[DS] - Heal

Gadis itu masih terpaku melihat pria yang berada di hadapannya. "Bagaimana bisa kau ada di sini?"

Jungwoo pun sama kagetnya dengan Heeyoung, dia tidak menyangka akan bertemu—lagi—dengan gadis itu di tempat ini. Tadi sekitar sejam yang lalu, dia dihubungi Doyoung agar datang ke tempat ini, hyung-nya juga nitip dibelikan sebotol air mineral.

Tak lama terdengar 2 nada notifikasi yang bunyi bersamaan, dengan perasaan gusar Heeyoung mengambil handphone-nya.

Doyoung

Heeyoung-ah,

Kau harus mengatakannya sekali lagi, tentang perasaanmu

Gadis itu kembali terisak, kembali menyesali hal bodoh yang sudah dia lakukan. Melihat itu Jungwoo refleks berjongkok dan memegang pundak sebelah Heeyoung.

Karena perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak, sambil menenangkan gadis itu dia pun juga mengambil handphone di saku hoodie-nya lalu membaca isi chat yang masuk tadi.

"Doyoung Hyung tau tentang kita?" tanya pria itu meminta penjelasan kepada sang gadis yang masih terus menangis, "jebal, malhaebwa."

Heeyoung pun menceritakan semua hal yang terjadi hari ini kepada Jungwoo sambil menangis. Tentu saja hal ini membuat pria itu erkejut saat mendengarnya, dia tidak menyangka akan secepat ini. Jika ada seseorang yang patut dipersalahkan, orang itu bukan Heeyoung, melainkan dirinya.


"Ayo kita pergi dari sini," ajak Jungwoo setelah mengusap air mata Heeyoung, dia menarik pelan tangan gadis cantik itu agar ikut berdiri lalu membawanya pergi ke suatu tempat.

Pria itu menatap gadis di sampingnya, sekilas dia kembali teringat isi chat tadi.

Doyoung

Jangan membuatnya menangis lagi,

Jungwoo-ya, aku tau kau bukan orang yang jahat.





Setelah berjalan cukup lama, akhirnya mereka sampai di suatu tempat, di tempat ini bisa terlihat pemandangan indah perkotaan dari ketinggian. Jungwoo mengajak gadis itu untuk duduk di salah satu kursi yang tersedia di situ. Kemudian, dia membuka segel air mineral itu, lalu memberikannya ke Heeyoung.

"Minumlah."

"Gumawo," ucap Heeyoung kemudian menghabiskan hampir setengah dari isi keseluruhan.

Sejenak mereka kembali terdiam satu sama lain dengan dalih menikmati pemandangan yang tersaji di hadapan mereka, hingga pada akhirnya Jungwoo memutuskan untuk berbicara.

"Bagaimana bisa kau ada di sana juga?" tanya Heeyoung.

Terlihat arah pandang Jungwoo yang semula ke depan jadi menunduk. "Doyoung Hyung memintaku untuk menemuinya di tempat itu."

"Aku benar-benar sudah melukai perasaannya," Heeyoung pun kembali menangis, "aku terlihat seperti perempuan baji—"

"Ini bukan salahmu!" sela Jungwoo, "aku pikir menyembunyikannya adalah keputusan yang tepat... tapi ternyata aku salah, aku semakin membuat kita bertiga menjadi terluka."

"Jungwoo-ya."

"Heeyoung," pria itu menatap tepat di kedua mata Heeyoung, "maukah kau mendengarkan sesuatu?"

"Boga?"

Jungwoo pun menceritakannya kepada Heeyoung. Semuanya, tentang dirinya selama lebih dari 10 tahun ini, lalu tentang bagaimana dia bisa terjebak dengan lithromantic yang dideritanya—tanpa menutupi apapun.

Dan setiap perkataan yang dilontarkan pra itu kembali membuat air mata Heeyoung semakin mengalir deras. Apalagi di saat mengetahui, bahwa semua bermula dari pertemuan mereka dulu, gadis itu merasa seperti jantungnya remuk hingga nafasnya mulai tidak teratur.

Melihat itu, Jungwoo perlahan membawa Heeyoung ke dalam pelukannya, mengusap punggung sang gadis sambil berbisik, "Uljima, Heeyoung-ah.

>>>

Di depan lemari kaca berukuran besar, terlihat seorang gadis kecil yang terus menangis serta seorang pria yang beranjak remaja di sampingnya. Ini sudah yang ketiga kalinya mereka datang dalam satu hari.

