3 - My Sister, My True Protector

Don't Judge a Book by its Cover |Fem! Halilintar| © Hammy_Vanilla_02

BoBoiBoy/BoBoiBoy Galaxy © Animonsta Studios/Monsta

Rate : T

Length : Multi-Chapters Story.

Genres : Genderbend + Sibling + High School + Indonesia Local! AU, Fluff, Humor, Comedy, A Lil Bit of Drama, Family Life, Slice of Life, School Life, Brothership/Brotherly Love/Brotherhood-Sistership/Sisterly Love/Sisterhood (Siblings), Etc.

Warnings : No Pairs/Pairings/Ships/OTPs!, No Super Powers, No Aliens/Robots/Etc, Female(s)! Genderbend(s)/Gender Switch(es)! Halilintar (Thunderstorm)/Ais (Ice)/Duri (Thorn), Out of Characters (OOCs), Standard + Non-Standard Language (Bahasa Baku + Tidak Baku), Mixed Languages (English + Indonesian), Typo(s) Everywhere, Please Give Me (Us) Your Votes and Comments If Ya Like My (Our) Stories, and Please Press the 'Back' Button and Exit Well From This Story If Ya Don't Like My (Our) Stories, I (We) Don't Take Any Profits/Materials From This Story, I (We) Do Not Accept Gossipers/Haters and Plagiarists/Copy Paste (Or Later, I (Icy) Will Take Care of Y'All Directly!), Etc.

I (We) Have Warned Y'All, Baby~! <3

I (We) Hope Ya Like and Enjoy My (Our) Story~! ^^

Happy Reading, Min'na~san~! ^^

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

'3 - My Sister, My True Protector'

______~♡~______

(Image(s)/Picture(s) {Taufan + Gempa + Blaze + Solar} by : Google/Chrome)

(Image(s)/Picture(s) {Fem! Halilintar + Fem! Ais (Ice) + Fem! Duri (Thorn)) by : @amai_yaa [Instagram])

╔═════ஓ๑♡๑ஓ═════╗
WARNING!

There will be uncensored harsh words later, please be wise in reading and don't imitate in real life. There will be a few fight scenes too! Remember, I already warned y'all! Thanks.

(Akan ada kata-kata kasar yang tak disensor nanti, mohon bijaklah dalam membaca dan jangan ditiru di kehidupan nyata. Akan ada sedikit adegan pertarungan juga! Ingat, aku sudah memperingatkan kalian semua! Terima kasih).
╚═════ஓ๑♡๑ஓ═════╝

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

She is like a 'queen/empress', whose every word of hers is like an absolute command and cannot be disputed by anyone. But, even so, she is also like a 'soldier woman', who is ready to sacrifice everything she has, so that all her brothers and sisters can live safely and comfortably.

She is Halilintar, the girl/woman as well as the older sister, who is like a 'guardian angel' for her beloved brothers and sisters.

(Ia bagaikan seorang 'ratu/permaisuri', yang setiap perkataan miliknya bagaikan perintah yang mutlak dan tak dapat dibantah oleh siapapun. Namun, meski begitu, ia juga bagaikan seorang 'prajurit wanita',yang siap untuk mengorbankan segalanya yang ia miliki, agar semua saudara dan saudarinya bisa hidup aman dan nyaman).

(Dialah Halilintar, sang gadis/wanita sekaligus kakak perempuan, yang bagaikan 'malaikat pelindung' bagi saudara dan saudari tersayangnya).

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Haahhhhh ...," Helaan napas keluar dari bibir seorang pemuda,manik oranye opal cerah itu memandang seorang gadis yang berjalan tepat di samping kanannya. "harusnya kalo kakak mau ngasih pelajaran ke berandalan-berandalan sekolah itu, ajak-ajak aku juga, dong, kak!"

Si sulung langsung menatap dirinya dengan tajam. "Kamu kira aku lagi main-main bareng mereka, huh?!" desisnya pelan.

