Bagian: 4
Happy reading walau ceritanya enggak hepi ~(^з^)-♡
Sunyi.
Kehidupan gadis kecil itu sekarang sangat sunyi. Walau Mamanya sudah berjanji akan merawatnya, ia sudah membohonginya. Mafu sekarang belajar bahwa diam dapat menyelamatkannya. Telinganya tuli, semenjak hari itu ia tidak dapat mendengar baik itu perkataan kotor Mamanya maupun bantuan orang lain. Mafu sedikit bersyukur tentang tidak mendengar kata kotor Mamanya.
Di rumah besar berlantai dua itu, semua adalah tanggung jawab Mafu untuk membersihkannya. Tidak ada pelayan lagi, jangan harapkan Mamanya itu cukup peduli untuk membagikan warisan Nenek pada pelayan untuk digaji.
Mafuyu sekolah, ia juga bersyukur untuk itu. Walau tuli, ia mendapat banyak teman. Karena memang sejak awal bisa mendengar dan berbicara, suara yang ia keluarkan sama saja dengan orang normal lainnya itu sebabnya ia tidak dijauhi atau dibully--ya, kecuali di rumahnya sendiri.
"Mafu-chan! Ada kerja kelompok nih, sekarang giliran kita ke rumah Mafu-chan ya! " Ya, setidaknya sampai hari ini.
****
Prang!
"Kyaa! Mafu-chan, kau tidak apa?? " Teman sekelas Mafu, Narumi, berteriak ketika piring berisi biskuit dan kue ditumpahkan kelantai setelah ia ditampar Mamanya.
"Siapa bilang kau boleh mengambil makanan di kulkas, Hah?! Kalian juga, jangan seenaknya masuk ke rumah orang! " Melihat Mama Mafu berteriak, beberapa teman Mafu ketakutan.
"Mereka... Hanya mau mengerjakan tugas bersamaku... Mama... " Mafu merasakan pipinya sangat sakit.
"Hei, dengar ya. Kalau sampai kalian melaporkan hal ini kepada siapa pun, Mafulah yang akan menerima akibatnya, mengerti? " Beberapa dari mereka menangis.
Sejak hari itu Mafu dijauhi. Bukan tanpa alasan, itu juga untuk melindunginya sebenarnya. Tapi itu bertambah buruk sampai beberapa murid membullynya di SMP.
Sebenarnya, telinga gadis itu masihlah dapat disembuhkan, tapi apa daya, kepedulian terhadap sesama hanyalah sesuatu yang akan berujung di layar kaca. Selain itu? Yang sangat tulus?... Kurasa itu hanya dongeng di matanya.
"Mafuyu~aku lapar. Tolong buatkan makanan. " Kata pria yang diketahui adalah pacar baru Mamanya, Takegawa Hiromi.
"..." Mafuyu sedang menyetrika seragam sekolahnya. Orang yang tidak bisa mendengar biasanya akan dilempari sesuatu yang lembut seperti handuk dll–agar dia merespon.
"Oi! Mafu! " Hiromi berteriak--yang tentu saja sia-sia, Mafu tetap tak mendengar.
Pria itu mendekat dan menarik rambut Mafu kasar.
"Agh! " Erangnya kesakitan.
"Kau tidak mendengarku? Buatkan aku makanan, sekarang! " Membaca gerakan bibir yang cepat membuatnya sedikit kesulitan, tapi Mafu sudah terbiasa dan dia tahu keinginan Hiromi.
"Akan... Kubuatkan... Makanan. " Jawabnya. Cara berbicara Mafu melambat, ia ingin pastikan orang lain mengerti maksud perkataannya dan tidak mengejeknya tidak bisa bicara.
Gadis itu bangkit dan memulai pekerjaannya setelah ia mematikan setrika. Membuat mereka berdua marah sama dengan meminta mati. Mafu harus hati-hati.
(Di tempat lain, di rumah sakit Sakura)
Soraru berlari kencang, tidak peduli pada pandangan orang terhadapnya. Ia sangat ingin bertemu orang yang disayanginya--setidaknya, untuk terakhir kalinya.
"Ibu! " Soraru membuka pintu kamar yang terasa familiar itu. Disana, terbaring wanita cantik yang sedang tersenyum damai. Banyak dokter dan suster disana, wajah mereka penuh kesedihan mendalam.
