Chapter. 12 : I Just Need You Now
[Halooo! Baca duluan chapter 25 dan 26 sudah bisa kalian akses di Karyakarsa kataromchick, ya. Di chapter yang makin bertambah makin banyak menguras emosi. Happy reading.]
I thought you would fall. I would've missed.
You'd live for this. Because I just need you now.
Arvi merasakan pelukan Kaivan yang tidak terlepas sejak mereka resmi jadian semalam. Siang ini, disaat Arvi harus menghadiri kelas, dia masih ditempeli oleh pria itu yang bermanja-manja padanya.
"Kak, aku harus berangkat. Aku bisa telat kelas."
Kaivan mengendus tengkuk Arvi dan membuat perempuan itu geli. Tubuhnya memberikan reaksi yang selalu Kaivan suka, karena itulah Arvi tidak bisa pergi kemana-mana.
"Aku nggak tahu kalo kamu bisa cerewet juga, Vi."
Seluruh bulu di tubuh Arvi meremang ketika Kaivan bicara di tengkuknya. Ditambah dengan suara pria itu yang sangat seksi. Arvi paling lemah jika sudah mendengar suara semacam ini. The deep tone of his voice got her paralyzed. Membuai Arvi hingga logikanya kembali kalah dengan apa yang pria itu inginkan.
Lengannya mengalung di pundak Kaivan, memberikan kecupan panjang agar kekasihnya itu bisa berhenti untuk mengendus di tengkuk Arvi. Tidak lupa Arvi memberikan usapan di rahang Kaivan. Ketika pinggulnya ditarik untuk melekat pada tubuh pria itu, Arvi buru-buru untuk menahan dada Kaivan dan mengatur napas lagi.
"Aku harus kelas."
Sudah jelas jika Kaivan tidak ingin mendapat balasan seperti itu. Pria itu mengira Arvi akan mengikuti arus dari gairah yang mereka miliki.
"Absen dulu. Kamu nggak mau?" Kaivan terus berusaha untuk membujuk.
"Kak, aku kuliah nggak gratis. Ada ibuku di kampung yang nggak tahu aku ngapain aja disini. Ibuku cuma tahu aku sekolah tinggi disini. Aku emang suka sama Kak Ivan, aku juga maunya sama Kak Ivan terus. Tapi aku harus tetep lulus. Aku mau lulus dengan nilai yang baik. Salah satu cara supaya nilaiku baik adalah dengan nggak bolos kelas. Jadi, aku minta Kak Ivan memahami hal itu."
Kaivan tidak bisa untuk melawan ucapan Arvi. Bagaimana pun, nasib perekonomian Arvi tidak sebanding dengan Kaivan. Jika Kaivan bisa seenaknya mengentengkan pendidikannya, karena orangtuanya memiliki uang yang banyak untuk tetap bisa membiarkan Kaivan kuliah menjadi mahasiswa abadi. Sedangkan Arvi tidak akan melakukan hal yang sama seperti Kaivan.
"Oke. Maaf. Aku nggak bermaksud merusak pendidikan kamu."
Arvi mengangguk sekilas dan turun lebih dulu dari ranjang. Dia merapikan penampilannya menuju kampus dengan pakaian baru yang dibelikan Kaivan karena pria itu ngotot tak mau Arvi balik ke kos perempuan itu.
"Aku siapin mobil dulu."
"Nggak usah, Kak. Aku udah pesen gojek."
Kaivan menatap Arvi dengan bingung. "Kenapa pesen gojek? Aku bisa anterin kamu."
"Jangan. Nanti temen-temenku malah curiga kalo aku habis dari tempat kamu. Aku nggak mau bikin penilaian temenku makin buruk ke kamu."
Arvi tahu bahwa Kaivan masih belum sepenuhnya bisa menunjukkan hubungan mereka. Di depan banyak orang. Terlebih lagi di depan masing-masing teman kampus mereka. Jadi, Arvi sebisa mungkin akan menjaga hubungan ini serahasia mungkin. Supaya tidak akan memperumit keadaan Kaivan juga nantinya.
"Are you sure? Aku nggak masalah kalo kita harus ketahuan pacaran—"
"Kak, please. Aku nggak mau memperumit masalah diantara kita, oke? Kita pacaran, udah. Aku nggak meminta lebih. Aku nggak minta semua orang untuk tahu. Aku sejak awal cuma mau hubungan yang jelas aja sama kamu, udah."
Arvi menatap jam di ponselnya. Lalu, melihat notifikasi kendaraan online yang dipesannya. "Abangnya udah deket. Aku berangkat, ya."
Dengan cepat Arvi mengecup pipi Kaivan hingga pria itu terkejut. "Jangan macem-macem selama aku kelas, Kaivan."
***
"Seneng banget lu. Ada rencana apaan sama Angela Varsha?" Bagas melihat temannya yang wajahnya begitu sumringah.
Memang Kaivan tidak menunjukkan senyum-senyum menggelikan di wajahnya, tapi setiap gelombang bahagia begitu melekat di wajah pria itu. Bagas dan Lonardo yang sudah biasa melihat dan memahami Kaivan, jelas tidak bisa mengabaikan bagaimana wajah Kaivan begitu bersinar seolah tiada beban. Padahal seminggu kebelakangan Kaivan tidak seperti manusia yang suka dengan kehidupan yang dijalaninya akibat nomor adik tingkat yang tidak bisa dihubungi oleh Kaivan.
