[DS] - He's Feelings

"Yang ini sudah bagus ... filenya langsung dikirim ke team marketing ya."

"Nee Bujang-nim ... apa setelah ini ada project lain yang harus saya kerjakan?"

"Untuk saat ini tidak ada, kau bisa gunakan waktumu untuk beristirahat."

"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu Bujang-nim," ucap Heeyoung, sebelum dia meninggalkan ruang atasannya.


Heeyoung sekarang berada di meja kerjanya, begitu dia selesai mengirim file ke divisi marketing itu artinya dia free job sampai jam pulangBeberapa detik kemudian handphone-nya berbunyi, senyum Heeyoung terlihat jelas saat dia mengetahui sosok yang menelponnya.

"Moshi-moshi (halo}, Usagi-chan?"

"Yak! jangan panggil aku dengan sebutan itu." 

"Mianhe, sudah kebiasaan dan itu susah dirubah."

"Cih, bagaimana kabarmu? Kerjaan disana lancar saja kan?"

"Kabarku baik, dan ya sejauh ini kerjaanku masih aman ... bagaimana dengan seminarmu?"

"Tinggal sedikit lagi, Huh~ sepertinya Yama-sensei akan menahanku untuk selamanya," jawab orang itu dengan nada muramnya.

"Yama-sensei tidak mau kehilangan murid kesayangannya ... dia selalu berkata kalau kau adalah satu dari ketiga keajaiban sepanjang sejarah program studi desainer."

"Kau menghancurkan moodku, Heeyoung-ah ... kau mau aku terjebak disini terus? Bukannya kita sudah berjanji akan ke pulau Jeju tahun ini? Kau lupa?"

"Ani, tentu saja aku ingat. Ganbatte ne (semangat ya) Usagi-chan, aku yakin kau bisa!"

"Sudah kubilang jangan panggil aku Usagi!" Teriakan itu membuat Heeyoung tertawa, sudah lama dia tidak menggoda sahabatnya. 

Setelah mengobrol begitu lama, pembicaraan mereka pun berakhir. Saat Heeyoung menutup telepon itu, terdengar bunyi notifikasi chat. Gadis itu pun segera menuju lantai 1, ternyata sejak tadi Hyunjung menunggunya di kafetaria. 


Heeyoung buru-buru kembali dari kafetaria dengan membawa paper bag. Tadi Hyunjung yang memberinya, lebih tepatnya Hyunjung memberikan barang yang titipan seseorang. Ya, barang itu dari Jungwoo, sebelumnya Hyunjung juga meminta maaf kalau baru memberikannya sekarang. Akhir-akhir ini jadwalnya cukup padat, hingga membuatnya lupa akan hal itu.

Heeyoung pun menaruh paper bag itu di atas meja kerjanya, dia mengambil isi di dalamnya. Gadis itu melihat kotak berwarna tosca dan selembar kertas bertuliskan 'maaf telat', dia membalik lembar kertas itu, berharap ada tulisan lainnya, namun tidak ada. Gadis cantik itu pun membuka penutup atas kotak, seketika pupilnya melebar karena takjub.

"Cantik sekali," ucapnya sambil menyentuh benda itu, "gumawo Jungwoo-ya ... kalung ini akan ku jaga dengan baik." sambungnya bermonolog sendiri.

Figur cantik itu mengambil handphone miliknya dan mencari kolom chat Jungwoo, namun seketika wajahnya menjadi muram saat dia melihat pesan terakhir yang dia kirim ke Jungwoo ternyata belum dibaca. Apa dia perlu mengirimkan pesan terima kasihnya sekarang? Tapi, pesan-pesan sebelumnya sudah cukup banyak, bisa-bisa Jungwoo tidak nyaman karena di-spam.

Dia jadi semakin ingin bertemu dengan Jungwoo. Selain untuk mengucapkan terima kasih atas hadiahnya, sebenarnya ada hal lain yang lebih penting. Tapi dia sendiri ragu kalau dirinya punya nyali untuk menceritakan itu. 

Nam Heeyoung kembali menghela nafasnya, sebab kembali mengingat kejadian waktu itu.

>>>

Heeyoung sedang menyiapkan kameranya, hari ini dia akan menjadi photografer untuk pemotretan majalah 1st Look. Bagaimana bisa? Bukannya gadis itu berkerja di Starship Entertaiment?

Ya, memang benar dia adalah staff di agensi itu, tetapi bukan berarti dia tidak bisa mengambil job sampingan. Terlebih lagi permintaan ini diberi langsung dari atasannya. Bersyukur kontrak kerjanya cukup fleksibel untuk masalah ini.

Tepat setelah dia memasang kameranya di tripod, model tersebut memasuki photo studio. Tanpa basi-basi, pemotretan pun di mulai.

"Nice position," ucap Heeyoung.

Dirinya cukup terkesan dengan subjek yang sedang dia potret, pria itu memiliki improvisasi yang bagus. Jika dilihat dari vibenya, model ini  seperti seorang aktor. Dan tidak sampai 2 jam, pemotretan pun selesai dengan lancar.


Heeyoung sedang berada di depan komputer setelah memastikan hasil jepretannya, gadis itu  membersihkan lensa kamera, hal ini sudah menjadi kebiasaannya setelah melakukan pemotretan. Dia begitu fokus sehingga tanpa disadari ada seseorang yang sejak tadi berdiri di sampingnya.