"Satou Satoru-kun ya? Maaf, Ibumu sudah tidak bisa diselamatkan. Beliau berpesan kepada anda agar selalu menjaga kesehatan dan mampu berlapang dada. " Dokter itu mencoba menghibur pemuda yang tampak sangat terkejut itu.
"Ibu... Aahhh.... Tidak! Tidaak!!! Aaaarrrghhh!!! " Teriakan memilukan itu memenuhi lorong yang sepi itu.
(6 tahun kemudian...)
"Sorun~, hari ini ada perayaan perilisan album tebarumu lho~" Kata Urata.
"Memangnya ada ya? Siapa yang ngadain? Kamu? Atau Pak kepala, Sekihan-san? " Tanya Soraru pada teman sejawatnya.
"Yah, kamu kali! Kan lagi banyak duit, traktir Om Soraru! " Kata Urata yang menarik tangan Soraru, diikuti Sakata, Shima dan Senra--anggota grup Urata.
"Oi! Oi! Enak aja! " Kata Soraru protes.
"Udah, udah, sekarng kita meluncur ke TKP! " Urata memimpin jalan.
(Sementara itu, ditempat lain)
"Mafu-chan, mau mampir beli sebentar? " Tanya Amatsuki, teman sekelas Mafu sejak SD. Amatsuki pindah ke kota ini saat kelas 2 SMP, dulu Amatsuki tinggal di Tokyo bersama neneknya, semenjak neneknya meninggal, ia kembali ke Osaka dan secara kebetulan sekelas dengan Mafu lagi.
Amatsuki tidak pernah menjauhi Mafu meskipun Mafu telah dijauhi, bahkan, beberapa kali ia menolong gadis itu apabila ia dibully. Dia adalah murid yang cukup populer, banyak yang menyukai perangai lembut dan perhatian miliknya. Kecuali Mafu, ia hanya menganggap Amatsuki teman baiknya, ia tidak terlalu berpikir tentang masa depannya. Apakah ia akan menikah? Apa dia akan bebas dari Mamanya? Kapan?
"Mafu-chan, wajahmu pucat. Apa kau baik-baik saja? Oh! Akan kubelikan kau minuman hangat. Hari ini sangat dingin!" Amatsuki mendudukkan Mafu ke bangku taman. Dia meninggalkannya sebentar untuk membeli minuman di mesin kaleng seberang jalan.
"Dingin... Kakiku terasa kaku... Amatsuki-kun tapi... Jangan repot-repot... " Kata Mafu. Menghela nafas, uap mengepul dari bibirnya. Pakaiannya terlalu tipis untuk cuaca sedingin ini, ia mencoba bekerja sambilan. Tapi apa yang ia bisa lakukan? Hampir semua menolak lamaran kerja Mafu karena ia tidak bisa mendengar.
Sampai Amatsuki membantunya, ia memohon kepada ayahnya untuk menerima Mafu bekerja di toko kelontong milik keluarganya. Walau agak lambat, ia bisa mendengar gerakan bibir pelanggan, apalagi kebanyakan pembelinya adalah orang tua yang bicaranya lambat. Mafu sangat terbantu berkatnya.
"Mafu-chan mau kopi? Kubelikan. " Amatsuki memberi kaleng kopi kepada Mafu.
"Terimakasi, Amasuki-kun." Mafu sedikit kehilangan beberapa kata saat berbicara cepat. Bagi Amatsuki, itu cukup lucu. Ia tidak merasa terganggu seperti kebanyakan orang.
Mafu tersenyum lembut.
Membuat Amatsuki bersemu merah.
'Mafu-chan sangat cantik saat tersenyum. '
Pikir Amatsuki. Baginya, Mafu adalah gadis yang kuat sekaligus lembut. Sejak pertama kali bertemu (Sewaktu SD), dia sudah menyadari ada yang aneh dengan dirinya. Kenapa... Saat Mafu-chan tersenyum dia ikut bahagia?... Kenapa saat Mafu-chan tersakiti dia iku bersedih dan ingin melindunginya?... Amatsuki masihlah asing dengan perasaan ini!
"Ayo... Pulang.... Amatsuki-kun. " Mafu bangkit dari duduknya. Amatsuki ikut berdiri dan berjalan untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Pakailah ini, supaya lebih hangat. " Amatsuki melilitkan syal berwarna biru langit yang ia keluarkan dari tasnya.
