Ch. 18 : I'm Getting Colder
[Aloha! Yang ngikutin di Karyakarsa kataromchick, pastinya udah tahu kalo extra part 1 udah muncul. Happy reading semuanya!]
Watch as she stands with her holding your hand.
Put your arm around her shoulder, now I'm getting colder.
Arvi tidak bisa percaya.
Arvi tidak bisa berhenti menangis.
Arvi tidak bisa merasakan apa-apa.
Dalam waktu yang singkat Arvi mati rasa. Dia tidak meraung. Tangisannya begitu hening sampai membuat bunyi air conditioner mengisi kamar tersebut. Arvi kira juga hembusan napasnya tidak ada. Entahlah, dia tidak tahu. Dia tidak sadarkan diri dalam keadaan sadar. Dia tidak seperti dirinya lagi.
Arvi tahu dia sudah melakukan banyak hal buruk, terutamanya bersama Kaivan. Hal yang Arvi berikan dengan sukarela. Tidak ada unsur paksaan. Namun, malam ini, Arvi merasakan dirinya menjadi begitu lelah batin karena menyadari ... dia sudah diperkosa. Mendadak saja bayangan bahwa pelecehan bisa terjadi dalam hubungan romantis dalam bentuk apa saja membuat Arvi gemetar. Dia tidak bisa melihat Kaivan dengan cara yang sama lagi. Dia ingin sekali untuk pergi, tapi sungguh tidak ada daya sama sekali kakinya untuk bergerak. Pikiran yang terlalu terkuras, dan mental yang digempur begitu kerasnya tidak bisa memberikan perintah kepada fisik Arvi untuk bergerak dan kabur.
Bahkan Arvi bisa saja melakukannya sekarang, ketika Kaivan tampak begitu kalut dan duduk bertelanjang dada di balkon sambil menghisap sebatang rokoknya. Arvi melirik sekilas tadi, tapi perutnya mual berlama menatap punggung Kaivan yang membelakanginya. Arvi terlalu lemah dan dia sepertinya sudah begitu bodoh karena masih mengira Kaivan kalut. Padahal pria itulah yang menodainya dengan memaksa. Pria itulah yang menyakiti Arvi dan membuatnya berpikir bahwa perempuan seperti dirinya memang pantas diperlakukan seperti ini.
Sekali lagi, airmata Arvi menjadi begitu mudah untuk turun dan membasahi bantal yang digunakan. Kekecewaan ini hanya bisa diungkapkan dengan tangisan. Tidak bisa dengan hal lainnya. Sekalipun dengan pelukan dan beberapa kecupan yang Arvi rasakan bertandang di bahunya yang masih telanjang.
Pelakunya memeluk tubuh Arvi yang masih senantiasa bergetar karena menangis. Arvi menolak untuk membalikkan tubuh meski Kaivan berusaha mengubah posisinya, Arvi langsung memberikan kalimat pedas yang sukses menghentikan pria itu. "Sekali lagi kamu maksa, aku bisa nekat bunuh diri di sini."
Helaan napas dari hidung Kaivan terdengar berat. Arvi tidak mau peduli. Yang harusnya menghela napas dengan penuh frustrasi adalah Arvi sendiri, bukan Kaivan.
"Aku minta maaf, Vi. Aku nggak bisa berpikir jernih. Dan satu-satunya yang aku mau adalah kita yang nggak berpisah. I don't wanna breakup with you."
Arvi sudah lelah jika harus menanyakan alasan pria itu yang tidak mau melepaskannya. Sudah cukup baginya untuk menanyakan hal itu sebelum dirinya dipaksa. Yang Arvi inginkan adalah keluar dari kondisi ini dan mengakhiri apa yang mereka tidak benar-benar miliki.
"Vi, apa pun yang terjadi, kamu adalah perempuan yang beda dari yang pernah aku temui. Aku nggak mau semua ini berhenti gitu aja. Nggak mudah bagi kita untuk bisa ditahap ini sekarang. Kamu harus tahu bahwa aku mau hubungan ini berhasil."
Arvi memejamkan matanya lebih lama kali ini. Dia menelan ludah sebelum mulai bicara kembali pada Kaivan.