"Eomma, Appa, bogosipo." Heeyoung kecil kembali menangis sambil memegang permukaan lemari kaca itu.

"Uljima, nanti Eomma sama Appa jadi ikut sedih." Dongjo memeluk adiknya itu, mencoba untuk menangkan meskipun sebenarnya sejak tadi dia pun menahan diri untuk tidak menangis.

Siapa yang tidak sedih melihat orang tuanya pergi terlebih dahulu? Di saat mereka masih sangat membutuhkan kasih sayang.

∞∞∞

Heeyoung menatap kosong ke arah depan, meski saat ini dia duduk di tempat keramaian—taman bermain. Hal itu tidak lantas membuatnya terhibur, hingga seseorang tiba-tiba datang dan mengajaknya berkenalan.

"Namaku Kim Hyunjung, aku kelahiran tahun sembilan lima. Siapa namamu?"

Awalnya gadis itu ragu untuk menjawabnya, namun saat kembali melihat sosok di depannya. Perasaan ragu itu berubah. "Heeyoung, senang berkenalan denganmu Hyunjung Eonnie."


Semenjak perkenalan itu, mereka kerap bermain bersama. Hingga suatu hari Hyunjung datang dengan antusias, melambaikan tangannya kepada Heeyoung yang sejak tadi menunggu di taman bermain.

"Heeyoung-ah, maukah kau pergi ke Aquarium bersamaku?"

Saat berada di Aquarium, dia kira Hyunjung hanya mengajaknya, tapi ternyata ada orang lain yang ikut bersama mereka. Orang itu tak lain dan tak bukan adalah anak laki-laki yang tadi dia jadikan objek potret.


∞∞∞

Ketika kedua mata Heeyoung terbuka, hal yang pertama kali dia lihat adalah kakaknya, Nam Dongjo yang menatapnya khawatir.

"Heeyoung-ah."

Gadis kecil itu menatap sekitar, lalu menyadari kalau di tangan kanannya yang terdapat selang infus.

"Oppa, di mana anak laki-laki tadi? tanyanya. Namun, sang kakak tidak menjawabnya sama sekali.


∞∞∞

Saat ini Heeyoung berada di bandara. Akibat kejadian itu, kakaknya memutuskan untuk mempercepat kepindahan mereka ke Jepang. Sebenarnya ini sudah lama di rencanakan, namun seharusnya tidak secepat ini.

Gadis kecil itu melihat kembali tustel miliknya hingga terdengar pengumuman dari pihak bandara, bahwasanya pesawat yang mereka naiki akan segera berangkat.

Heeyoung meninggalkan Korea Selatan dengan perasaan yang mengganjal sebab sampai saat ini dia tidak sempat mengucapkan salam perpisahan ke teman-temannya, Hyunjung dan juga anak laki-laki itu. 

Dalam hati Heeyoung berdoa, Semoga suatu hari nanti mereka bisa bertemu lagi.


∞∞∞

Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, kini gadis kecil itu tumbuh menjadi gadis cantik dan cerdas. Nam Heeyoung berhasil menjadi lulusan terbaik dengan predikat cumlaude di salah satu perguruan tinggi yang terkenal di Jepang, Nagoya University.

Berkat hal itu, salah satu kenalan dosennya secara khusus merekrutnya di agensi bernama Starship Entertaiment yang berkantor di Korea Selatan. Sungguh kebetulan yang mengejutkan ternyata kantor tempatnya berkerja adalah agensi yang menaungi salah satu teman masa kecilnya, Hyunjung.

Sebenarnya mereka sempat beberapa kali berpapasan di lobby ataupun kafetaria, hanya saja tidak saling mengenal hingga pada akhirnya Heeyoung mengetahui kebenaran itu pada saat dia mendapatkan job untuk project comeback dari salah satu girlgroup agensi mereka,  WJSN atau dikenal dengan nama Uju Sonyeo. Ketika dia mengedit image teaser salah satu anggotanya bernama SeolA, gadis itu tiba-tiba penasaran dan mencari informasi melalui situs Naver.

Keesokan harinya, Heeyoung langsung menghampiri Hyunjung yang baru sampai di lobby. "Hyunjung Eonnie, kau masih mengingatku?"