"Bukannya ini... Dari toko? " Tanyanya ragu-ragu.
"Iya. Sudah kubeli kok. Pakai uangku sendiri. Untukmu. " Katanya lembut.
"...Amatsuki-kun terlalu... Lembut. Terimakasih. " Mafuyu memerah.
"Ti-Tidak juga kok, hehehe. Sebagai gantinya bekerja keraslah di toko, Mafuyu-chan! " Amatsuki menatap lembut.
"Iya. "
(Bandara di kota Osaka)
"Osaka! Kita sampai! Sorun, ayo cepetan! " Lon menarik tangan Soraru. USSS mengikuti dari belakang.
"Um! Oishii~, takoyaki di musim dingin sangat nikmat! Ah, itu juga kelihatan enak! Ayo Sorun! " Soraru ditarik lagi menuju stan makanan pinggir jalan. Soraru sebenarnya lelah setelah perjalanan panjang. Tapi siapa yang bisa melawan kehendak ratu Lon? Soraru hanya bisa pasrah.
Lon adalah teman duet Soraru. Dia adalah gadis dengan rambut kuning dan mata biru. Tubuhnya kecil dan dia ehem!–rata–ehem! Sebenarnya, selain urusan pekerjaan, Soraru juga ingin mengunjungi makam ibunya yang sudah lama ia tak kunjungi. Enam tahun mungkin? Soraru hampir tidak ada waktu karena karirnya makin melonjak. Selagi ia ada di Osaka, ia berpikir untuk melakukannya. Bisa-bisa ia dihantui ibunya lagi! Kan Soraru takut hantu (Walau sok enggak takut di depan temannya. Dasar tsundere!)
"Lon, aku mau jalan-jalan sebentar, kamu bareng USSS aja ke hotelnya ya. " Kata Soraru. Lon hendak protes sebelum Soraru menyela. "Aku mau ke makam ibu. "
"Baiklah. Hump! " Lon merajuk, tapi Soraru tidak mengubrisnya.
"Urata, Sakata, Shima dan Senra. Aku pergi dulu. Titip Lon. " Kata Soraru.
"Siap! "
(Di pemakaman umum)
"Ibu, aku datang. Maaf tidak pernah mengunjungimu. " Kata Soraru setelah membersihkan makam ibunya. Soraru memang sudah menyuruh orang untuk rutin membersihkannya, jadi makam itu tetap bersih dan terawat. Selesai berdoa, Soraru berjalan kembali ke hotel. Tapi...
"Ini... Dimana ya? " Soraru nyasar.
"Mafu-chan, aku ada urusan mendadak. Aku tak bisa mengantarmu! Aku harus bagaimana? " Amatsuki yang berada di seberang jalan dari Soraru panik. Ia lupa sudah berjanji kerja kelompok untuk musim dingin bersama teman-teman yang lain.
"Aku tidak apa,... Amatsuki-kun bisa pergi. "
"Benarkah? Terimakasih. Sampai jumpa! " Tanpa ba-bi-bu amatsuki melesat pergi.
Mafu menyebrang jalan dengan hati-hati. Setelah memastikan tidak ada mobil yang lewat, ia meyebrang ke arah Soraru.
Soraru berjalan sedikit lebih lambat. Ia sedikit haus. Dia berhenti di mesin kaleng dan ingin membeli minuman hangat. Sekilas ia melihat seorang gadis. Rambutnya yang berwarna putih seperti salju yang berjatuhan yang dari langit.
'Indah... ' Pikirnya dalam hati.
Klotak!
Minuman kaleng itu menyadarkan Soraru dari lamunannya. Dia mengambil dan meminumnya.
'Dia menghilang. Kemana dia? Kenapa aku merasa pernah bertemu dengannya? ' Pikirnya lagi (Mungkin karena faktor umur). (´∀`)
"Sudahlah, nanti kupikirkan lagi. " Soraru hendak melanjutkan perjalanan sebelum ia merasa menabrak sesuatu.
Bruk!
"Maaf! Apa ada terluka? Aku tida sengaja. Maafkan aku uan" Mafu membungkuk meminta maaf. Ia tadi hendak membuang kaleng minumannya yang berada tepat di sebelah Soraru. Soraru yang tadi terpaku dengan jalan raya tidak melihat Mafu yang ternyata sudah ada di depannya.
