[DS] - An Apologize
Dongjo membawa 2 cangkir kopi panas ke meja kerjanya lalu memberikannya satu kepada pasien yang berada di depannya.
"Selamat atas comeback-mu ... kau nampak jauh lebih baik dari terakhir kali bertemu."
"Kamsahamnida, Dok," Jungwoo menerima cangkir kopi itu, "maaf sudah merepotkanmu."
"Tidak perlu sesungkan itu, Jungwoo-ya."
Kemudian ruangan itu kembali sunyi, baik Jungwoo ataupun Dongjo nampak seperti saling menunggu satu sama lain.
>>>
"Heeyoung-ah," panggil seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka berdua.
"Op—"
"Dokter Dongjo."
"Kim Jungwoo?" ucap Dongjo saat melihat wajah pria yang ikut menoleh menatapnya, "apa yang kau lakukan di sini?"
"Oppa mengenalnya?" tanya Heeyoung menatap heran kedua pria itu.
Dongjo melihat Jungwoo yang menggelengkan kepalanya pelan, seolah memberi isyarat kepadanya.
"H-ho, dia relawan di panti asuhan Bu Areum."
"La-lama tidak bertemu, Dok."
"Ya, sudah lama terakhir kita bertemu. Mungkin sekitar lima bulan yang lalu."
Heeyoung menatap heran kedua pria itu secara bergantian. Tidak seperti biasanya, kakaknya sama sekali tidak marah melihat ada pria lain di rumah mereka.
Sebegitu akrabnya kah sang kakak dengan Jungwoo?
Kenapa Heeyoung baru tau?
<<<
Setelah saling berdiam cukup lama. Pada akhirnya dokter itu membuka sesi konsultasi mereka. "Aku tidak akan memaksamu Jungwoo-ya," ucap Dongjo sambil mencari lembar konsul milik Jungwoo, "tapi bolehkah aku tau alasan sebenarnya malam itu kau berada di rumahku?"
"Malam itu," terlihat tangan Jungwoo memegang dada sebelah kirinya, "saya sedang mengobati luka ini, Dok."
"Jungwoo-ya, jangan bilang kalau dialah gadis yang selama ini kau ma—"
"Maafkan saya, Dok."
"Dan kau pun juga baru tau, kalau sebenarnya dia adalah adikku?"
"Nee."
Dongjo pun menatap wajah Jungwoo yang saat ini tertunduk. "Maukah kau menceritakan semuanya Jungwoo-ya? Kali ini jangan ada hal yang ditutupi... kau tidak perlu menjaga perasaan siapa pun lagi."
Kim Jungwoo pun menceritakan hal-hal yang selama ini terlewat, lebih tepatnya memang hal yang ingin dia simpan sendiri. Sedangkan Dongjo nampak syok ketika tau sebelum ini mereka pernah bertemu—meski dalam situasi tidak mengenal satu sama lain.
"Jadi kau anak laki-laki yang waktu itu?" tanya Dongjo dengan raut wajah bersalah dan Jungwoo hanya bisa mengangguk, "maafkan aku Jungwoo-ya... maaf sudah membentakmu waktu itu."
"Gwenchana, Dok... saya pun kalau punya adik akan seperti itu juga," ucap Jungwoo dengan suara yang terdengar lirih, "justru saya yang seharusnya meminta maaf, waktu itu saya tidak punya keberanian untuk berkata jujur."
Dongjo menggenggam tangan Jungwoo dan menggeleng pelan, "Aniya Jungwoo-ya, aniya."
"Dok, saya mohon jangan sampai Heeyoung tau dulu."
"Tetapi a—"
"Ini sama sekali bukan salahnya, Dok," kata Jungwoo, pandangannya kembali tertuju pada Dongjo, "saya sendiri yang akan memberitaunya, tapi tidak sekarang."
Dongjo nampak bimbang di sisi lain dia tidak bisa mengabaikan fakta ini. Namun, jauh dari lubuk hatinya pria itu merasa resah. "Baiklah."
Di cafeteria Starship Ent, terlihat 3 gadis berparas cantik yang sedang menikmati makan siang mereka.
"Lagi chattingan sama siapa?" tanya Eunseo yang penasaran.
"Bukan siapa-siapa."
"Ey geotjimal, Eonnie kira aku tidak tau, diam-diam kau berkencan dengan idol terkenal," kata Eunseo membuat Heeyoung tersedak jus jeruk.
"Yak Eunseo-ya! Jangan bicara sembarangan di tempat umum."
"Arra-arra, tapi benarkan yang aku bilang?"
"Jangan omong kosong, memangnya kau pernah melihatku jalan bersama pria, hah?" tanya Heeyoung.
"Nee maja, aku berani bilang seperti ini karena pernah melihatmu, Eonnie."
"B-benarkah? Di-di mana?"
"Di kedai soup dekat agensi, aku juga melihat kau menyuapinya," kata Eunseo sambil berbisik agar tidak ada yang mendengarnya selain mereka bertiga.
"..."
"Benar kan?"
"Y-ya kalau yang itu memang benar, t-tapi pria itu bukan i-idol... kurigu, jangan beritahu siapapun, ya, ya?"