Adik perempuan pertama sang pemuda langsung memukul kepala kakak laki-laki keempatnya (yang ia kira kembali korslet).

PLAK!

"Aduh-!" Sang pemuda meringis. "Ice! Kok, kepalaku dipukul, sih?!"

Sang adik menatap datar. "Kak Blaze, kamu jangan kekanakkan. Kak Hali itu ngebantuin kak Gempa dan para OSIS yang kesulitan banget buat ngehadepin para berandalan itu, bukan lagi 'pesta minum teh' bareng mereka."

"IH! 'KAN, AKU BISA BANTU!"

"Bukannya bantu biar cepet beres, yang ada malah makin berantakan," cibir si pemuda yang merupakan adik bungsu mereka. "Kak Blaze pasti bakal ikut-ikutan berantem sampe titik darah penghabisan." lanjutnya.

"Heh! Udah, woy! Jangan berantem mulu, ealah!" lerai pemuda bermata ema. "Atau jatah nasi kalian mau aku potong?" ancamnya melanjutkan seraya menyeringai kecil.

Ketiganya langsung menggeleng.

Tidak, terima kasih, mereka masih mau kenyang saat makan nanti.

Sementara si sulung hanya diam mendengarkan semuanya. Namun, pikirannya melalang buana entah ke mana.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Whoever dares to harass herself and her brothers-sisters, she will make the perpetrators to get what they deserve.

(Siapapun yang berani untuk mengusik dirinya dan saudara-saudarinya, akan ia buat para pelaku tersebut untuk mendapatkan balasan yang setimpal).

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

BRAK!

BRUK!

BRUGH!

Satu lagi tubuh seseorang yang terpelating dan mencium lantai secara langsung.

Sang pemimpin dari salah satu berandalan itu dengan lirih berucap, "Dasar iblis berwujud malaikat!!"

Halilintar bersedekap dada, lalu mendengus pelan. "Dan kalian adalah sampah masyarakat yang tentunya lebih rendah daripada sampah itu sendiri." sarkasnya.

Sang gadis melihat ke sekeliling. Dapat ia lihat bertumpuk-tumpuk tubuh beberapa manusia yang posturnya jauh lebih tinggi, besar, dan kekar darinya terbaring di atas tanah.

"Lain kali, pikir-pikir dulu perbuatan kalian. Inilah akibat yang harus kalian tanggung karena telah mengancam adik ketiga dan adik kelimaku."

Ya, Halilintar selalu memeriksa handphone semua adiknya, agar tak ada hal-hal yang mencurigakan yang disembunyikan oleh semua saudara dan saudari Halilintar.

Dan ketika ia memeriksa milik adik ketiga dan adik kelimanya, ia kaget kala melihat pesan ancaman di dalam handphone Blaze dan Duri. Segera saja, Halilintar meminta bantuan kepada 'sahabat rahasia'-nya untuk mencari tahu siapa pengirim SMS tersebut.

"Lebih baik menjadi 'Iblis Berwujud Malaikat', tetapi dapat melindungi orang-orang yang kusayangi," Dagu Halilintar diangkat tinggi. "Daripada menjadi sampah masyarakat yang bisanya hanya melukai dan menyakiti semua orang saja."

Halilintar pergi begitu saja, tak memedulikan teriakan keras dari sang pemimpin berandalan yang ternyata berasal dari sekolah lain tersebut.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Blaze menyipitkan matanya.

Lebam dan luka di sekujur tubuh si sulung nampak tak wajar.

Beruntung hanya Blaze seorang saja di rumah saat Hlilintar pulang, bisa heboh jika Gempa melihat ini.

"... Kau habis bertengkar dengan siapa lagi, kak?"

Terkadang, si anak nomor empat ini heran. Yang lebih jago berkelahi di antara mereka semua itu, 'kan, Blaze. Kenapa kakak sulungnya ini lebih banyak babak belurnya dibandingkan diri Blaze sendiri, ya?

