◌17. Siapa yang Membuat Lucidna Aman?◌

"First impression are not born in calm encounters, but in the first chaos we share."

-Novel Foracle

Ini tentang insiden kecil pertama mereka di kelas.

"Hari ini jangan berlari di tangga," bisik Novel tiba-tiba di hari kedua sejak Lucidna masuk ke kelasnya.

Mereka sebangku lagi, terpaksa karena Lucidna datang dekat dengan waktu bel masuk berbunyi. Entah kenapa yang kosong hanya di sebelah Novel.

Gadis itu membuka buku literasi tanpa mengindahkan perkataan teman sebangku yang berkata aneh baginya. Ia membuka tempat alat tulis, mengambil pena yang terbungkus wadah berwarna putih polos dari luar dan bertinta hitam di dalamnya, pena kesukaannya.

"Apa suaraku kurang keras?" Kali ini anak laki-laki itu menaikkan sedikit suaranya.

Lucidna menoleh ke sekitar. Tidak terlihat ada yang mendengar suara temannya. Ia menyobek kertas bagian tengah dari buku literasi, lalu menulis sebuah kalimat penuh emosi.

Kamu menggangguku.

Setelah itu, ia meletakkan kertas itu di atas buku literasi Novel. Lelaki itu menatapnya dengan ekspresi yang tak dapat Lucidna mengerti. Tapi ia memutuskan untuk fokus mendengarkan—setidaknya berusaha terlihat seperti itu.

Dia mengantuk.

Dia merasa terganggu.

Kedua hal itu membuatnya merasa tidak nyaman dan tidak tenang.

Seseorang menepuk pundaknya dari samping. Karena risih, Lucidna secepat kilat menangkap tangan itu. Ia menoleh, tapi mengingat tak ingin menjadi orang yang tak disukai, ia menurunkan pandangan.

Ia tidak yakin apakah wajahnya terlihat santai atau penuh nafsu ingin memaki.

"Oh, maaf, aku ingin memanggilmu tanpa suara, jadi ..." Novel berhenti di tengah-tengah.

Sejak kemarin, Lucidna tidak nyaman dengan dia. Novel mengerjainya saat ia lengah. Mengomentari sifatnya padahal hanya bertukar suara dalam sedikit kesempatan yang bisa dihitung jari—tentu saja karena Lucidna berusaha tidak memberikan reaksi dengan sengaja.

Lucidna mengangkat kepalanya, menyadari tangan Novel tiba-tiba kaku dan sedikit dingin daripada sebelumnya. Novel di hadapannya menatapnya. Menatap tanpa berkedip. Sangat intens dan membuatnya merasa sedang ditantang.

"Lepaskan," ucapnya seperti memerintah untuk dituruti. "Mungkin aku saja yang memegangmu sampai istirahat nanti?" gumamnya terdengar karena jarak mereka yang dekat.

Orang gila! maki Lucidna tidak mampu lagi mengerti jalan pikiran orang di sampingnya. Ia melepaskan genggamannya seperti melemparkan benda yang sangat berbahaya.

Tak sengaja mendorong kursinya sendiri, menyebabkan salah satu kaki kursi bertemu kaki terujung meja. Bunyi yang sebenarnya biasa, tapi kali ini menarik perhatian karena semuanya yang tadi sedang fokus membaca teks yang ada di handphone.

Sebelum Lucidna berkata-kata, Novel mengangkat tangan. "Bu Cantika, saya izin ke kamar mandi. Saya mau cuci muka."

Padahal Lucidna mau kabur dari kelas sekaligus menghilangkan rasa kantuknya meski sedikit dengan cara itu.

Lucidna dengan malas memperbaiki posisi kursinya agar tidak menghalangi jalan.

"Tetap di sini saja sampai istirahat," pesan Novel saat melewati punggungnya.

Lucidna menunduk, berusaha tidak melihat langkah Novel juga menutupi kalau-kalau anak laki-laki itu menatapnya.

Aku sudah terlibat dengan banyak keanehan anak seusiaku tapi yang barusan itu apa? Lucidna berpikir keras. Sakit?