"Jangan khawatir Eonnie kau bisa mempercayaiku... geunde, Eonnie, kau dengan Doyoung Sunbae-nim terlihat sangat serasi," ucap Eunseo tanpa sadar, lantas gadis itu menutup mulutnya sendiri sambil menoleh ke arah sampingnya.
"Doyoung? Kim Doyoung?" tanya seseorang yang sejak tadi tidak berkomentar, "sejak kapan?"
"Baru-baru ini, tapi ka—"
"Bukannya kau menyukai Jungwoo, Heeyoung-ah?" potong Hyunjung—orang itu—dengan nada yang sedikit meninggi.
"Mwo!? Kim Jungwoo rekan setimnya?" tanya Eunseo yang terkaget sendiri.
"Jangan bahas pria jahat itu... aku sedang tidak ingin membicarakannya, Eonnie."
"Jahat katamu?" Hyunjung menghentikan makannya, lalu menaruh garpunya dengan sedikit hentakan, "cepat tarik kembali ucapanmu!"
"Wae? Kenapa Eonnie jadi membentakku? Aku salah apa?"
"Asal kau tau Heeyoung-ah, Jungwoo selalu memprioritaskan orang lain sebelum dirinya sendiri. Bahkan, meskipun orang itu sama sekali tidak peduli dengan apa yang sedang dia alami... aku kira kau berbeda, ternyata kau sama saja!"
Setelah itu Hyunjung pergi meninggalkan mereka berdua yang terdiam.
"Aku kira, Hyunjung Eonnie marah karena masih ada perasaan dengan Doyoung Sunbae-nim," ucap Eunseo menatap kepergian Hyunjung.
"Mwo? Eonnie? Dan Doyoung Oppa?" tanya Heeyoung yang kembali terkejut saat mendengarnya.
"Eonnie tidak tau, alasan Hyungwon Oppa dan Hyunjung Eonnie putus?"
"Seolma, jadi—"
"Saat mereka berdua berkencan, ternyata Hyunjung Eonnie masih menyukai Doyoung Sunbae-nim."
∞∞∞
Langkah kaki Heeyoung terlihat lunglai, kalau saja dia memaksakan diri. Mungkin akan bisa lebih lama untuk bisa sampai di rumah. Sebelum masuk ke dalam, gadis itu mengecek isi kotak pos yang berada di depan pagar rumah. Dan ternyata ada kiriman, dia pun mengambil dan membawanya masuk ke rumah.
(..)
"Oh, yang ini punya, Oppa."
Lantas gadis itu masuk ke dalam kamar oppa-nya untuk menaruh kiriman yang sepertinya berisi dokumen.
"Aigoo, aku tidak percaya orang ceroboh sepertinya bisa menjadi dokter," kata Heeyoung saat melihat meja kerja Dongjo yang berantakan. Gadis itu pun menaruh kiriman tadi di atas meja, lalu dengan sukarela dia membersihkan meja tersebut.
Saat menyusun berkas-berkas yang berserakan itu, netranya menangkap map berwarna biru bertuliskan '김정우'. Seketika Heeyoung jadi penasaran, dia pun membukanya dan membaca isi di dalamnya. Kemudian, setelah itu, terlihat dia mengambil handphone-nya dan keluar dari kamar itu.
(..)
Hari sudah mulai gelap, terlihat seorang pria yang berdiri di lobby rumah sakit. Tak lama kemudian, terdengar nada panggilan dari handphone miliknya.
"Yeobeseyo," kata Jungwoo.
"Kau masih di rumah sakit kan?"
"Heeyoung-ssi?" pria itu kembali mengecek layar handphone-nya.
Bagaimana bisa Heeyoung tau dia sedang berada di rumah sakit? Dan juga, mengapa gadis itu tiba-tiba menelponnya?
"Yak! Kim Jungwoo, jawab! Kau masih di rumah sakit kan?"
"Aku sedang menuju ke halte bis, mau pulang ke do—"
"Jangan pergi lagi, jebal... tunggu aku, aku akan segera mendatangimu."
Telepon itu terputus begitu saja, menyisakan Jungwoo yang nampak kebingungan sendiri—mungkin lebih tepatnya khawatir.
Sekitar hampir 1 jam kemudian, akhirnya Jungwoo melihat sosok gadis yang turun dari bis menghampirinya.
"Heeyoung-ssi, ada apa? Apa yang ter—"
Ucapan Jungwoo terputus manakala Heeyoung memeluknya dengan erat seraya tangisnya yang pecah bersamaan. "Mianhee Jungwoo-ya, andaikan aku lebih cepat menyadarinya."
"He-Heeyoung-ssi, jangan bilang k—"
"Arayo, lithromantic kan?" tangisan gadis itu kian terdengar semakin melirih, "pasti ini sangat berat bagimu, mianhee Jungwoo-ya... jeongmal mianhee."
"Gwenchana, uljima," Jungwoo mengusap lembut surai panjang Heeyoung, "ini bukan salahmu."
Ini hukuman untukku, Heeyoung-ah,
Karena sudah menyakitimu di masa lalu.
[n.s]
Monggoooo di cari sendiri, apa itu lithromantic
Perlu diingatkan laginya yang ada di cerita ini hanyalah fiksi, mohon untuk bijak dengan tidak membawa2nya ke rl. TYSM!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top