Ch. 14 : Looking Right at You

[Aloha! Chapter terbaru di Karyakarsa kataromchick juga sudah ada, ya. Di sana sudah sampai chapter 30. Jangan lupa untuk follow Instagram freelancerauthor untuk tahu update terbaru aku. Happy reading semuanya 💙.] 


I just came back from the moon. Found myself looking right at you. 

Violins playing into your tune, my mood are swingin for you. 

Kaivan merasakannya. Merasakan perbedaan yang ternyata mempengaruhinya cukup hebat. Ketika dia melesak dan berusaha menggapai-gapai kepuasaan bersama Angela, wajah Arvi seringkali datang dan menjelma dalam tubuh Angela. Sebenarnya tidak heran hal itu bisa terjadi. Keduanya sama-sama memiliki rambut panjang. Bedanya, rambut Arvi begitu lurus dan hitam. Sedangkan milik Angela bergelombang dan agak kecokelatan. Arvi sering kali menggunakan kacamatanya, terutama ketika fokus pada buku-bukunya. Sedangkan, Angela adalah perempuan bebas yang lebih suka memakai lensa kontak berwarna yang membuat bola mata perempuan itu menyala. Padahal Angela memang memiliki gen yang membuat bola matanya tidak seperti kebanyakan orang pribumi. 

"Why?" tanya Angela pada Kaivan yang terus menatapnya. 

Setelah seks mereka yang gila, Kaivan memilih untuk hanya mengenakan celananya dan membiarkan bagian atasnya terekspos dan bisa dilihat oleh Angela dengan sesuka hati. Kaivan sibuk pada rokoknya sembari mengamati Angela yang sibuk dengan kamera dan lighting miliknya. 

"Nothing." 

Angela mendengkus dan mengibaskan rambutnya sebelum mengambil jepit ukuran besar untuk menjadikannya satu ikatan agar tidak mengganggu kegiatan perempuan itu. Sekali lagi, terdapat perbedaan dalam menggunakan jepit rambut. Arvi tidak senang mengikat kuat rambutnya menjadi satu, dia lebih sering menjepit rambutnya setengah di bagian atas saja. 

"Kalo nothing, kamu nggak akan natap aku dengan tatapan yang dalam begitu." 

Kaivan tidak tahu. Entah dia sedang menatap Angela atau dia mendapati beberapa gambaran Arvi dari bayangan Angela. He is just so confused right now. 

"Want another round?" tanya Angela memancing. 

Kaivan menggelengkan kepalanya dan menghembuskan asap rokoknya. "No. Itu cukup." 

"Kenapa? Capek banget?" 

Kaivan tidak merasakan lelahnya. Sebab Angela adalah tipikal yang bisa mengambil inisiatif dalam permainan di ranjang. Perempuan itu sudah jauh berpengalaman, hingga Kaivan tidak perlu mengeluarkan banyak kemampuan. Justru Kaivan lebih seperti banyak mengalah dan tidak mendominasi. Angela sudah seperti perempuan yang tangkas sekali ingin mencari kenikmatannya sendiri. Sedangkan Arvi ... she's so calm. Arvi cenderung tidak tahu kenikmatan seperti apa yang tubuhnya inginkan. Kaivan akan menjadi pihak yang menuntun Arvi untuk mengetahui kenikmatan seperti apa yang diinginkan. 

"Duduk sini, Kai." 

Kaivan kembali dari lamunan memikirkan perbandingan antara Angela dan Arvi. Dia mendapati Angela sudah menata segalanya dengan bagus. Sekarang perempuan itu hanya perlu memastikan posisi mereka tepat berada di tengah kamera. 

"Hari ini aku akan bikin konten doing nails with my friend." 

"Hemm, oke. A friend, right?" goda Kaivan. 

"Hahaha, aku kasih embel-embel dalam tanda kurung nanti. 'Doing nails with my (boy) friend'. Teman laki-laki aku. Dengan begitu akan menarik banyak rasa penasaran dari penontonku. Mereka akan banyak tanya-tanya apa kamu pacarku atau cuma sekedar temen." 

"Yang kayak gitu yang banyak menghasilkan uang, ya?" 

Angela mengangguk. "Sensasi dan rumor terkadang dibutuhkan untuk bisa naikin pamor. Target penonton di channel ku tentu aja cewek, dan lebih banyak kekepoannya." 

Kaivan hanya mengangguk saja. Dia tahu bahwa cara untuk terkenal dengan cara seperti itu memang cukup menjanjikan. Jika dirinya mau menjadi terkenal, tentu saja nebeng pada sensasi yang Angela ciptakan akan membuatnya mulai dipertanyakan. Siapa dirinya? Apa akun sosial medianya? Apa pekerjaannya? Siapa pacarnya sebenarnya? Dan ketika semua orang mulai penasaran, maka musiknya juga akan semakin dikenal. 