Blaze menggelengkan kepalanya pelan, ia mengobati pelan luka dan lebam si sulung.

Halilintar meringis, kala kapas yang diberi obat antiseptik itu bertemu dengan salah satu lukanya.

"Sshh~ pelan-pelan, Blaze ...."

"Maaf, maaf," Blaze meminta maaf. "Tahanlah dulu, kak."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Sekarang, jelasin semuanya ke aku ... kenapa pas kakak pulang, malah ada luka dan lebam sebanyak ini?"

Selesai mengembalikan kotak P3K ke tempatnya, Blaze duduk di samping kanan Halilintar seraya menatap wajah si sulung.

"Kamu inget, gak, pas kakak minta kalian buat nunjukkin hp kalian semua ke kakak sebelumnya?"

Blaze mengangguk. "Ya, aku masih inget itu. Aku, 'kan, juga liat."

"Nah!" Halilintar menjentikkan ibu jari dan jari telunjuk tangan kananya. "Pas kakak lagi meriksa hp kamu dan Duri, ada pesan ancaman yang dikirim buat kalian berdua."

Blaze terkejut, kenapa ia tak sadar?!

"Tenang, udah aku urus tadi. Jadi, kamu gak usah khawatir."

Sang sulung bangkit dari tempatnya duduk, ia sedikit meregangkan tubuhnya, lalu berlalu menuju tangga dengan sedikit sempoyongan.

Halilintar terhenti di anak tangga pertama, lalu menengok ke arah Blaze dari balik bahu kirinya. "Oh, ya. Kalo yang lain nanyain aku, bilang aja aku ada urusan di kamar dan gak boleh diganggu. Dan tolong antar makanan dan minumanku ke kamar, ya. Aku gak mau mereka ngeliat kakak mereka ini lebam dan luka kayak gini, apalagi Gempa." jelasnya panjang × lebar × tinggi.

Setelahnya, terdengar pintu kamar yang tertutup dan terkunci dengan lembut dan pelan, menandakan sang pemilik kamar telah masuk ke kawasan teritori miliknya.

Meninggalkan Blaze yang masih saja menatap ke arah si sulung pergi dengan pandangan kosong.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kak Lili kemana, ya? Duri gak liat kak Lili dari tadi."

Semua orang -- kecuali Blaze dan Halilintar sendiri -- langsung mengedarkan pandangan, kala si bungsu tak jadi itu selesai melontarkan pertanyaan tersebut.

Gempa menatap Blaze, yang membuat Blaze agak gugup.

"Blaze, kamu tadi di rumah terus, 'kan? Kamu tau kak Hali di mana saat ini, bukan?" tanya Gempa.

"Uhh ...," Tubuh Blaze agak sedikit bergetar. "a-ada di kamarnya. Ka-Kata kak Hali, dia lagi ada urusan dan gak boleh diganggu dulu."

Meskipun agak bingung dengan adik laki-laki pertamanya yang tiba-tiba menjawab dengan gugup, Gempa tetap mengangguk. "Baiklah, jika itu yang kak Hali perintahkan."

"Alah~" Dengan lesu, Taufan meletakkan kepalanya di atas meja. "padahal aku mau ke kamarnya kak Hali~"

Ice melirik ke arah kakak keduanya. "Aku yakin kalau kak Taufan cuma mau ngegangguin sama ngejailin kak Hali lagi."

"Kok, tahu?! Kamu cenayang, ya, Ice?! Ayo, ngaku!"

Ice hanya memutar bola matanya jengah.

"Haish ... emangnya isi otakmu, tuh, apaan lagi, kak Taufan, selain hal itu dan yang lainnya?" Gempa memijat pelan pangkal hidungnya. "Udah dulu, lah ... jangan ganggu kak Hali dulu buat sekarang. Mana tahu kalo sekarang kak Hali lagi sibuk atau istirahat? Dia pasti lagi capek dengan yang terjadi di sekolah tadi, ditambah dia juga ngurusin kita berenam."