Lucidna menggeleng pelan. Itu bukan urusannya. Dia masih punya hal yang lebih penting diperhatikan. Membuat catatan literasi sampai selesai, mendengarkan siapa pun yang nanti diminta presentasi tentang teks yang dibaca, tanpa tertidur.

Siku tangan kirinya menapak di atas meja, sementara telapak tangan kiri menopang dahi.

Jangan ngantuk dulu, pinta Lucidna pada tubuhnya sendiri. Ia harap dengan menopang dahi, setidaknya kesadarannya masih ada.

Seolah mengejek pikirannya, rasa kantuknya makin menjadi-jadi. Kepalanya oleng dan tenaga di tangannya melemas. Detik itu Lucidna tahu, ia harus membasahi wajahnya, segera.

Ia izin pada guru bahasa Indonesianya untuk membiarkannya pergi sebentar. Tidak ada masalah, hanya pesan untuk segera kembali.

Ketika ia melangkah tepat di luar pintu kelas, ia mendapati Novel bersandar di dinding samping tangga.

"Kamu ini–"

Lucidna melangkah mendekati laki-laki itu. "Akan kupanggil guru kalau kamu di sini hanya untuk mengaturku lagi," katanya.

"Stop here, Lucidna."

Bahasa Inggris? Lucidna baru ingin menjawab panjang tapi rasa kantuknya mulai menjadi-jadi lagi. "Apa, sih?" ketusnya. Ia menghadap tangga, bersiap-siap lari.

"Hei jangan la–"

Baru saja ingin kabur, kepalanya oleng, kehilangan fokus. Tangan kirinya berusaha mencengkram apa pun untuk menghalanginya jatuh.

Tapi yang ia genggam adalah kerah seragam Novel.

Sialan, pikir Lucidna sebelum kesadarannya diserap sempurna oleh rasa kantuk, tak peduli pada jantung yang hampir berhenti berdetak.

Novel yang ditarik tanpa sengaja, menahan tubuh Lucidna dengan merangkul bahunya. Kaki kirinya maju di tangga pertama, sementara kaki kanan di posisi tetap. Ia mengenggam dinding serupa pilar di samping kanannya.

Setelah yakin seimbang, ia melangkahkan kaki kanannya, melepaskan tangan kanan dari tembok, beralih ke tubuh Lucidna. Ia mengangkat tubuh gadis yang tertidur itu dengan kedua tangannya.

Dengan hati-hati ia berusaha naik lagi, lalu mengatur napas. Setelah itu, meletakkan Lucidna di lantai sejenak sebelum ia bawa dengan gaya bridal style.

Ia mendekati kelas dengan posisi seperti itu.

"Bu guru," panggilnya, memancing kehebohan kelas. "Saya izin ke UKS, sepertinya Lucidna sakit."

"Astaga, ayo, dengan Ibu juga. Anak-anak jangan ramai ya."

Sejak kejadian itu, walaupun Lucidna sudah pindah tempat duduk di keesokan harinya, wali kelas menyuruh ia bertukar tempat duduk di sebelah Novel lewat chat, seolah ada yang melaporkannya.

Kayala yang waktu itu berada di sebelah Novel harus pindah ke belakang.


29-01-2025 | 830 kata

Author note

Tubuhku panas.

Imlek selalu membawa berkah melalui hujan. Tapi hujan selalu membawa sakit saat turun ke bumi. Setidaknya untuk Yemi yang tidak tahan dingin 😭

😭Stay safe guys, aku dengar ada badai hujan angin sampai banjir di mana-mana.

Oh ya, gong xi gong xi

‧༓☾𝙼𝚊𝚢 𝚌𝚕𝚘𝚟𝚎𝚛 𝚋𝚎 𝚠𝚒𝚝𝚑 𝚢𝚘𝚞☽༓

Kepak kupu-kupu di atas daun semanggi,
Peluk hangat untuk semuanya dari Yemi
┈˚୨୧⋆。⛧˚ ⋆ 🦋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top