"Kamu harus bikin akun YouTube, Kai. Upload your music video. Aku rasa kamu mampu untuk bikin music video yang nggak harus ribet, yang penting mewakili isi lagu-lagu kamu." 

"Ya, kamu bener. Aku harus mulai share sedikit demi sedikit laguku di platform yang bisa dijangkau banyak orang." 

Kaivan harus mulai bergerak dari sekarang, toh studio rekaman milik paman Bagas juga sudah mau menawarkan diri. Kaivan harus bisa menunjukkan pada keluarganya bahwa dia memang mampu menjadi solois yang terkenal dan tidak diremehkan lagi. 

"Oke, tunggu di sini. Aku harus ganti baju dan touch up sebentar." 

Kaivan mengangguk dan memilih untuk membuka aplikasi chatting. Dia mendapati Arvi yang menghubungi tapi tidak terdengar olehnya karena ponselnya dalam kondisi silent. 

Arvi: Kamu kayaknya sibuk banget. Aku pulang sendiri ya. 

Arvi: Aku udah sampe kos. 

Kaivan menatap pesan tersebut dan merasa agak bersalah karena membuat Arvi menunggunya. 

Kaivan: Maaf baru bales Vi. Aku ada kerjaan sama temen. Aku jemput kamu nanti malam ya. Besok kan kamu kosong kelas. 

Kaivan tidak langsung mendapatkan balasan. Dia tahu Arvi mungkin sibuk sendiri dengan dunianya. Jadi, dia matikan ponselnya dan fokus untuk bersama Angela. 

*** 

Arvi mendapati pesan dari kekasihnya setelah beberapa jam. Kaivan menjanjikan untuk menjemput di malam hari. Sedangkan Arvi sedang tidak ingin untuk ke rumah pria itu. Bukan karena marah, hanya saja dia enggan keluar malam. Jika dia ingin ke rumah Kaivan, maka sudah dilakukan sejak tadi pulang dari kampus. 

Arvi: Besok pagi aja aku ke rumah kamu. Malem ini gausah. 

Arvi memilih untuk memfokuskan diri pada tugas kuliahnya lebih dulu. Tugas kuliah itu memang tidak seberapa. Namun, dia ingin mengerjakannya supaya minggu depan tidak terlupakan. Jika tugasnya sudah dikerjakan juga, maka akan memberikan waktu yang lebih leluasa untuk bersama Kaivan. 

Arvi melihat pesannya centang satu. Itu artinya Kaivan kembali sibuk. Dia tidak ingin menjadi pacar yang mengekang dan cemburuan atas apa pun kegiatan Kaivan diluar hubungan percintaan mereka. 

Setiap kali mengingat hubungannya dan Kaivan, ada saja rasa tak nyaman memikirkan sesuatu. Ya, memikirkan bahwa dia dan Kaivan mungkin bukan pasangan yang terbilang 'pas'. Orang lain selalu menilai Kaivan adalah pria buruk. Melihat dari tampilannya, memang demikian. Tato Kaivan yang tidak sedikit, sulit lulus, dan tidak memiliki track record sosialisasi yang baik di kampus. Semua itu sudah cukup menjelaskan bahwa ada ketimpangan dari karakter Arvi dan Kaivan. 

Namun, cinta tidak bisa dibendung oleh logika. Arvi tidak bodoh, dan dia tetap mendapati dirinya memikirkan hubungannya dan Kaivan. Itu sebabnya dia masih agak ragu menjalani hubungan pacaran itu. Dia tidak mau banyak orang tahu dan mengatakan secara blak-blakan bahwa dia dan Kaivan berpacaran karena memang takutnya malah membuat banyak orang membawa penilaian buruk kepada Arvi yang ingin lulus cumlaude dan dalam jangka waktu 3,5 tahun. 

Ponsel Arvi bergetar, pesan yang masuk dari Meta cukup mengejutkannya. Namun, Arvi senantiasa tenang dan tidak berniat untuk menjadi perempuan yang termakan api cemburu. 

Meta: Maaf Arvi, bukannya mau ikut campur. Ini kating yang deket sama kamu, kan? Kalo aku gak salah, kamu sama kating ini makin sering barengan. Tapi di vlog yang aku kirimin linknya ini, menurutku dia mainin kamu dan 'temen' ceweknya yang punya akun yutub itu. 

Meta: Sekali lagi, aku minta maaf Arvi. Tapi sebagai teman aku cuma gak mau kamu kenapa-kenapa. 

Apa yang harus dilakukannya? Melihat vlog tersebut? Tapi menatap sekilas dari thumbnail nya saja sudah menyakiti hati Arvi. Dia berusaha tidak cemburu buta, tapi apa daya? Dia terbakar api yang bahkan belum disulut dengan bensin jenis apa pun.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top