<<<

Suara tangisan itu masih terdengar, dengan lirih Heeyoung berkata, "Memang terlambat untuk mengatakan hal ini, tapi aku juga tidak ingin menyesal .. jadi, kumohon maafkan aku." 

Kemudian suara tangisan itu terdengar lebih menyakitkan. Perlahan Jungwoo melepaskan pelukan mereka, lalu mengusap air mata itu sambil menatapnya dengan lembut.

"Heeyoung." Panggilan itu membuat Heeyoung melihat ke arah pria di sampingnya, "setiap melihatmu aku selalu merasa ditarik ke masa lalu yang menyakitkan... tetapi sampai detik ini aku tidak pernah terpikir untuk menyalahkanmu."


Pria itu bangkit dari tempat duduknya lalu berjongkok di hadapan Heeyoung, kembali menatap kedua mata cantik milik gadis itu.

"Bolehkah aku melihatnya?" tanya Jungwoo menyentuh pergelangan kaki kanan Heeyoung yang tertutupi celana kain berwarna abu-abu.

Heeyoung mengangguk iya, Jungwoo pun perlahan mengangkat bagian bawah celana itu hingga terlihat bekas jahitan yang cukup panjang, tanpa sadar pria itu menyentuh bekas luka itu dengan pelahan.

"Heeyoung-ah," ucap pria itu dengan raut wajah bersalah, "maaf selalu melukaimu."

Gadis itu tidak langsung menjawabnya, melainkan mencondongkan wajahnya ke depan, lalu mengecup kening Jungwoo. "Jangan mengatakan hal itu lagi, Jungwoo-ya."



Setelah mengantarkan Heeyoung pulang dengan selamat, Jungwoo juga langsung pulang ke dorm karena masih ada hal yang harus dia selesaikan. Begitu sampai, dia melihat Doyoung di living room.

Menyadari Jungwoo yang baru saja masuk, Doyoung tersenyum tipis. 

"Baru pulang?"

"Hyung a—" 

Namun perkataannya disela dengan cepat, "Mau temani aku minum malam ini?"


Beberapa botol soju sudah tangkas, dan masih ada 4 botol lainnya yang belum terbuka. Saat ini mereka sedang dalam keadaan mabuk. Terlihat Jungwoo sudah terbaring di lantai.

"Jungwoo-ya?" panggil Doyoung yang juga ikut terbaring di sebelah Jungwoo.

"Nee, Hyung."

"Kau menolak Heeyoung, tapi sebenarnya kau menyukainya, kan?"

"Ho, bukan hanya menyukainya," Jungwoo tertawa sebentar, lalu bergumam lirih, "dari dulu aku sudah jatuh cinta padanya."

"Lalu alasanmu menyembunyikannya dariku?"

"Aku tidak ingin melukaimu, tapi pada akhirnya aku tetap melakukannya... maafkan aku, Hyung."

Tiba-tiba Doyoung terduduk, lalu menatap Jungwoo. "Bolehkah aku menghajarmu sekarang?"

"Kau memang harus melakukan itu, Hyung... aku pantas mendapatkannya," sahut Jungwoo yang kesadarannya makin menipis.

"Aish jinja." Terlihat tangan Doyoung sudah melayang ke arah Jungwoo, namun berhenti di atas rambut berwarna merah maroon itu, kemudian pria itu mengusapnya dengan pelan, "akulah yang seharusnya minta maaf."

Doyoung pun kembali berbaring di samping Jungwoo, menatap langit-langit ruangan itu, tak lama dia merasakan air matanya jatuh melewati pelipis. Pria itu terisak kecil sambil menahan suaranya agar tidak terdengar.

Jauh dari rasa sakit yang dia rasakan. Di dalam hatinya, Doyoung merasa lega setelah melepas gadis itu dengan cara seperti ini.


Tanpa disadari sebenarnya ada seseorang yang sejak tadi mengawasi mereka. Moon Taeil yang berada di balkon living room tersenyum sambil menatap langit gelap. Keputusannya memang tidak salah, dia tau Doyoung akan menangani ini dengan baik.

Tepat saat Taeil masuk ke dalam ruangan, Taeyong juga keluar dari kamarnya dalam keadaan masih mengantuk. Leader itu terkejut melihat kedua membernya sudah tidak sadarkan diri dengan beberapa botol soju yang berserakan.

"Kau bawa Doyoung ke kamarnya, biar aku yang bawa Jungwoo," kata Taeil.