"Terima kasih atas kerjasamanya." Suara itu membuat Heeyoung mengalihkan atensinya dari kamera, dan refleks ikut berdiri di depan orang itu, yang ternyata model  tadi.

"Saya juga berterima kasih. Anda memperingan perkerjaan saya."

Perkataan Heeyoung membuat sosok itu tertawa, "Selera humormu unik, kau sepertinya masih muda Nona."

"Ya, umur saya masih dua puluh dua tahun."

"Daebak! Jenjang karirmu sangat bagus."

"Kam"

Percakapan mereka terputus, sebab ada yang memanggil gadis berparas cantik itu.

"Heeyoung-ssi?"

"Oh! Doyoung Oppa!" "Doyoung-ah"

"Eung?" kata Heeyoung yang terheran sebab mendengar sahutan lain.

"Kau yang jadi photografernya?"

"Nee, Oppa sedang apa disini? Ada pe—" lagi-lagi perkataan Heeyoung dipotong, kali ini dari pria yang berada dihadapannya.

"Yak! Kau bilang tidak bisa datang ... coba tau, aku nitip dibelikan kopi panas."

"Aku tidak sempat mengabarimu Hyung, aku saja baru selesai rekamanan."

"Chogiy"

"Dasar kebiasaan! Pantas saja Eomma bilang kau tidak pernah mengabarinya tiga hari ini."

"Eomma?" gumam Heeyoung.

"Mianhe Heeyoung-ssi, Hyungku memang cerewet sejak dia lahir."

"Hyung?"

"Ho, dia kakak kandungku. Kim Gongmyung."

Dunia memang sempit, mungkin pepatah itu sangat pas untuk mewakili situasi ini. Jika di lihat kembali mata mereka berdua memang sangat mirip. 

Dasar bodoh, kenapa kau baru menyadari hal itu? Pekik Heeyoung dalam hati.

"Habis ini aku ada syuting, kau gantikan aku dulu."

"..."

"Aku tidak sempat membelikan minuman untuk Nona ini, kau ajak dia ke cafe ... tidak masalah kan?"

"Tidak pe"

"Arraseo Hyung, kalau tidak salah di dekat sini ada cafe bagus."

Setelah mengantarkan Gongmyung sampai mobil. Mereka berdua berjalan menuju cafe yang dimaksud.

"Silahkan masuk duluan Oppa," ucap Heeyoung sambil membukakan pintu untuk Doyoung.

"Dua, kosong, seharusnya aku yang melakukan ini."

Ketika mereka memasukki cafe itu langsung disambut dengan nuansa classic, dari desain dan interiornya tempat ini sangat cocok untuk dijadikan stand foto bertema vintage.

"Silahkan, ini menunya."

"Aku Ice Lemon Tea saja, Oppa."

"Cemilannya?" tanya Doyoung

"Tidak usah."

"Wae? Pesan saja jangan sungkan-sungkan, Heeyoung-ssi."

"Bukan begitu, tapi kali ini aku hanya butuh minum."

"Geure ... kalau begitu, Ice Lemon Teanya dua."

Pelayan itu mencatat dan menuju meja bar, tak lama kemudian dia kembali membawa pesanan mereka.

"Oppa kalau mau pesan yang lain tidak masalah."

"Ani, kali ini aku hanya butuh minum."

"Oppa, kau sedang mengejekku?" tanya Heeyoung dengan rautnya yang pura-pura kesal. Sangat menggemaskan hingga membuat Doyoung tidak bisa menahan tawanya.

"Terima kasih atas usahamu hari ini ... sebenarnya aku masih terkejut, bagaimana bisa kau yang jadi photografer Hyungku?"

"Bujang-nim first look meminta tolong ke atasanku sebab photografer untuk project ini mendadak ambil cuti ... jadi sebenarnya ini job diluar kontrak kerjaku dengan agensi.

"Kalau begitu, kau juga yang akan mengedit foto-foto tadi?"

"Ani, jobku hanya sebatas photografer saja."

"A~ arraseo."

Mereka kembali berbincang seputar pekerjaan mereka masing-masing, meskipun saat ini Heeyoung lebih mendominasi. Sedangkan Doyoung hanya menatap gadis di depannya dengan tatapan yang sulit ditafsirkan, sampai akhirnya pria itu memanggil.

"Heeyoung-ssi."

"Nee Oppa, wae?"

"Narang sagwillaeyo," ucap Doyoung dengan mata lurus ke arah Heeyoung.

Mendengar itu tentu saja membuat Heeyoung tersedak.

"Sejak hari itu aku tidak bisa berhenti memikirkanmu."

"Oppa kau pasti ber—"

"Neoreul chowahae... jinjjarue."

<<<

Sepanjang perjalanan pulang gadis itu terus melamun. Huh~ akibat memikirkan hal itu, Heeyoung jadi kesulitan untuk melupakannya lagi, termasuk pesan terakhir dari Doyoung.

Doyoung

Heeyoung-ssi, 

Aku tidak peduli seberapa lama, karena aku akan tetap menunggumu.

"Baiklah, coba aku telepo—"

Monolog itu terputus bersamaan dengan suara rem mobil yang mencekit. Detik berikutnya, dia merasa badannya terhantam keras, kemudian gadis itu melihat orang-orang mengelilinginya.

"Jungwoo," gumam Heeyoung sebelum pandangannya berubah menjadi gelap gulita.






[n.s]


Kalung pemberian Jungwoo

cangtip bgt kan? simpel tapi feel deep gitu~?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top