1 - Showing Love
Don't Judge a Book by its Cover |Fem! Halilintar| © Hammy_Vanilla_02
BoBoiBoy/BoBoiBoy Galaxy © Animonsta Studios/Monsta
Rate : T
Length : Multi-Chapters Story.
Genres : Genderbend + Sibling + High School + Indonesia Local! AU, Fluff, Humor, Comedy, Family Life, Slice of Life, School Life, Brothership/Brotherly Love/Brotherhood + Sistership/Sisterly Love/Sisterhood (Siblings), Etc.
Warnings : No Pairs/Pairings/Ships/OTPs!, No Super Powers, No Aliens/Robots/Etc, Female(s)! Genderbend(s)/Gender Switch(es)! Halilintar/Ais (Ice)/Duri (Thorn), Out of Characters (OOCs), Standard + Non-Standard Language (Bahasa Baku + Tidak Baku), Mixed Languages (English + Indonesian), Typo(s) Everywhere, Please Give Me (Us) Your Votes and Comments If Ya Like My (Our) Stories, and Please Press the 'Back' Button and Exit Well From This Story If Ya Don't Like My (Our) Stories, I (We) Don't Take Any Profits/Materials From This Story, I (We) Do Not Accept Gossipers/Haters and Plagiarists/Copy Paste (Or Later, I (Icy) Will Take Care of Y'All Directly!), Etc.
I (We) Have Warned Y'All, Baby~! <3
I (We) Hope Ya Like and Enjoy My (Our) Story~! ^^
Happy Reading, Min'na~san~! ^^
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
'1 - Showing Love'
______~♡~______
(Images/Pictures {Taufan + Gempa + Blaze + Solar} by : Google/Chrome)
(Images/Pictures {Fem! Halilintar + Fem! Ais (Ice) + Fem! Duri (Thorn)} by : @amai_yaa [Instagram])
"ANGIN MUSON, APA YANG KAU LAKUKAN DENGAN PENGGARISKU?!" Teriakan cetar membahana dari seorang gadis cantik beriris mata merah ruby cerah membuat siswa-siswi di lorong sekolah kaget setengah mati.
"AHAHAHAHA~ TANGKAP AKU KALAU KAU BISA, TEH GLEDEK! 😝" Dan disusul oleh tawa senang bervolume kencang dari seorang pemuda tampan beriris mata biru safir cerah, yang sedang berlari menghindar dari kejaran dan amukan sang gadis.
"HISH! JAGA KAU, YA! TERTANGKAP NANTI, SIAP KAU!"
"MWUAHAHAHAHA~ TAK DAPAT! TAK DAPAT! 😝"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kenapa lagi, tuh?" tanya pemuda bernetra kuning keemasan topas cerah penasaran.
Sang gadis pemilik netra biru aquamarine/cerulean cerah mendengus. "Biasa, kak Taufan usil lagi ke teh Hali."
"Lah- apalagi yang dia perbuat-"
"Kak Taufan mematahkan penggaris kesayangannya teh Hali," jelas pemuda bernetra abu-abu/perak berlian/metal cerah yang tertutup kacamata visor jingga. "mana parah banget lagi." lanjutnya.
"Hah? Parah bagaimana?"
Langsung saja, seorang gadis bernetra hijau emerald cerah di samping si bungsu mengeluarkan serpihan penggaris berwarna merah yang diletakkan di dalam buntalan sebuah kain, yang kini keadaannya telah hancur berkeping-keping.
Pemuda yang bertanya seketika mengucurkan setitik keringat.
"Baru kali ini, aku melihat ada penggaris yang pas hancur bentukannya macam pasir." ujar pemuda hiperaktif bernetra oranye opal cerah. Bisa terlihat dengan jelas sekali, jika binar matanya menunjukkan kekaguman dan kengerian di saat yang bersamaan.
'Pantesan tadi teh Hali ngamuk kayak banteng lepas, orang yang kak Taufan hancurin itu penggaris hadiah dari ayah pas ulang tahun ketiga dulu_-' batin sang netra kuning keemasan topas cerah tersebut, seraya memijat pangkal hidungnya.
Rasa-Rasanya, Gempa mau resign saja, deh, jadinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Wajahmu jadi benar-benar babak belur begitu, macam maling yang ketahuan mencuri dan kepergok, terus dihajar massa. Biar aku tebak, kau pasti habis dihajar lagi sama kakakmu itu, ya?"
Taufan mengangguk kecil.
"Untung aku anak tunggal. Punya kakak, tuh, menyusahkan! Kita sebagai adik malah jadi babu."
"..."
"Iya, ya. Kakak tuh bagai benalu yang melilit inangnya, cuma jadi parasit saja."
"..."
"Hei, Taufan. Kenapa kau dan adik-adikmu itu masih betah dan mau menerima Halilintar menjadi kakak? Bukankah Gempa yang lebih cocok jadi sulung? Kalau aku, sih, mana mau punya kakak modelan seperti Halilintar."
