Don't Go

"Aku tidak ingin kita berpisah" kalimat tersebut selalu terbersit dalam pikiran Kanata, sedetik pun ia tak pernah berhenti untuk berharap bahwa Nayuta takkan meninggalkannya. Kerap kali perasaan takut melanda diri setiap ia mengingat kenyataan bahwa keadaan saudara kembarnya itu tidak memungkinkan untuk terus bersama, walaupun begitu Kanata tetap tidak ingin melepas. Mimpi buruk selalu datang tanpa permisi, terbangun dalam keadaan tubuh dibanjiri keringat menimbulkan tanda tanya dari Nayuta. Berbagai usaha selalu ia lakukan agar Kanata tak lagi berpikir negatif, berkata bahwa diri tidak akan pergi. Akan tetap bersama tanpa kata pisah sedikitpun.

=

Kanata Yatonokami & Nayuta Yatonokami & Shiki Ando ©Avex
Paradox live ©Avex
Story/plot ©Frilian Lawloes
Note: not BL but relationship

Give for my bestie Shikyr i hope you like it❤️

=

Lagi, mimpi yang sama terus saja terjadi berulang kali. Niat ingin menutup mata guna mengistirahatkan diri dari penatnya kegiatan selalu terurungkan karena mimpi buruk yang sering datang, ia ingin tertidur lelap tanpa beban pikiran sedikit saja, hanya itu keinginan Kanata saat ini. Dia benar-benar takut jikalau saat ia terbangun Nayuta akan benar-benar pergi layaknya mimpi buruk yang selalu datang. Netra ia alihkan ke arah samping, mendapati Nayuta yang tengah tertidur lelap. Merasa tenang ketika tahu bahwa pemuda itu tak pergi, kendati hati masih merasa cemas. Dia mulai membaringkan diri, beralih dari posisi duduk. Walaupun terpaksa Kanata harus tetap beristirahat, demi aktivitas esok hari. Lagipula, kalau dia tiba-tiba dilanda sakit Nayuta pasti akan sangat khawatir, walau itu hanya demam sedikit saja.

Matahari mulai menampakkan diri, sinarnya belum menerangi bumi secara keseluruhan tapi Kanata sudah lebih dulu terbangun. Bukan karena dia adalah pemuda rajin, namun kenyataan bahwa mimpi yang sama lagi-lagi datang. Dia lelah tetapi ia tak bisa mengatur bunga tidur sesuka hati. Bisa saja, jika pemuda tersebut tahu apa penyebab diri terus bermimpi buruk. Nayuta ikut terbangun saat merasakan pergerakan spontan dari tangan kiri Kanata yang awalnya berada di tangannya mulai beralih. Jujur, sebenarnya Nayuta sendiri tidak bisa tidur nyenyak. Ia mulai bangkit dari tidur, mendekat ke arah Kanata yang masih terdiam. Peluh keringat terlihat jelas dari setiap inci tubuh pemuda tersebut. Sebenarnya mimpi apa yang selalu membuat Kanata berkeringat dingin seperti ini?

Nayuta menggerakkan kedua tangannya guna memeluk Kanta, membiarkan lelaki itu bersandar pada bahu miliknya. Sedikit demi sedikit wajah yang terlihat pucat tersebut kembali menjadi seperti biasa, ia mulai merasa tenang walaupun hanya sedikit.

"Nayuta. Kau tidak akan pergi, 'kan?"

Itu adalah pertanyaan yang selalu Kanata tanyakan, berulang kali pula Nayuta menjawab bahwa ia tak akan kemana-mana.

=

we will not part

=

Bibir pemuda itu mengulas sebuah senyum, mengucap "terima kasih" kepada teman terbaiknya. Jelas, pilu hati tengah ia rasa. Namun, dia harus tetap melakukan ini.

"Jangan bilang pada Kanata, ya?"

Nayuta sangat tidak ingin Kanata tahu keadaan tentang dirinya yang ia sembunyikan, rasa takut selalu saja datang setiap kali ia mengingat sebuah imajinasi penyiksa hati yang muncul. Bagaimana jika wajah saudara kembarnya itu terlihat begitu terkejut bercampur rasa khawatir. Keadaan lelaki tersebut sekarang sudah cukup membuat Kanata khawatir, ia benar-benar tidak ingin menambah beban saudara kembarnya itu. Dia sekarang mungkin akan mengingkari janji yang selalu mereka buat. Nayuta sangat tahu bahwa apa yang ia lakukan tidak akan bisa menghentikan apapun. Kanata akan tetap khawatir, bahkan pemuda itu akan sangat sakit hati. Nayuta bisa saja dibenci olehnya. Namun, tak apa. Setidaknya sekarang Kanata akan menjadi lebih baik, 'kan?

