tadi menyelimutinya, lalu bangkit dari ranjang dan melihat ke arah sisi kamar. Dia melangkah hingga berada tepat di depan selembar poster yang menempel di dindingnya.
Padahal ini seharusnya menjadi salah satu dari banyaknya hal yang dia impikan sejak dulu—meskipun kalau dipikirkan ulang nyaris tidak mungkin terjadi. Namun, ketika dia sudah mendapatkannya. Kenapa masih terasa ada yang kosong?
Gadis itu sendiri tidak mengerti, kemana perginya Heeyoung yang selalu mengidolakan sosok Kim Doyoung.
"Oppa, kamshamnida."
(..)
Doyoung tidak bisa menahan senyumnya. Hah~ sungguh pagi hari yang sangat—
"Nugu!?"
—menyebalkan. "Kamchagiya!"
"Yang tadi siapa, Hyung?"
"Sejak kapan kau masuk?"
"Mulai tadi."
"Apa saja yang sudah kau dengar?"
"Tidak semua tapi yang paling ku dengar, 'Aku lebih serius lagi, kau mau menikah nanti—"
"Berhenti! Jangan diteruskan."
"Jadi itu siapa, Hyung?"
"Heeyoung."
"Oh Heeyoung No..." Pria itu menatap kaget Doyoung. "MWOOOO! HEEYOUNG NO—UMMH!"
"Pabo! Jangan teriak," kata Doyoung sambil menyekap mulut pria yang di hadapannya.
"Awaso, mwepaskwan duwu," pinta orang itu sambil memukul-mukul lengan Doyoung.
Kim Doyoung pun melepaskannya. Namun, yang terjadi handphone miliknya diambil orang itu, lalu dibawa pergi keluar dari area kamarnya.
"YAK! LEE HAECHAN!"
Pada akhirnya Doyoung kembali mendapatkan handphone-nya yang dibawa kabur Haechan. Ah, kalau saja Taeyong tidak menghentikannya, mungkin dia sudah menjitak kepala adiknya yang nakal itu.
"Ayo sarapan."
Sarapan bersama memang selalu nikmat dibandingkan memesan makanan lalu memakannya sendiri di kamar. Sama seperti yang terlihat saat ini, para member berkumpul di meja makan. Semua nampak menikmati makannya kecuali mereka berdua, yang satu sedang memandang sinis ke orang yang berada di depannya. Sedangkan orang yang dipandang bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa.
"Doyoung-ah, bola matamu hampir keluar," ucap Johnny yang berada di sebelahnya.
Haechan yang mendengar itu pun tertawa, dia hendak mengambil lauk namun sumpitnya dihadang sendok milik Doyoung.
"Hyung!"
"Makanya jangan bertingkah." Doyoung mengambil lauk itu dan memindahkannya di atas mangkuk nasinya lalu memakannya dengan tenang.
"Apa lagi yang kau perbuat Haechan-ah?" tanya Yuta.
"Ani, aku cuma," perkataan Haechan terputus saat dia menenggak air putih, "membaca pesan Doyoung Hyung dengan pacarnya," sambungnya dengan ringan, mengabaikan seseorang yang tersedak hingga terbatuk saat mendengarnya.
"Yak! Lee Haechan!" bentak Doyoung sambil menepuk-nepuk dadanya.
Sempat hening beberapa saat, sebelum akhirnya.
"MWOOO?!"
Setelah itu, ruang makan menjadi heboh.
"Waegeure? Suara kalian terdengar sampai luar," kata Taeil yang berada di depan pintu, lalu berjalan ke meja makan dengan Jungwoo di belakangnya. Mereka berdua habis belanja stock laundry seperti sabun dan pengharum pakaian.
"Hyung! Doyoung Hyung berkencan," kata Mark dengan heboh.
"MWO!?" respon yang sama seperti member lain.
"Pacarnya sangat cantik. Aku melihatnya sendiri." Tambah Haechan sambil mengacungkan jempolnya.
"Yak! Kim Doyoung, katakan sesuatu."
