◌14. Bisakah Kamu Berhenti Membantuku?◌
"Sleepy doesn't mean lack potential."
-Lucidna Jingga
Ketika kembali ke kelas, Lucidna tidak menjumpai gurunya. Namun, kelas cukup tenang, tidak ramai dan tidak ada masalah. Setelah diberitahu Novel kalau kelas ini hanya ditinggal sebentar dan akan diawasi dari CCTV, Lucidna mengerti.
Ia mengambil kesempatan itu untuk bercerita siapa yang tadi ia temui. Novel mendengarkan ceritanya dengan serius. Bola matanya melotot terkejut saat Lucidna menceritakan bagaimana ia bertemu si Badroy.
Hal yang pertama Novel lakukan adalah tertawa, benar-benar tertawa seperti baru saja melihat pertunjukan komedi.
"Kamu benar-benar keren Lucidna, kamu nggak terintimidasi." Novel mengulurkan tangan ke belakang Lucidna, lalu menepuk pundak gadis itu berkali-kali, seperti memperkuat pujiannya.
Lucidna bingung harus bereaksi apa, jadi dia hanya diam saja.
"Setelah ini, aku saja yang mengurusnya. Kalau dia mengganggumu, ceritakan, seperti sekarang." Lucidna mengerutkan dahi. Melihat itu, Novel segera menambahkan. "Dia laki-laki kasar, Lucidna."
"Aku bisa lihat dia sangat kasar, darah tinggi, dan sialnya punya fisik yang mendukung itu," ucap Lucidna dengan suara kesal.
"Percayakan saja padaku."
Lucidna mengembuskan napas panjang. "Benar, ini yang mau kubicarakan, Novel. Berhenti seperti ini."
"Apa?" Novel terlihat sangat kebingungan.
Lucidna juga bukan tipe bertele-tele. Akan tetapi, kali ini hal yang ingin ia sampaikan itu seperti mendorong niat baik teman satu-satunya di sini, yang bahkan jarang diberikan orang lain di masa sekolahnya.
"Aku kan sudah bilang, saat ia melemparkanku bola voli, aku tidak takut."
"Iya, aku tahu. Selain itu, kamu juga membalas ucapannya dengan lancar. Bukankah kamu menggunakan namaku? Jadi, lain kali percayakan saja padaku."
Lucidna merasa ada sesuatu yang menekan kata-kata di dalam mulutnya. Novel sangat berterus terang, entah untuk alasan apa ia seniat itu menawarkan bantuan.
"Aku juga bisa menjaga diriku sendiri meski aku ketemu orangnya," jelas Lucidna, berusaha menyampaikan maksudnya dengan baik, sehingga Novel takkan memaksakan kebaikannya lagi. "Jadi, aku mau mengurus sendiri kalau memang ada apa-apa."
"Lucidna-"
"Novel," sela Lucidna, "kamu bukan saudaraku, penjagaku, apalagi orangtuaku. Kamu temanku." Ia menunduk. "Jadi, jangan menjadikanku beban."
"Aku nggak pernah melihatmu seperti itu."
Lucidna yang menunduk tak tahu ekspresi apa yang ditunjukkan Novel. Suaranya begitu putus asa, hanya itu.
"Apa salah kalau aku ingin membantumu?"
"Butuh berapa kali kita bahas soal ini? Please, ini terakhir."
"Ya sudah terima saja."
"Kamu yang terima kalau aku nggak mau."
"Kamu yang terima kalau aku mau bantu tanpa berpikir kamu beban, Lucidna."
"Kamu yang terima kalau aku nggak mau karena aku merasa begitu."
Novel tidak langsung menjawab. Ia menunduk, berusaha melihat mata Lucidna.
"Kenapa Lucidna? Kenapa kamu terlihat nggak suka banget?" bisik lembut Novel.
Lucidna mengatur agar rambutnya menutupi wajahnya. "Aku udah bilang alasan aku capek."
"Aku nggak akan menyalahkan kamu. Aku ingin membantu agar kamu tidak sendirian."
Lucidna juga tidak mengerti apa yang ia inginkan. Akan tetapi, ia tahu, daripada Badroy atau siapa pun yang mengganggunya, ia takut dengan Novel.
Ia takut dengan kemungkinan Novel membantunya karena rasa tanggung jawab sebagai ketua. Ia bukan siswa yang baik, sering mengantuk dan tertidur.