"..."
"Kau pasti sering disiksa kakakmu itu, ya? Kenapa kau tak melawan saja? Memukulnya mu-"
"SHUT. UP! (DIAMLAH!)"
Semua teman-teman se-klub Taufan kaget. Baru kali ini, mereka melihat Taufan berteriak sekencang itu, lengkap dengan ekspresi marah yang tercetak jelas di wajah si empunya.
"He-Hei- k-kenapa kau marah? 'k-kan, itu faktanya, 'k-kan-?"
Taufan tersenyum sinis, ia berdiri secara tiba-tiba seraya menatap tajam dan dingin semua orang di lapangan skateboard tersebut. "Kalian jangan sok tahu, deh."
Dan langsung saja, Taufan pergi dari sana.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Oh, ya, Gem."
Pemuda di samping kiri Taufan bergumam.
Saat ini, keduanya sedang berjalan pulang berdua saja. Keempat adik mereka yang lain sudah pulang sedari tadi.
"Teh Hali ke mana, ya? Kok, dia gak pulang bareng kita, sih?" Taufan melihat ke sekelilingnya, berharap si sulung ada bersama mereka.
Gempa memasang pose berpikir. "Hmm ... tadi dia bilangnya, sih, lagi ada urusan. Makanya kita disuruh pulang duluan tanpa teh Hali."
Taufan langsung saja memberhentikan langkahnya. "Emangnya gak apa-apa, nih, kita ninggalin dia sendirian? Secara, 'kan, teh Hali itu-"
"Walau perempuan, teh Hali itu bisa beladiri, kak Taufan," sela Gempa. "Yah ... meskipun aku pun juga merasa khawatir, sih ...." tambahnya dengan lirih.
Tak ingin melihat wajah adiknya murung, Taufan menepuk pelan punggung Gempa. "Ya, udah. Sebaiknya kita turuti aja dulu perintah teteh. Kalo kita gak nurut, ntar dia marah lagi."
"Siapa suruh matahin penggaris kesayangan teteh! Itu, 'kan, hadiah ayah buat teh Hali pas ulang tahun ketiga kita." cibir Gempa.
Taufan menyeringai. "Mwuehehehe~" Ia tertawa jahil. "sebenarnya, sih ...."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Fwuah~ seger banget~ emang paling best pas abis mandi, badan jadi seger lagi~"
Seraya bersenandung pelan, Taufan keluar dari kamar mandinya secara perlahan.
"Hm~? Apaan, tuh?"
Rasa penasarannya muncul seketika itu juga, kala manik biru safir cerahnya tak sengaja menemukan sebuah kotak besar berbentuk panjang yang tergeletak di atas ranjangnya. Kotak itu terbalut rapi oleh kertas kado berwarna biru tua berpola polkadot putih, dengan pita kado berwarna biru muda bergaris kuning.
Dengan perlahan, Taufan mengambil kotak tersebut, lalu mengangkat hadiah tersebut.
"Hmm ... isinya apa, ya~?"
Tak dapat membendung rasa penasaran yang telah ia tahan sedari tadi, Taufan melepas dan membuka pelan pita sekaligus kertas kado. Lalu, tutup kotak juga ia buka.
Seketika itu juga, kegembiraan yang membuncah merasuki Taufan. Dapat terlihat pula, jika manik matanya berbinar-binar cerah.
Selembar kertas jatuh. Taufan mengambil, membuka, lalu membaca isi kertas tersebut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Untuk Adik Musonku yang tak ada akhlak, Taufan Satria Windara
"Aku tahu, kau sudah mengincar-ngincar skateboard ini. Aku berharap, dengan aku membelikan ini untukmu, kau akan senang dan mempergunakannya untuk latihanmu di klub. Aku minta tolong kepadamu untuk menggunakan skateboard ini, serta menjaga dan merawatnya dengan sebaik mungkin."
Halilintar N. Z.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
BRAK!
Sang pemilik kamar tersentak kaget, kala pintu kamarnya didobrak keras oleh adik kembar laki-laki pertamanya itu.
"KINCIR ANGIN, BUKANKAH AKU SUDAH BILANG SOAL MENGETUK PINTU TERLEBIH DAHULU DAN MEMINTA IZIN, HAH?!" Halilintar mnggeram murka.
Taufan, sang pelaku pendobrakan yang tengah gembira itu, tanpa aba-aba langsung melompat ke ranjang yang Halilintar duduki dan memeluk erat sang kakak kembar perempuannya.
"MI-MINGGIR KAU!"
Dengan segala upaya, Halilintar menendang, menjambak, hingga memukul Taufan. Namun, yang namanya perbedaan kekuatan, Taufan masih saja keukeh untuk memeluk Halilintar.
