1 - Tiba-tiba

BLAR!

"Pu--Putri! Hamba mohon, jangan seperti ini!" serunya sembari menyeret tubuhnya mundur. Posisinya yang terduduk dan tak mampu berdiri lagi membuatnya kesulitan untuk berlari kabur. Wajah sang putri yang dia tatap dari bawah sudah mengerikan. Darah yang berlinangan di sana persis seperti keringat. Gadis itu juga tampak baik-baik saja akan hal itu.

"Memangnya apa yang kulakukan? Kenapa kau sampai ketakutan begitu?" Sang putri berjalan terus mendekat. Hingga tubuh putra mahkota tersudut sebab ada dinding di belakangnya, putri menarik gaunnya ke atas lalu meletakkan sebelah kakinya di sela-sela kaki putra mahkota. Dia yang sudah ketakutan hanya mampu memohon pada putri agar tak menyakitinya.

Kaki sang putri naik hingga bagian sensitif pria itu. Awalnya dia hanya meletakkan kakinya di atasnya, tapi perlahan heels sang putri terus menekan hingga putra mahkota kesakitan.

"Arrrgh ... Putri!" Putra mahkota menggenggam kaki putri, berusaha untuk melepaskannya. Tapi kekuatannya tak sebesar itu untuk melawan putri.

"Prinsip hidupku, membuang sesuatu yang tak berguna lagi untukku," ucap putri mahkota.

Dari lokasi injakan kaki putri, muncul bercak merah. Puas dengan hal itu, putri mengangkat kembali kakinya. Putra mahkota sudah lemas, detik-detik akan mati saat itu juga. Bukannya merasa kasihan, sang putri malah terkekeh. Kemudian dia merentangkan tangannya ke atas hingga langit-langit istana terbuka lebar. Tampaklah langit yang berubah mendung hingga halilintar muncul. Saat itu juga, tetes demi tetes air berjatuhan. Yang membuat putri mahkota semakin tertawa adalah air hujan yang seharusnya merupakan air dari laut kini berhasil berubah menjadi darah. Hujan darah yang membasahi tubuh putri membuatnya semakin bergairah.

"HAHAHA!"

"Anying," gumam seorang laki-laki yang langsung menutup bukunya setelah membaca adegan itu. Ini gila sekali! Padahal ringkasan cerita yang dia baca di belakang buku tidak segila ini. Apa Athan salah beli, ya?

"Mampus, dah ... uang jajan gue kebuang sia-sia buat baca novel ini. Kalo nggak dibaca habis, malah makin nggak guna," kata Athan. Dia membenah kacamatanya yang sempat merosot. Dia toleh jam dinding yang menunjukkan angka 11. Tidak terasa juga sudah tiga jam dia duduk anteng. Yah, memang kapan lagi dia bisa begini? Biasanya mah kalau tidak mengerjakan tugas, dia akan sibuk mengurus organisasi.

Kini Athan berganti melirik ponselnya yang sengaja dia matikan. "Untung gue off. Coba nanti pas online pasti rame nih grup nyariin gue." Jelas saja, dua minggu lalu Athan resmi menjadi Ketua OSIS. Meski sebenarnya dia sudah menolak ketika kakak kelas mengajukannya, tapi sang kakak kelas bilang kalau dia bisa saja tidak terpilih.

Tapi siapa sangka kalau calon Ketua OSIS lain yang diajukan adalah berandalan sekolah? Kan jadi dia yang terpilih. Padahal dia sudah percaya diri untuk menjadi anggotanya saja.

Sesi baca novel begini tak biasanya Athan lakukan sebab di sekolah, membaca novel bukanlah sikap gentle. Entah persepsi dari mana hal itu, tapi semua orang menganutnya. Athan jadi kesulitan menjalankan hobinya sebagai pembaca. Saking tidak inginnya ketahuan, Athan sampai menyembunyikan aplikasi wattpad-nya seperti harta karun.

"Ini apa harus baca lagi, ya?" Athan mengamati ketebalan buku ini yang hampir seperti kamus. "Gue pikir bagus banget karena tebel dan genre fantasi. Yah, bagus sih bagus, tapi ngeri anjir. Si ceweknya saiko lagi! Nggak abis pikir kalau sampai gue isekai ke sana. Dahlah, di novel aja. Dunia nyata kaga usah! Bisa repot gue kalo tiba-tiba masuk ke sana."