Semuanya mengangguk.

Blaze menghela napas lega.

'Syukurlah karena mereka percaya.'

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Saat ini, ia sudah berada di depan pintu kamar kakak sulungnya.

Menarik napas perlahan, Blaze mulai mengetuk pintu kamar si sulung yang ada tepat di depannya.

Tok! Tok! Tok!

"Siapa?" Suara seorang perempuan terdengar, kaka sulungnya sedang bertanya.

"I-Ini aku," jawab Blaze terbata-bata. "Blaze."

Hening sejenak. Sebelum akhirnya, suara kunci yang diputar dan decitan pintu yang terbuka pelan terdengar.

Cklek!

Krieeettt~

Sosok bertubuh ramping, agak mungil, dan agak pendek dari Blaze muncul.

"Ya, ada apa?" tanya Halilintar datar seraya bersedekap dada.

"Uhh ...," Si nomor empat mengangkat apa yang ia bawa. "ini jatah makan malammu, kak. Kayak yang kak Hali amanatkan padaku tadi."

Blaze menyerahkan nampan berisi nasi beserta lauk-pauk, sayur, serta buah apel, pie susu, dan segelas strawberry milkshake sebagai sajian penutup.

Halilintar menerimanya. "Hm ..., terima kasih."

Dan begitu saja, Halilintar kembali masuk ke dalam kamarnya, tak lupa menutup dan mengunci pintu.

Dan kembali meninggalkan Blaze yang menatap pintu kamar si sulung dengan tatapan kosong.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Keesokan harinya, entah darimana, tak ada angin dan tak ada hujan, TTM (Trio TroubleMaker) -- Taufan, Blaze, dan Duri -- merengek kepada Halilintar, yang kini sedang khidmat membaca salah satu buku novel koleksinya di ruang tengah.

"Kak Hali~ ayo ke taman~" rengek Taufan manja.

Otomatis, Halilintar menggelengkan kepalanya untuk kesekian kalinya untuk hari ini : "Aku tidak mau."

Ayolah, ini masih pagi, dan mereka baru saja selesai sarapan.

"Ini, 'kan, hari pertama akhir pekan, kak Hali~" Kali ini, Blaze-lah yang merengek manja pada si sulung. "ayolah~ sekalian refreshing dan family bounding~"

Duri menganggukkan kepalanya seraya mengeluarkan jurus rahasianya.

Puppy Eyes no Jutsu.

"Ha'ah! 'Kan, kak Lili jarang ngajak kami semua makan angin~"

Solar yang sibuk dengan handphone, Ice yang memeluk boneka paus kesayangannya, serta Gempa yang khusyuk menonton TV itu diam-diam juga setuju dengan ide TTM. Dan diam-diam juga, lirikan dan tatapan penuh harap mereka layangkan kepada Halilintar.

"Haih~"

Kalau sudah seperti ini, tidak mungkin Halilintar mengatakan tidak dan menolak permintaan adik-adik manisnya ini, bukan?

Mau bagaimanapun, ia adalah seorang kakak yang sangat menyayangi adik-adiknya sampai kapanpun.

"Baiklah-baiklah, kalian semua menang. Akan kuturuti permintaan kalian."

Sorakan bahagia TTM, senyum simpul dari Ice dan Solar, serta senyum kecil dari Gempa cukup untuk membuat Halilintar tersenyum tipis.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

However, as great as a leader is in all matters concerning his/her territory and his/her family, the leader still needs guards/protectors/knights to be able to guard and protect himself/herself and his/her family from his/her enemies.

(Tetapi, sehebat-hebatnya seorang pemimpin dalam segala hal yang menyangkut daerah kekuasaan teritorinya dan keluarganya, sang pemimpin tetap saja membutuhkan penjaga/pelindung/ksatria untuk bisa menjaga dan melindungi dirinya dan keluarganya dari musuh-musuhnya).