"Ehehehehe~ makasih buat hadiahnya, ya, teh Hali~"
"Urgh! I-Iya- se-sekarang lepaskan pelukanmu!" Wajah Halilintar memerah, tak terbiasa dengan sentuhan fisik langsung, ia kurang nyaman.
"Tidak mau~"
"TA. U. FAN!"
Bisa terdengar suara tawa Taufan yang keras dan gerutuan Halilintar, membuat semua saudara dan saudari mereka yang mendengar tersenyum kecil.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Jadi, yang kamu ancurin itu bukan penggarisku?"
Halilintar menatap tak percaya pada apa yang tengah Taufan pegang saat ini.
Penggaris kesayangannya.
Taufan cengar-cengir.
Langsung saja, Halilintar mengambi dan memeluk benda panjang kesayangannya itu.
"AAJSJANALWNK- KENAPA KAMU GAK NGASIH TAU AKU CEPET-CEPET, SIH?!"
Taufan terkekeh. "Kalau qku ngasih tau tadi, bukan prank namanya~" ujarnya santai.
Halilintar mendengus, adik kembarnya yang satu ini memang benar-benar ....
Untung sayang, untung adiknya sendiri. Kalau bukan, sih, mungkin sudah Halilintar lempar dan buang saja Taufan ke jalanan.
Haahh~ ya, sudahlah. Setidaknya, penggarisnya bisa kembali dengan utuh dan selamat.
"Ingat dengan pesanku di kertas itu, Taufan." Halilintar kembali memgingatkan.
Yang lebih muda membuat tanda hormat. "Siap, ratu Hali~" ujar Taufan menggoda.
Wajah Halilintar memerah. "TAUFAN!" teriaknya kesal.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"WHOAH~ SKATEBOARD-NYA BAGUS DAN CANTIK~!"
"INI, 'KAN, SKATEBOARD YANG TERBARU DAN LIMITED EDITION ITU!"
"HE-HEBAT! TAUFAN BISA MENDAPATKANNYA!"
Taufan menyeringai. "Hehehe~"
"Oh, ya- emangnya kamu dapet darimana? Harga skateboard ini, 'kan, lumayan ngures dompet."
"Oh, ini?" Taufan menunjuk skateboard barunya. "Ini hadiah dari tetehku, dia ngasih ini ke aku kemaren."
"Hah? Kupikir kamu beli sendiri-"
"Kakak perempuanmu yang garang dan menyeramkan itu membelikanmu ini?! Tak kusangka-"
"Fufufu~ tentu saja~" Taufan tertawa kecil. "dia, 'kan, menyayangiku dan yang lainnya dengan sepenuh hati~"
"Tapi, kok, aku ngeliatnya justru malah kayak gak peduli? Kamu juga sering dibanting ke tanah sama dia."
Taufan menggaruk pipi kanannya yang tidak gatal. "Ya ... itu, 'kan, karena emang ulahku sendiri. Aku tau kalian semua pasti heran dengan tetehku, 'kan?"
Pemuda bernetra biru safir cerah itu mendongakkan kepalanya ke atas, menatap hamparan langit biru yang berhias awan putih, dengan sinar cahaya keemasan matahari yang hangat cenderung panas. Angin sepoi-sepoi turut menemaninya, membuat beberapa helai rambut yang tak terlindung topi biru tua-putih-kuning yang Taufan pakai miring ke kanan itu bergerak melambai-lambai, tanda terbawa oleh pergerakan sang angin.
"Semua orang punya cara tersendiri dalam menunjukkan rasa kasih sayangnya pada orang yang mereka sayangi! Begitu juga dengan kak Hali, karena dia punya cara yang khusus dan khas!"
Taufan tertawa kecil, lucu sekali bila ia mengingat sifat kepribadian kakak sulung perempuannya, Halilintar.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kak Hali itu adalah kakak panutan terbaik di dunia~ dan aku bangga sekali, karena aku memiliki kakak perempuan seperti kak Hali~♡"
-
-
-
-
-
'Don't Judge a Book by its Cover [DJaBbiC].'
'To Be Continued (TBC)'
_____~♡~______
Sunday. September 18th, 2022.
17 : 24 P.M.
Depok, West Java, Indonesia.
{EDITED : Saturday. July 20th, 2024. 08 : 07 A.M.}
Sign,
1.) Hammy Intan Nur Permatasari (Hammy/My/Amy)
2.) Vanilla Putri Nabilla Azhari (Vanilla/Vani/Nilla/Illa)
3.) Icy Rahmawati Chandra Purnamasari (Icy/Cy/Cycy)
Hammy_Vanilla_02
Words : 1.297 Words.
Next chapter :
'2 - Helping From Behind the 'Curtain of Shadows''
"Setidaknya, walau kak Hali selalu membantuku secara diam-diam, ia melakukannya dengan tulus dan ikhlas. Berbeda sekali dengan kalian yang membantuku terang-terangan hanya agar kalian bisa mendapatkan perhatianku saja." Gempa berujar dengan nada yang mencemooh.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top