Sedangkan Doyoung sejak tadi terdiam, raut wajahnya terlihat was-was. Beberapa kali pria itu menarik-hembuskan nafasnya, berusaha untuk tenang.
"Tolong jangan beritahu Yoojin Hyung," ucap Doyoung.
"Apa dia gadis yang sudah membuatmu gila beberapa bulan ini?" tanya Jaehyun.
"Hyung dekatkan nasinya," ucap Jungwoo.
"Iya, dia seorang photografer dan editor di Starship Entertaiment," perkataan Doyoung membuat Jungwoo yang awalnya ingin mengambil nasi jadi terhenti sejenak, "namanya Heeyoung."
"Kau harus menraktir kami Hyung," komentar Jungwoo sambil menyendokkan nasi ke mangkuknya, "aku mau samgyoepsal."
"Arraseo, nanti aku belikan," sahut Doyoung, pria itu menyodorkan lauk ke arah Jungwoo.
"Assa~"
Selanjutnya Doyoung dihadapkan dengan beberapa pertanyaan dari Yuta, Johnny, Jaehyun, dan Mark yang masih penasaran tentang sosok Heeyoung, dengan senang hati dia menjawabnya tak lupa Haechan ikut menambahkan.
"Habis sarapan datang ke kamarku," titah Taeyong singkat dan membuat suasana jadi sunyi seketika, memang sejak tadi leader mereka hanya diam saja.
"Terima kasih untuk sarapannya," ucap Jungwoo memecah keheningan, pria itu bangkit membawa piring kotornya ke tempat cuci piring sambil bersenandung ria. Namun. tanpa Jungwoo sadari ada seseorang yang sedari tadi memperhatikannya.
Sepertinya Doyoung tidak tau tentang kalian berdua, benar seperti itu kan, Jungwoo? Tanya Taeil dalam hati.
"Oppa!" Heeyoung menepuk pundak pria yang membelakanginya, "sudah lama menunggu? Aku kira tidak jadi."
Pria itu berbalik menghadap Heeyoung sambil tersenyum lebar, "Bagaimana bisa tidak jadi? Aku saja buru-buru ke sini karena ingin melihatmu ... Ayo," ajak pria itu sembari menggenggam tangan Heeyoung lalu menariknya agar berjalan disampingnya.
"Oppa?"
"Uhm?"
"Apa tidak masalah? Bagaimana kalau ada yang lihat?" tanya Heeyoung yang khawatir.
"Gwenchana, kau tidak lihat? Wajahku saja hampir tidak terlihat."
"Tapi—"
"Jangan khawatir, Heeyoung-ah," kata Doyoung dengan nada yang lembut.
"Uhm baiklah, Oppa sudah makan?"
"Belum, mau nemani?"
"Nee."
"Kalau minta disuapi, boleh?"
"Yak~" Heeyoung menyentak pelan genggaman tangan mereka, tapi pria itu semakin mengeratkannya.
"Mau kunanyikan lagu?"
"Apa ini sogokan?" kata Heeyoung yang bertanya balik, membuat sang pria jadi tertawa, "bagaimana kalau lagunya IU yang Through The Night?"
"Baiklah, tapi kau harus menyuapiku sampai habis, ya?"
"Yak! Lupakan saja Oppa." Heeyoung melepaskan genggaman tangan itu dan berjalan duluan, akan tetapi lengannya ditahan.
"Aku bercanda."
"Oppa, kau sangat usil."
Mereka berdua pun kembali berjalan di trotoar, sambil mencari tempat makan yang cocok untuk disinggahi. Dan betapa beruntungnya Heeyoung, sepanjang jalan dia bisa mendengar suara emas dari pria di sampingnya, Kim Doyoung.
[n.s]
Bagiku, dia bagaikan bintang di malamku yang gelap.
Dan dari banyaknya bintang di langit, cuma sinarnya yang selalu menyadarkanku 'Kalau malam tidak selamanya menjadi waktu untuk bersedih'.
Kim Jungwoo, i love you.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top