[DS] - Don't Cry

Doyoung sedang berada di kamar Jaehyun dan Jungwoo dengan raut wajahnya yang nampak muram karena melihat chat-nya tetap di read begitu saja. Ya memang Doyoung tidak mempermasalahkan itu, seperti yang dia tulis, dia bersedia untuk menunggu. Hanya saja, kenapa terasa sangat lama sekali? Entahlah, dia bingung dengan pikirannya sendiri.

>>>

Andai saja dia tidak membuka pesan dari hyungnya mungkin Doyoung akan ikut makan bersama member lain, Gongmyung tiba-tiba mengirimkan foto yang sepertinya diambil diam-diam namun terlihat jelas objek dari potret itu.

Gongmyung Hyung

Jangan bilang dia orang yang kau maksud?


Bener sekali, hyungnya mengirimkan foto Heeyoung yang sedang berbincang dengan beberapa staff. Jika ada yang bingung, mengapa hyungnya bisa tau? Tentu saja karena Doyoung yang menceritakannya, lebih tepatnya beberapa hari setelah pertemuannya dengan Heeyoung di cafe dekat rumah Jungwoo.  

Kemudian dengan cepat Doyoung membalas chat dari Gongmyung tadi agar menunggunya sampai dia datang. Tak lupa dengan peringatan agar hyungnya itu tidak bertindak aneh. 

Namanya saja Gongmyung adalah seorang aktor, akan sangat mudah baginya untuk berpura-pura baru mengenal Heeyoung. Hal itu Doyoung lihat sendiri saat di depan pintu dirinya mendengar percakapan mereka dari awal.

Yang jelas semua yang terjadi hari itu tidak lepas dari bantuan Gongmyung, tak terkecuali saat mereka di cafe. Pertemuan yang dikira terjadi secara kebetulan ternyata tidak kurang seperti semua mini drama yang telah disusun scriptnya oleh Kim bersaudara itu. Nampak sangat mulus dan alami


"Mi-mian, aku mendadak tidak bisa berpikir," ucap Heeyoung saat mendengar pernyataan dari Doyoung, "maukah Oppa memberiku waktu? Akan kupikirkan baik-baik," sambung gadis itu tak lupa dengan senyumnya yang san—Ah sial, cantik sekali.

Mereka pun menghabiskan pesanan dalam hening, sambil sesekali dari mereka mencuri pandang satu sama lain. Siapa pun yang melihatnya akan beranggapan kalau keduanya saling sedang kasmaran. 

Benarkah begitu?

<<<

Lamunan Doyoung tersadar ketika Jungwoo ikut merebahkan diri di sebelahnya, hari ini mereka habis cleaning room, mulai dari bersih-bersih total, mengepel, melap semua barang, mengganti seprei kasur dan lainnya. Sebenarnya hanya Jaehyun dan Jungwoo saja, Doyoung hanya menjadi saksi dari kekompakkan mereka berdua.

"Hyung, pengharum ruangan kita habis?" tanya Jungwoo

"Hoo, nitip saja sama Yuta Hyung katanya tadi dia yang mau ke minimarket."

"Biar aku yang beli, nanti habis mandi aku ke pergi keluar."

"Arraseo," jawab Jaehyun yang sedang membersihkan music box miliknya.


Setelah berbaring cukup lama, Jungwoo pun bangkit dan menuju kamar mandi, sepertinya akan sangat segar jika dia juga membilas rambutnya.

>>>

"Kumohon! Jangan katakan itu, Heeyoung-ssi," ucap Jungwoo, "istirahatlah, aku mau keluar sebentar." Lalu dia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.

Jungwoo menutup pintu itu dan berjalan menuju rest room. Begitu sampai dia segera mengambil paper cup lalu mengisinya dengan air dari dispenser umum setelah itu dia mencari tempat duduk, mengeluarkan botol obat dari saku jaketnya, dan mengambil 1 tablet lalu meminumnya.

Tidak terasa 2 jam telah berlalu dan Jungwoo masih berada di luar kamar Heeyoung, pria itu mengintip di kaca pintu sebelum pada akhirnya masuk ke dalam. Satu-satunya lampu yang menyala hanyalah lampu tidur pasien yang ada di meja samping brangkar Heeyoung.