"Kalo kamu mau hubungan ini berhasil, harusnya kamu nggak melibatkan perempuan lain disini. Bukan hal yang aneh kalo aku minta putus, karena kamu selingkuh, Kak Ivan."
"Oke, oke. Aku akan berusaha berhenti untuk bersama Angela."
"Berusaha berhenti? Itu artinya kamu memang nggak niat untuk berhenti, Kak. Untuk apa kamu masih menginginkan hubungan ini dengan aku??"
"Bukan gitu. Aku dibayar juga sama Angela untuk masuk konten vlog nya. Ada kesepakatan untuk beberapa konten lagi. Aku juga memanfaatkan vlog nya untuk bikin penontonnya mengenalku untuk jenjang karir bermusikku nantinya. Tolong mengerti kondisiku, Vi."
Arvi sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Dia terlalu bingung dengan segala ucapan yang diberikan oleh Kaivan. Mengerti keadaan pria itu? Padahal yang harusnya disadari pria itu adalah keadaan Arvi yang terguncang dengan seluruh tabiat Kaivan.
"Vi—"
"Tolong jangan ngomong apa pun lagi. Aku pusing."
***
"Kamu apa? Nggak bisa lanjut vlog bareng aku?" ucap Angela.
Perempuan itu tidak menutupi keterkejutan serta rasa tidak percayanya. Dia memberikan banyak tekanan dari tatapan matanya pada Kaivan. Angela marah dan jelas sekali tidak menutupinya di depan Kaivan.
"I'm sorry."
Angela memutar bola matanya, dia menudingkan telunjuknya pada wajah Kaivan dengan cepat.
"Bilang aja sejujurnya. Ada perasaan yang harus kamu jaga?"
Kaivan yang tidak menyangka bahwa Angela akan langsung menebak begitu saja dan parahnya tepat sekali pada poin yang tidak akan Kaivan perkirakan.
Kaivan baru saja akan membuka mulutnya, tapi tidak ada yang keluar sama sekali. Dia kebingungan untuk mengatakan apa yang ingin disampaikannya.
"Okay, I see. I understand. Nggak perlu ada yang kamu jelaskan lagi. Aku udah nebak dari lama, cowok kayak kamu nggak bakalan sendiri. Ya, apa pun itu. Aku nggak bisa maksa. Tapi untuk vlog ke New York, nggak bisa untuk dibatalin. Kita udah scheduling semua itu. Hanya vlog itu, dan terserah kamu nantinya. Aku nggak akan maksa kamu masuk ke vlog aku lagi nantinya. Being professional untuk jadwal ke New York."
Kaivan tidak bisa menolak. Bagaimana pun Angela sudah mengusahakan banyak hal untuk mereka bisa tetap terbang ke New York. Meski memang tema yang diusung adalah bepergian ke New York dengan 'teman pria' akan membuat Arvi nantinya bersikap tidak tenang lagi. Tapi Kaivan juga tidak mau membuat Angela melakukan hal yang tidak seharusnya. Semisalnya, menegur perempuan yang membuat Kaivan tidak bisa profesional. Meski kemungkinannya sangatlah kecil, tapi Kaivan rasa untuk ukuran seorang perempuan, tetap saja perempuan akan mampu untuk menciptakan drama.
"Kenapa? Pacarmu akan marah? Apa perlu aku yang bicara langsung dengannya?" ucap Angela yang merasa ekspresi Kaivan masih saja bimbang.
"No, no. Aku bisa urus sendiri. Kamu hanya perlu kabari aku untuk jadwal ke New York."
Angela mengangguk dan tidak mengatakan apa pun lagi serta membiarkan Kaivan mengisi waktunya sendiri. Sebab perempuan itu sudah terlanjur kehilangan mood yang bagus.
Sedangkan Kaivan sendiri merasakan serangan rasa bersalah dan tidak tahu harus melakukan apa selain menggunakan kesempatan untuk berbasa-basi dengan Angela saja. Sebab pergi dari studio perempuan itu disaat seperti ini hanya membuat Angela semakin kesal. Saat ini dia hanya menginginkan tidak ada drama tambahan lagi. Semoga saja.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top