"Wah~ wah~ wah! Liat, apa yang kita temuin di sini, hm~?"

Mendengar suara asing yang tepat berada di belakang tubuhnya, Halilintar mencoba menoleh.

Namun, belum sempat sang gadis melihat sosok tersebut, sebuah pukulan benda tumpul mengenai tepat di kepala belakangnya.

BRUK!

BRUGH!

Tubuh Halilintar langsung tersungkur ke tanah. Ia pingsan karena hantaman yang tak main-main kerasnya itu.

Sejumlah pemuda bertubuh tinggi kekar keluar, mereka adalah para berandalan di sekolah Halilintar.

Seorang pemuda yang merupakan pemimpin mereka tertawa sinis. "Hahaha~~ ternyata si 'Gadis Iblis Berwajah Malaikat' ini lemah juga, ya~"

"Terus, kita apain gadis ini, bos?" tanya seorang anak buahnya yang menunjuk Halilintar

"Hmn ...," Pemimpin berandalan itu melihat tubuh Halilintar dari atas sampai bawah. Ia menjilat bibirnya dan bersiul. "Tubuhnya bagus juga ternyata, bagaimana jika kita semua 'mencicipi'-nya? Aku ingin tahu bagaimana rasanya."

Semua anak buahnya menyeringai, mereka mulai membayangkan yang tidak-tidak tentang Halilintar yang sebentar lagi akan menjadi 'mainan' mereka nanti.

Baru saja dua anak buah sang pemimpin berandalan itu akan mengangkat tubuh Halilintar yang pingsan, sebuah teriakan langsung mengejutkan para berandalan itu.

"HEY, YOU FUCKIN' NAUGHTY SCHOOL BASTARDS! WHAT DID YOU DO TO MY SISTER, HAH?! LET HER GO! (HEI, KALIAN PARA BERANDALAN SEKOLAH NAKAL SIALAN! APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA KAKAK PEREMPUANKU, HAH?! LEPASKAN DIA!)"

Sang pemimpin maju, lalu mencengkram dagu Halilintar yang masih tak sadarkan diri. "Heh? Boleh saja~" ujarnya seraya menjilat pipi kanan Halilintar. "tapi, setelah kakak perempuanmu ini selesai 'memuaskan' kami dulu~"

"FUCK! ALL OF YOU JUST BE DARE WITH GIRLS/WOMEN ONLY! DISGUSTING! IF YOU DARE, FIGHT ME WHO IS THE SAME MAN WITH ALL OF YOU, YOU BASTARD! GET YOUR FUCKIN' DIRTY, ROTTEN, DISGUSTING HANDS OFF HER AND GIVE MY SISTER TO ME RIGHT NOW! OR ACCEPT MY REVENGE! SHE'S NOT YOUR FUCKIN' SEX TOY TO SATISFY ALL OF YOUR FUCKIN' DEPRIVATE LUST, YOU FUCKIN' NAUGHTY SCHOOL BASTARDS! (BRENGSEK! KALIAN SEMUA HANYA BERANI TERHADAP PARA GADIS/WANITA SAJA! MENJIJIKKAN! KALAU KALIAN SEMUA BERANI, LAWAN AKU YANG SESAMA LELAKI DENGAN KALIAN! KALIAN BRENGSEK! JAUHKAN TANGAN-TANGAN KOTOR, BUSUK, DAN MENJIJIKKAN KALIAN DARINYA DAN BERIKAN KAKAK PEREMPUANKU KEPADAKU SEKARANG JUGA! ATAU KALIAN SEMUA AKAN MENERIMA PEMBALASANKU! DIA BUKANLAH MAINAN SEKS PEMUAS NAFSU BEJAT KALIAN SEMUA, KALIAN PARA BERANDALAN SEKOLAH BRENGSEK!)" jerit orang tersebut, Blaze, dengan suara yang lantang dan keras.