Athan menggosok keningnya yang tiba-tiba terasa pening. Tidak biasanya dia begini, tapi mungkin saja hal ini disebabkan karena akhir-akhir ini dia begadang.

"Nanggung juga, sih. Baca dikit sampai tengah malem, deh, baru tidur." Athan membuka kembali novel itu. Dia kembali membayangkan kejadian mengilukan itu terjadi di depan mata. Harapan terbesarnya adalah ... dia berharap cerita ini tak akan pernah dia temui di dunia nyata. Jelasnya sih tidak, tapi kalau saja ... kalau saja benar-benar terjadi, Athan yakin tak akan sedikit pun mau berada di dekat tokoh utama. Tidak seperti kasus-kasus isekai biasanya yang mau kabur tapi tidak kabur-kabur, maka Athan dengan cekatan akan kabur dari situasi itu dengan logikanya.

Gluduk! Gluduk!

Athan mendongak, dia menatap ke arah langit-langit kamarnya. Mendengar suara gemuruh, sepertinya sebentar lagi akan hujan deras. Apa jemuran di atas sudah mamanya angkat, ya?

DAR! DUAR!

Bahu Athan berguncang, dia spontan memejamkan mata. Tak disangka kalau hujan malam ini akan disertai halilintar. Saat dia membuka mata suasana kamar sudah gelap gulita. Sepertinya sambaran petir yang berbahaya membuat petugas listrik memutuskan untuk memadamkan listrik besar-besaran demi keamanan warga.

Athan pun bangkit dan berjalan ke arah jendela kamar. Dia buka sedikit tirainya untuk mengintip keadaan luar. Benar ternyata, seluruh rumah lampu mati. Jalanan juga gelap sekali. Kira-kira sampai kapan pemadaman ini?

Lantas Athan mengambil ponselnya lagi, hendak menghidupkannya untuk menyalakan mode senter. Dia ingin mencari lilin untuk dihidupkan. Baru saja menunggu ponsel menyala, halilintar kembali terdengar. Tanpa sadar ponsel Athan jatuh ke lantai karena dia langsung menutup kedua telinga dan mata.

Saat membuka matanya, dunia Athan berubah.

"Kok ... gue di sini?" Athan mengedarkan pandangannya. Bukan lagi suasana gelap atau penampakan kamarnya yang berada dalam pandangannya sekarang, melainkan kamar kayu disertai satu ranjang sederhana, lemari yang tampak rapuh, cermin besar, dan meja-meja tua yang ditempati banyak sekali buku dan barang.

Athan memukul pipinya sekali, tapi kala menutup mata dan membukanya lagi, dia masih di sini.

"Ini seriusan kok gue bisa di sini?" Athan mengangkat kedua tangannya. Dia perhatikan dan bolak-balik sebab ponsel atau buku yang tadinya dia genggam sudah tak ada. Bahkan kalau diperhatikan lagi, ini juga bukan bentuk dari tangannya.

"Ini gue ngapain, sih? Tadi gue ngapain?" Athan masih berusaha mencerna situasi ini dengan logika. Dia harus memikirkan berbagai dugaan mengapa tubuhnya ada di tempat ini. Dugaan paling mungkin adalah dirinya sedang dalam mimpi atau dia punya kekuatan teleportasi.

"Ah, apa kayak di film-film gue bisa teleportasi karena kesamber petir?" Athan mulai mengayun-ayunkan tangannya. "Ah, bener! Pasti tadi gue kesamber petir terus pakai kekuatan ini! Betul! Betul!"

Athan sudah senang kalau hal itu yang terjadi, tapi ketika tak sengaja melirik ke arah cermin, senyuman hilang dari wajahnya.

Dia yakin, hal yang dia takutkan sepertinya terjadi.

Dia masuk isekai.

Bilang kalau gue salah lihat! Otak, cepet bilang kalau gue salah lihat atau gue pindahin lo ke dengkul! batinnya.







Don't Love Me, Princess!

Hai!
Ini cerita pertama gue yang tokoh utamanya cowok. Selamat membaca <3

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top