Dan benar perkiraan Jungwoo, gadis itu sudah tertidur lelap. Dia pun menarik kursi duduknya agar lebih dekat dengan tepi ranjang. Pria itu memperhatikan wajah Heeyoung yang menghadap ke arahnya. 

Dengan perlahan tangannya terangkat, Jungwoo merapikan anak rambut Heeyoung dan menyelipkannya kebelakang telinga gadis itu. 

"Mianhee, sudah membuatmu menyukai orang sepertiku," ucapnya dengan pelan, nyaris tak terdengar. Setelah itu dia bangkit dan merebahkan tubuhnya di sofa, lalu mengirimkan pesan ke Hyunjung.

Besok dia harus pergi sebelum Heeyoung bangun.

<<<


Jungwoo keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Lama sekali," komentar Doyoung menatap Jungwoo dengan heran.

"Jangan berpikiran macam-macam Hyung, aku tadi sekalian membersihkan kamar mandi," jawab Jungwoo yang kemudian direspon dengan gelak tawa dari kedua hyung-nyaPria itu membuka lemari dan mengambil jaket, topi serta masker miliknya. Begitu semuanya sudah dia kenakan. Jungwoo pun pamit ke mereka berdua.


Sudah 5 menit berlalu namun Jungwoo masih tetap berdiri di depan minimarket, pria itu sejak tadi hanya menatap ke arah pintu masuk sebelum langkah kakinya berlanjut melewati minimarket dan mencari halte bus.

"Pasien Heeyoung sudah pulang dari dua hari yang lalu."

"Terima kasih, Suster," ucap Jungwoo sambil membungkukkan badannya.

Tidak ada pilihan lain selain menanyakan ke Hyunjung di mana alamat rumah Heeyoung. Pria itu segera mencari handphone-nya namun nihil , ternyata sejak tadi dia tidak membawanya.  Tapi sepertinya Jungwoo masih mengingat rute menuju ke rumah Heeyoung, waktu mereka pulang dari Namsan Tower—walapun tidak tau persis—dia pun berlari meninggalkan tempat itu.

Jungwoo membuka jendela bis, membiarkan udara malam menerpa permukaan kulitnya. Rasanya dingin namun membuatnya sedikit merasakan nyaman. Sisa melewati 1 tempat pemberhentian lagi baru dia sampai ke daerah rumah Heeyoung.

Namun, dari kejauhan dia melihat seorang gadis di taman dekat pemberhentian bis, sedang mengarahkan kameranya. Meskipun ini malam hari tapi Jungwoo bisa melihatnya dengan jelas. Tanpa menunggu lama Jungwoo pun memencet tombol untuk berhenti dan turun dari bis lalu menuju ke tempat dia melihat gadis itu.



Keberuntungan saat ini benar-benar berpihak pada Jungwoo, dia tidak salah. Gadis yang berada beberapa meter darinya itu adalah Heeyoung. Figur cantik itu sedang memotret bangku taman.

Syukurlah, ucap Jungwoo dalam hati saat melihat keadaan Heeyoung yang baik-baik saja. Setelah pria itu memperhatikan sang gadis cukup lama. Dia pun berbalik arah, mengetahui kau baik-baik saja itu sudah lebih dari cukup.

Namun, di saat Jungwoo hendak pergi, tiba-tiba saja terdengar teriakan dari arah belakang.

"Yak! Kau mau meninggalkanku lagi?"

"..."

"Kau seharusnya jangan pergi," ucap Heeyong yang menatap ke arah Jungwoo. Lagi-lagi mata coklat sang gadis kembali bersedih.


Kini mereka memilih untuk duduk bersama di bangku taman. Seperti biasa suasana menjadi sunyi, sudah beberapa menit berlalu, tapi baik Jungwoo atau Heeyoung  sama sekali tidak bersuara. Gadis itu setia menatap ke arah bawah sedangkan sang pria sedari tadi melihat ke arah gadis yang berada di sebelahnya.

"Sudah makan?" tanya Jungwoo yang akhirnya membuka percakapan.

"Sudah, hari ini aku makan dengan porsi besar."

"Syukurlah."

"Kau habis dari mana?"