"Kalau aku tetap melakukannya~?" Tangan pemimpin berandalan itu mulai dengan kurang ajarnya turun ke area bawah Halilintar, sedikit menyusup masuk ke dalam rok panjang milik sang gadis.

"SIALAN!" Blaze mengumpat kasar.

BUAGH!

BUGH!

BRUK!

KRAK!

Dengan membabi buta, Blaze menghajar para berandalan itu tanpa ampun sama sekali. Tak ia pedulikan mereka semua yang telah ia tumbangkan ke tanah.

Karena prioritas utama Blaze saat ini adalah untuk menyelamatkan kakak sulungnya dari tangan yang tengah mencoba menggerayangi tubung ramping sang kakak.

Tendangan, pukulan, tangkisan, menghindar, melompat, berputar, dan lain sebagainya Blaze lakukan. Menjatuhkan satu per satu dari para berandalan, dengan emosi dan nafsu membunuh yang berkobar-kobar.

'Sampai kak Hali dilecehkan oleh si Bangsat Tak Berotak itu, aku benar-benar takkan segan-segan untuk membunuhnya!'

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Semua berandalan tumbang, Blaze pun sudah terengah-engah. Kini, hanya tinggal sang pemimpin berandalan itu, yang sekarang sedang menyeringai, dengan kedua tangannya masih memeluk sang kakak sulung perempuannya.

"Hoo~ hebat juga kau ini, ya~?" ucap sang pemimpin berandalan.

"Heh~" Blaze menyeringai kecil. "kau pikir kenapa semua orang memberikan diriku julukan/gelar 'Monster Api', huh?"

Sang pemimpin terkekeh. "Yah ... itu benar sekali~ mau bergabung denganku, wahai sang 'Monster Api' yang hebat?"

"Tsk!" Blaze berdecih, mana sudi ia bergabung dengan para sampah masyarakat ini? "Aku gak sudi!"

"Hoo~ begitu, kah~?" Dengan pelan, salah satu tangan pemimpin berandalan itu mengelus pipi kiri Halilintar, dan mulai bergerak turun perlahan. "Hm~" Ia bersenandung pelan. "ukuran dada gadis ini juga lumayan- ah, bukan lumayan lagi ini, memang sesuai dengan seleraku."

Rahangnya seketika itu juga mengeras, Blaze langsung berlari cepat lalu memukul rahang sang pemimpin berandalan hingga terpelanting ke belakang.

Tak cukup sampai di situ saja, Blaze juga memukul dan menendang pemimpin berandalan itu berulang kali.

"Kalau sekali lagi kau menjelek-jelekkan kak Lin, maka bersiap-siap saja kalau tulang-tulangmu itu tidak akan berada di posisi semulanya lagi keesokan harinya!"

Tanpa Blaze sadari, ia mengucapkan hal tersebut seraya menyebut nama panggilan buatannya untuk si sulung saat kecil dulu.

Luka, lebam, darah. Itulah yang tengah Blaze lukiskan di atas kanvas kulit milik pemimpin berandalan tersebut.

Ingin ia bunuh saja si brengsek ini. Namun, Blaze tidak ingin menambah masalah-masalah baru nantinya.

Setelah selesai, Blaze segera saja menggendong Halilintar ala bridal style.

Tak lama kemudian, semua saudara dan saudari Blaze datang dengan terburu-buru dan berwajah panik, dengan beberapa petugas kepolisian segera mengamankan para berandalan itu.

"Blaze! Kau dan kak Hali gak apa-apa, 'kan?!" tanya Gempa khawatir

Blaze mengangguk. "Gak apa-apa, kok, kak Gem. Kak Hali cuma pingsan. Aku berhasil dateng tepat waktu dan nolongin kak Hali dari aksi pelecehan yang akan mereka perbuat." ujar Blaze seraya menatap para berandalan itu dengan tajam.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Blaze mendekati sang pemimpin berandalan, setelah menyerahkan Halilintar yang pingsan kepada Solar.