"Apa yang terjadi?"

"Ceritanya panjang, nanti saja... ayo cepat kita bawa mereka."

Heeyoung saat ini sedang membasahi hidungnya, lalu mengelapnya dengan tisu.  Kemudian dia merapikan rambutnya tak lupa gadis itu juga memakai lipblam berwarna peach untuk menyamarkan warna bibirnya yang pucat.

Figur cantik itu melihat 3 amplop yang terletak di atas mejanya kerjanya, dia pun mengambil amplop-amplop itu dan memasukkannya masing-masing ke dalam 3 paper bag.

"Akhirnya." 

Selanjutnya, Heeyoung mengambil 2 paper bag itu dan turun ke lantai dasar saat mendengar nada dering handphone miliknya. Saat tiba di lobby, gadis itu berjalan cepat menghampiri seseorang yang sudah menunggunya.

"Jungwoo-ya, maaf lama," gadis itu mengandeng lengan Jungwoo, "ayo kita pergi."


Di sinilah mereka, berada di sisi tepi pantai sambil menikmati pemandangan senja yang terlihat menenangkan. Setelah mereka menemukan untuk duduk, Heeyoung memberikan 2 paper bag yang sejak tadi dia bawa.

"Buatmu, aku habis dapat bonus lembur," Heeyoung memberi paper bag itu ke Jungwoo, kemudian memberikan yang satunya lagi sambil berkata, "yang punya Doyoung Oppa, aku titip ya."

"Kau tidak mau memberikannya langsung?" tanya Jungwoo.

Gadis itu tersenyum kecil. "Sekalian saja."

"Baiklah, nanti aku kasihkan."


Mereka berdua kembali menikmati nuansa sore dengan suaran deburan ombak yang menghantam batu penghalang. Perlahan, Heeyoung menggeser posisi duduknya sehingga menjadi lebih dekat ke Jungwoo, lalu dia menyandarkan kepalanya di pundak pria itu.

"Snoopy," panggilnya.

Jungwoo terkekeh mendengar panggilan itu, lalu menyahutnya, "Uhm?"

"Bolehkah aku menyatakan perasaanku lagi? Tapi, tidak masalah ka—"

"Katakanlah. Aku juga ingin mendengarnya lagi," ucap pria itu sambil saling mengaitkan tangan mereka berdua.

"Aku mencintaimu, Kim Jungwoo."

Heeyoung spontan menoleh ke arah Jungwoo, karena pria itu tidak berkata apa-apa. Namun, tidak seperti yang ditakutkan, dia mendapati Jungwoo tersenyum.

"Gwenchawa," ucap Jungwoo, "mau mengatakannya sekali lagi?"

"Kau membuatku hampir jantungan." Heeyoung menatap kedua mata Jungwoo, lalu tersenyum lebar. "Saranghae Kim Jungwoo, aku mencintaimu."

Pria itu menangguk dan berkata, "Gumawo."

"Yak! Seharusnya kau membalas perkataanku."

"Tidak perlu, kau pasti sudah tau jawabannya."

"Kau menyebalkan seperti biasanya, dasar Tuan Tarik Ulur." Heeyoung kembali bersandar pada Jungwoo, tak lama kemudian gadis itu menguap. "Aku mengantuk sekali, boleh tidak kalau aku tidur sebentar?"

"Uhm, tidurlah nanti kubangunkan," kata Jungwoo.

Heeyoung pun menyamankan posisi sandarannya, kemudian tangan itu mengandeng lengan sang pria dengan erat lalu memejamkan matanya.  Sedangkan Jungwoo sedari tadi menatap ke arah lautan luas.

"Heeyoung-ah, aku juga merasakan yang sama sepertimu," ucap Jungwoo, kemudian pria itu menoleh ke samping untuk melihat Heeyoung yang sedang tertidur.


Betapa terkejutnya dia, saat melihat ada sesuatu yang mengalir di wajah gadis cantik itu.

"Heeyoung-ah!" seru Jungwoo.





[n.s]

Alhamdulillah sampai juga di chapter terakhir. Sebelumnya terima kasih banget sudah terus ngikuti cerita ini. Setelah sekian banyak drama yang terjadi wkwkwkw terima kasih sekali lagi

Kalau kalian merasa terhibur dengan cerita ini tolong feedbacknya ya, dengan vote dan komen. Seperti itu contoh sederhana dari saling menghargai.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top