Ia ayunkan kakinya, terasa begitu ringan hingga diri tidak sadar bahwa sekarang tubuhnya sedang melayang. Tidak, pemuda itu benar-benar menjatuhkan diri. Mimik yang begitu tenang terukir jelas di sana, kendati ekspresi Shiki sahabatnya itu terlihat begitu terkejut. Pemuda yang selalu menunjukkan mimik pemalu tersebut terlihat sangat frustasi, tak menyangka bahwa Nayuta akan melompat dari atas roftop. Tangannya terkulai lemas ke arah bawah, ia benar-benar telat untuk menggapai tangan Nayuta guna menyelamatkan lelaki tersebut.

"Bukannya ini sama saja dengan aku yang membunuh Nayuta?"

"Aku gagal."

"Jangan pergi, Nayuta!"

Tubuhnya terasa begitu lemas, bahkan mungkin mulai mati rasa. Perasaan pemuda tersebut telah terkoyak. Hati yang utuh mulai retak lantaran bagian paling pending dalam diri sudah terlepas. Begitu saja, dan tak bisa dibalut lagi sama sekali. Bulan dan bintang terlihat menyaksikan, angin malam pun ikut menemani. Ia terduduk, matanya terlihat begitu sendu. Tatapan lelaki tersebut terlihat begitu kosong. Tangan mulai ia gerakkan ke arah telinga, menutup indra pendengar miliknya itu rapat-rapat.

Apa Nayuta tahu bahwa keputusan sepihak yang ia lakukan berdampak besar pada sahabatnya sendiri?

=

Don't go

=

Lagi, Kanata terbangun karena mimpi buruk. Kali ini tak ada yang menenangkan pemuda itu. Sunyi, rumah mereka sangat sepi. Nayuta belum kembali sama sekali, Kanata sangat khawatir. Peluh keringat tersebut sekarang terlihat lebih banyak dari biasanya. Ia mulai bangkit dari tempat tidur, seakan lupa bahwa tubuh tak kuat untuk sekedar berdiri. Efek dari mimpi buruk yang ia alami sangat berdampak bagi tubuh lelaki itu, bahkan sekarang dia berjalan dengan sangat gontai. Berandalan tenaga yang tersisa Kanata mengambil jaket, mengenakannya kemudian mulai berlari. Jam menunjukkan pukul dua pagi, sedangkan biasanya Nayuta akan pulang jam sebelas malam atau lebih sedikit dari itu. Menghiraukan kenyataan bahwa orang lain akan terganggu dengan teriakannya. Bagi Kanata, Nayuta lebih penting dari apapun.

"Nayuta!"

"Dimana kau?"

Berulang kali ia terus berteriak tanpa henti, napasnya berpacu dengan begitu cepat. Meskipun begitu dia tetap tak berhenti untuk mencari saudara kembarnya tersebut. Takut, ia sangat takut kehilangan Nayuta. Dia tidak ingin ditinggalkan sendirian, sungguh.

Pemuda yang selalu terlihat menyebalkan itu kini tengah berjongkok, dalam sunyi sendirian. Bahkan, bulan dan bintang seperti tak sudi untuk melihat keadaannya sekarang.

"Pembohong."

=

Who?

=

Seminggu berlalu, Kanata hanya berdiam diri di rumah. Tidak keluar untuk bekerja atau kegiatan lain yang selalu dia lakukan. Ketukan pintu berhasil Indra pendengar tangkap. Refleks butuh yang awalnya begitu lemas bergerak spontan, berlari menuju pintu. Walaupun merasa itu tak mungkin, namun lelaki tersebut tetap ingin berharap.

Wajahnya terlihat begitu berseri-seri ketika tahu siapa yang ada di balik pintu. Jelas ia tahu siapa itu, wajah yang mirip dengannya. Siapa lagi, kalau bukan Nayuta?

Ia sangat bahagia, bahkan melebihi kebahagian yang dia rasakan selama ini. Kakinya berayun dengan perlahan.

"itu kau, Nayuta?"

Tangannya mulai mendekap erat tubuh Nayuta, menghiraukan mungkin saja kembarannya tersebut akan merasa sesak. Ia rindu kendati baru seminggu berlalu. Rasa takut yang dia tahan selama seminggu kini benar-benar menghilang. Seakan lupa bahwa lelaki di hadapannya ini terlihat lebih pendiam, dia terus memeluk pemuda tersebut tanpa henti. Air mata mulai menetes, pilu hati mulai menghilang. Cuaca juga terlihat sangat cerah, mewakili apa yang ia rasakan.

"Jangan pergi lagi, kumohon."

Bersamaan dengan itu Nayuta mulai memeluk balik tubuh Kanata, tanpa berucap untuk sekedar membalas permintaan pemuda tersebut.

—fin—

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top