Lucidna tidak ingat sejak kapan ia memutuskan untuk menjaga jarak dengan orang lain, sengaja berkata pedas semuanya segan padanya, dan tidak peduli jika ada yang memperlakukannya buruk.
Jika ada yang menyerangnya dengan kata-kata, ia hanya perlu berusaha agar tak perlu menggunakan tenaga.
Jika ada yang menyerangnya dengan tenaga, ia hanya perlu berusaha agar cukup menggunakan kata-kata logis atau kata yang menusuk mental.
Lucidna hanya ingat saat kelas 1 SMP di sekolah sebelumnya, tidak ada hasil baik jika orang baik mengorbankan diri sendiri.
"Apa aku salah? Aku membantumu setiap hari karena kamu selalu kelihatan lelah."
Orang-orang yang tak lagi ia ingat nama, wajah, dan suara itu membuatnya belajar, bahwa kata-kata yang melukainya takkan meninggalkan otaknya di momen itu tertancap
"Aku nggak percaya kamu yang tidur-tidur terus nilainya lebih bagus dariku!"
Lucidna belajar bahwa bantuan yang diminta bayaran akan berubah menjadi kekecewaan ketika Lucidna melampauinya dengan usaha yang terlihat lebih sedikit. Ia bertekad, saat dibantu, ia harus memberikan bantuan atau sesuatu yang setara.
"Tunggu dulu sambil tiduran juga nggak apa-apa. Kami mengerjakan duluan, kamu yang gampang saja, kerjain yang terakhir saja. Itu lebih efektif."
Kelemahan Lucidna yang dikasihani membatasi kesempatannya untuk unjuk diri. Ia belajar, untuk menghindari kerugian bersama, mereka yang "baik" akan memberikannya posisi atau tugas yang mudah saat bekerja kelompok.
"Parasit. Padahal kita semua nilainya sama, dia menyuap atau bagaimana? Bisa-bisanya dia masuk tiga besar."
Karena mereka berkelompok, berkorban bersama, memiliki nasib yang sama, saat ada yang mengutarakan kekecewaan bercampur kecemburuan, mereka saling mendukung untuk menjauhinya, bukan mengerti. Saat itu terjadi, Lucidna mengerti, dia membuat semua orang yang lelah berusaha menjadi tak memiliki harga.
Mereka membuat Lucidna yang terpaksa menerima kebaikan, merasa lelah dan muak.
Sekarang setelah mengingat lagi alasannya bersikap seperti ini, perasaan menjanggal yang sedari tadi menghambatnya untuk mendorong tawaran Novel lenyap.
Ia mengangkat kepalanya, lantas menoleh, menatap mata cemerlang itu di sampingnya.
"Jujur saja, bantuanmu itu membantuku menghindari masalah, tapi aku merasa terbebani."
"Lucidna." Novel berusaha mengatakan sesuatu, tapi Lucidna memotong ucapannya dengan kata-kata yang lebih kejam.
"Lagi pula apa kita sedekat itu? Bagiku, kita nggak dekat, jadi berhenti ikut campur dan menambah alasanku capek ke orang."
Setelah mengatakan itu, bel istirahat berbunyi. Tanpa membiarkan Novel mengatakan apa pun lagi, Lucidna berlari keluar dari ruangan.
Menyebalkan, sungut Lucidna dalam hati.
Mataku menangis.
26-01-2025 | 871 kata
Author note
Yemi memaksa mereka berpisah, pokoknya Lucidna harus sendirian atau paling tidak mendorong Novel jauh-jauh
SUSAH LAWAN NOVEL YANG KUAT BAHKAN BISA TAHU MASA DEPAN YANG BURUK 😭PUSING
Novel maafkan aku, minggir dikit
Let her deal with her problem
😭👉👈
Tapi jujur chapter ini hampa banget pas Yemi nulis
Seharian ini boring
Anyway
TERIMA KASIH ATAS DUKUNGAN KALIAN SEMUA🌷💗
‧༓☾𝙼𝚊𝚢 𝚌𝚕𝚘𝚟𝚎𝚛 𝚋𝚎 𝚠𝚒𝚝𝚑 𝚢𝚘𝚞☽༓
Kepak kupu-kupu di atas daun semanggi,
Peluk hangat untuk semuanya dari Yemi
┈˚୨୧⋆。⛧˚ ⋆ 🦋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top