"Kata gue, sih, bukan Angela Varsha." Lonardo menimpali.
Kaleng bir di tangan Lonardo digerakan mengajak mereka untuk bersulang meski fokus mereka tidak sepenuhnya pada minuman tersebut.
Bagas yang bisa merasakan bahwa ucapan Lonardo itu ada benarnya pun langsung menoleh pada Kaivan. Dia ingin memastikan jawaban temannya itu sendiri.
"Gara-gara adik tingkat itu??" ucap Bagas.
Kaivan tahu bahwa kedua temannya itu tidak akan pernah siap untuk mendengar jawaban darinya yang mengiyakan kecurigaan Lonardo dan Bagas itu. Namun, dia juga tidak berniat menutupi apa pun yang sekarang dirinya jalani. Kecuali mengenai hubungan ranjangnya dengan Arvi pastinya. Dia tidak akan membuka mengenai apa yang sudah dirinya lakukan dengan Arvi.
"Kai ... don't be stupid. Lu udah deket banget sama Angela Varsha. Lu nggak lupa sama apa yang kita omongin sebelumnya, kan? Ini peluang gue sama Onad—"
"Sialan. Lu berisik banget, Gas. Gue tahu apa yang harus gue lakuin. Gue nggak akan mengacaukan keinginan lu sama Onad. Kalian berdua cuma perlu diem dan biarin gue lakuin apa pun yang gue suka."
"Apa pun yang lu suka itu belum tentu semuanya baik buat nantinya. Inget, Kai, main-main sama anak ingusan besar kemungkinannya buat nambah masalah kita. Jangan sampe lu bikin perempuan yang nggak berpengalaman antara hubungan fisik semata sama hubungan yang pake perasaan malah jadi obsesif. Lu tahu sendiri kalo cewek udah obsesif, dia bakalan nuntut ini itu. Belum lagi kalo dia ngaku-ngaku kalian punya hubungan spesial."
"She is not one of those characters. Lu cuma perlu tenang, Gas. Tenang, oke? Gue tetep jalan sama Angela Varsha. Gue udah punya banyak schedule sama dia. I'll do it. Nggak perlu sepanik ini sampe ngulang-ngulang nasehat yang nggak gue butuhin."
Suasana hati Kaivan sedang bagus-bagusnya, makanya dia tidak ingin jika Bagas mengacaukan setiap kebahagiaan yang dimilikinya kini.
"Segitu enaknya, Kai?" celetuk Lonardo.
Ekpresi yang Kaivan keluarkan langsung berbeda dan Bagas menyenggol kaki temannya yang agak bodoh untuk urusan seperti ini.
"Lo bilang apa?"
Lonardo menatap Bagas lebih dulu dan mendapati lelaki itu menhela napas tanpa suara. Mimik Bagas juga menunjukkan reaksi tidak menyenangkan. Lonardo yang baru menyadari bahwa Kaivan tidak suka jika 'perempuan kali ini berbeda' dibahas dengan cara tidak senonoh langsung berpura-pura bahwa dirinya tidak sengaja akibat terlalu banyak meneguk bir. Padahal kadar alkohol bir yang mereka konsumsi tertulis nol persen.
"Udah, nggak usah mikirin Onad. Dia, kan, emang otaknya agak miring. Kita bahas yang santai-santai aja. Kalo perlu, mending kita open table. Gimana?"
Kaivan yang biasanya tidak masalah dengan hal itu memberikan respon yang sangat mengejutkan di depan kedua temannya itu.
"Kalo kalian mau open table gue nggak ikutan malam ini."
Bagas dan Lonardo mau tak mau saling melemparkan tatapan dan mengamati Kaivan yang hanya memantik api dari koreknya untuk merokok. Sama sekali tidak peduli pada kedua temannya yang terus menunjukkan ekspresi aneh untuknya.
"Lu yakin, Kai?"
"Hm. Gue mau balik dan nongkrong di studio gue dulu. Kalia jangan ganggu sebelum gue ngajakin kalian ketemu."
"Oh. Mau ngerampungin lagu, gue kira—" Lonardo belum selesai dengan ucapannya ketika Bagas menyela.
"Kalo gitu, kabarin kalo semisalnya lu mau gabung atau udah bosen di studio lu yang rahasia itu. Jangan lupa, Om gue masih nungguin demo lagu lu. Jangan lu simpen sendirian semuanya. Gue tahu suatu saat lu bakalan jadi bintang besar. Apalagi dengan manfaatin kedekatan lu sama Angela Varsha."
Kaivan tidak membalas apa pun, dia sibuk untuk menghabiskan rokoknya dan pikirannya melayang pada wajah Arvi. Dia benar-benar memiliki inspirasi dari perempuan itu. She is so beautiful. Tidak ada kata nanti untuk menuliskan bagaimana cantiknya Arvi. Akan Kaivan tuliskan bagaimana kecantikan Arvi juga membuat pria itu kebingungan seperti ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top