Blaze mendecakkan lidahnya seraya memasang raut wajah masam. "Cuih! Kalian bahkan lebih buruk dan lebih rendah daripada sampah! Bahkan hewan pun sama sekali tak akan mau dan tak akan sudi untuk tunduk kepada kalian!"

Sang pemimpin berandalan berdecih, ia memberontak. Meski usahanya justru sia-sia, karena kedua tagannya telah diborgol dan dicengkram erat oleh dua anggota kepolisian yang ada di kedua sisi kanan dan kirinya.

"Sudah dihukum kak Gem, sekarang kau berhadapan dengan hukum. Aku berdo'a, semoga hukumanmu sangat-sangat berat," Blaze memandang datar, dingin, dan kosong ke arah sang pemimpin berandalan tersebut. "Dimengerti, semoga harimu suram dan kelam selalu. Pak polisi, langsung saja bawa orang ini ke tempatnya yang seharusnya alias sel tahanan/penjara."

Pemuda itu lantas pergi begitu saja, mengabaikan teriakan dan umpatan kata-kata kasar yang pemimpin berandalan itu lontarkan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Haish~ kamu harus lebih berhati-hati, Blaze."

Si sulung sadar saat hari menjelang malam. Kini, ia berbaring di atas ranjang kamarnya, dengan Blaze yang menceritakan kejadian tadi dengan penuh semangat yang menggebu-gebu.

"Hehehe~" Dengan bangga, Blaze membusungkan dada bidangnya. "yang penting, Blaze berhasil menjadi penyelamat kak Hali hari ini!"

Halilintar tersenyum lembut. "Iya, kamu hebat, My Little Flame sekarang udah kuat."

Mendengar julukan tersebut, Blaze berjingkrak-jingkrak.

"Dan sebagai tanda terima kasih kakak untukmu ...," Halilintar berpikir sejenak. "aku akan mengajarimu beladiri, seperti yang kamu mau."

Teriakan Blaze bergema di kamar si sulung, disusul dengan sedikit gelak tawa dari Halilintar.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Oh, ya. Tadi kamu sempet manggil aku 'Kak Lin', 'kan?"

Wajah Blaze sontak saja memerah.

"G-Gimana kakak b-bisa ta-tau?!"

"Ehehehe~" Halilintar tersenyum jahil. "aku sempet sadar pas kamu teriakin nama itu."

Blaze langsung saja merengek.

Masalahnya, nama panggilan itu dibuat secara tidak sengaja oleh Blaze kecil yang waktu itu masih susah menyebut nama kakak sulungnya yang menurutnya terlalu panjang.

"Padahal aku sama sekali gak keberatan, sih, kalo kamu manggil aku pake nama panggilan itu, hehehe~"

"KAK LIN!"

Semakin kencanglah rengekan si anak tengah itu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Jika kak Hali saja bisa melindungiku dan yang lainnya, maka kenapa aku dan yang lain tak bisa? Pokoknya, aku harus lebih kuat lagi, agar bisa melindungi kak Hali dan saudara-saudariku tersayang!"

-

-

-

-

-

'Don't Judge a Book by its Cover [DJaBbiC]'

'To Be Continued (TBC)'

_____~♡~______

Monday. October 4th, 2022.
12 : 09 P.M.
Depok,West Java,Indonesia.

{EDITED = Tuesday. August 6th, 2024. 11 : 38 A.M.}

Sign,
1.) Hammy Intan Nur Permatasari
(Hammy/My/Amy)

2.) Vanilla Putri Nabilla Azhari
(Vanilla/Vani/Nilla/Illa)

3.) Icy Rahmawati Chandra Purnamasari
(Icy/Cy/Cycy)

Hammy_Vanilla_02

Words : 2.748 Words.

Next chapter :

'4 - Is it Wrong If I and the Others Want to Be Pampered by Kak Hali?'

"Apa lihat-lihat, huh." Ice dengan sinis berkata seraya menatap tajam semua orang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top