"Rumah sakit... aku kira kau masih di sana," kata Jungwoo, pria itu terdiam sejenak, "kenapa tidak mengabariku kalau sudah keluar?"

"Aku ... tidak mau mengganggumu," pandangan Heeyoung beralih tepat menatap kedua netra Jungwoo, "lagian pesanku tidak kau balas sama sekali ... persis seperti perasaanku."

"Heeyoung-ssi."

"Bisa saja kan? Mu—."

"Jangan menyukaiku, kau tidak boleh." 

Jungwoo bisa melihat genangan air mata Heeyoung yang siap tumpah.

"Wae?" tanya Heeyoung, "kau membenciku? Jungwoo-ya aku serius saat mengatakan kalau aku meny—"

"Sudah hampir larut malam, ayo kuantar pulang," potong Jungwoo, mencegah gadis itu untuk meneruskan perkatannya. Pria itu bangkit dan berdiri di hadapan Heeyoung.

"Tinggalkan aku!"

"Heeyoung-ssi."

"Aku tidak bisa mengerti, aku selalu beranggapan kau menolakku bukan karena perasaanmu. Tapi kau juga tidak mau jujur."

"..."

"Aku pun sudah berpikir berulang kali, termasuk alasanmu yang selalu menjaga jarak denganku," ucap gadis itu dengan suara yang bergetar.

"Kau tidak akan mengerti."

"Itu karena kau tidak mau menjelaskankan!" bentak Heeyoung tanpa sadar, kemudian terlihat gadis itu menunduk, "maaf.. tinggalkan aku sendiri, jebal."


"Baiklah."

Detik berikutnya Jungwoo berjalan meninggalkan Heeyoung sendiri di bangku taman. Dalam langkahnya Jungwoo bisa mendengar suara isakan gadis itu. Namun bagaimana? Dia tidak punya pilihan.  Lebih baik seperti ini.


Sedangkan Heeyoung menutup wajah dengan kedua tangannya, lalu kembali menatap punggung Jungwoo yang pergi darinya. Dia mengambil handphone-nya dan mencari kontak seseorang.

"Oppa... bisakah kau menemuiku?"



Tidak terasa waktu telah berlalu setengah jam lewat beberapa menit. Namun, air mata Heeyoung masih mengalir dengan sama derasnya karena terus teringat raut wajah Jungwoo yang penuh kebimbangan. Gadis itu sadar seharusnya dia berusaha untuk mengerti bukannya memaksa apalagi membentaknya. Heeyoung terus kepikiran hingga tidak sadar kalau ada seseorang yang berlari ke arahnya.

"Heeyoung." Orang yang gadis itu tunggu kini sudah berada di depannya, dengan nafas yang terengah-engah.

"Oppa."

"Waegure?! Apa terjadi sesuatu?" tanya Doyoung panik ketika melihat wajah Heeyoung, tapi bukannya menjawab, justru isakan gadis itu semakin terdengar.

Tangisan yang begitu menyayat perasaan Doyoung hingga dia tidak tahan untuk tidak membawa gadis itu ke dalam pelukannya.

"Dia menolakku, Oppa," ucap Heeyoung sambil terus terisak, "tapi, entah mengapa, aku tidak bisa membencinya."

Di sisi lain, Doyoung menjadi pihak yang paling tidak tau apa-apa. Siapa? Dan bagaimana bisa? Tapi ada satu hal yang dia tangkap, jadi selama ini dia menyukai orang lain?

Pria itu hanya bisa mengusap surai panjang gadis yang berada di dalam dekapannya. Meskipun banyak hal yang ingin dia tanyakan. Namun, bagi Kim Doyoung yang terpenting saat ini ialah membuat Heeyoung merasa lega.

"Gwenchana, uljima," Doyoung mengeratkan pelukkannya, "lupakan pria itu... aku akan selalu ada di sisimu."

"Oppa. ak—" perkataan Heeyoung terputus sebab Doyoung melepaskan pelukannya.




Dan mengecup kedua kelopak mata sang gadis. "Perasaanku masih tetap sama." 





[n.s]

Kalian boleh musuhi akuuuuu T_T, memang akuu author jahattt. Bye byeee sampai jumpa di next chap. Muaaaachhh

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top