"Ah, tidak juga. Ini kesalahanku, maaf ya nona. " Soraru membantu Mafu berdiri.
'Uwah! Kalau dilihat dari dekat ia tampak seperti malaikat! Cantik sekali. ' Soraru lupa untuk melepaskan tangannya dari tangan Mafu.
"Maaf. Bisa lepaskan... Aku? " Minta Mafu kepada Soraru. Sontak Soraru melepas tangan Mafu dengan cepat.
"Maaf! Ah, aku tidak sadar. Ngomong-ngomong, siapa namamu nona? "
"Apa? Anda... bicara apa? Jangan terlalu... Cepat tuan. Pendengaranku buruk. " Kata Mafuyu seraya menunjukkan alat bantu dengar yang ia beli hasil kerja paruh waktu--tentunya dengan tambahan sukarela dari orang tua Amatsuki.
"Begitukah? Maafkan aku. Baiklah, aku perkenalkan namaku dulu. Namaku Satoru Satou. Biasa dipanggil Soraru.
So-Ra-Ru. Mengerti? " Beberapa gadis langsung berteriak mendengar nama Soraru.
"He? Apa itu Soraru-san? "
"Mana, mana? "
"Kyaaa! Apa dia sedang bersama pacarnya? "
"Pacarnya cantik sekali! Seperti peri! "
"Gawat! Nona, ikuti aku sebentar! " Soraru menarik tangan Mafu dan berlari tak tentu arah.
"Tungu! Ah, aku sudah lela...berhenti tuan" Soraru berhenti di jalanan sepi yang terlihat cukup elit.
"Hah-hah-hah, maaf. Aku menarikmu begitu saja. "
"Soraru-san... Benar begitu? " Kata Mafu.
"Ah iya. Namaku Soraru, kau? "
"Mafuyu. Aikawa Mafuyu. " Mafu tertegun.
'Apa benar dia Soraru-san yang itu? Tidak mungkin dia ada disini. ' Pikir Mafu dalam hati.
"Mafu... Mafu? Aku rasa pernah mendengar nama i...tu... Maksudmu kamu adalah Mafu yang itu? " Soraru memegang pundak Mafu, lalu memeluknya.
"Soraru-san... Soraru-san... Kenapa anda disini? " Mafu membalas pelukan dengan canggung.
"Shoose-san mengatakan kau hilang setelah pergi dengan ibumu. Telephone rumah sering diangkat, tapi tidak ada suara...apa karena kamu... "
"Aku yang mengangkat... Tapi tak tahu apa yang dibicarakan, Mama mengambil telephonnya dan langsung menutupnya. Apa itu dari Shoo-nii? Aku benar-benar tidak tahu. Maafkan aku. "
"Tidak, ini bukan salahmu. Tapi kenapa... Kau tidak bisa mendengar? " Tanya Soraru.
"Kecelakaan kecil. "
Mereka diam. Tetap dalam posisi saling memeluk. Kemudian mereka sadar.
"Ma-Maaf, aku tidak bermaksud... " Soraru melepas pelukan.
"Ah, aku juga. Soraru-san, anda mau kemana? Aku cukup mengenal daerah ini."
Tawar Mafu untuk mengantar. Soraru memerah, ia ketahuan tersesat. Mafu hanya tersenyum.
"Hotel Jasmine. Antarkan aku kesana, Mafu. " Minta Soraru.
"Hotel Jasmine?... Apa benar? "
"Ya, pandai! Kamu bisa mendengar yang kukatakan?"Soraru terkejut.
"Gerakan bibir. Aku sedikit terlatih. Soraru-san pikir bagaimana kita berbicara sedari tadi? Hehehe. " Mafu terkekeh dan menuntun Soraru.
'Dia benar-benar gadis kecil yang waktu itu... Dia sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan baik. Sebenarnya apa yang sudah dilaluinya? Kenapa Mafu tampak sangat tegar. Ini terlalu awal untuk seumurannya... ' Pikir Soraru seraya mengikuti langkah Mafu.
Bersambung...
Minna-suaaannn, gomenne~ o(╥﹏╥)o
Tapi entah kenapa aku udah nunda cerita ini untuk sekian lamanya, tapi yang penting aku balik lagi kan?! ¯\_(ツ)_/¯ //digampar reader.
Maturthankyouarigatou bagi yang udah vote walau enggak jelas kapan ni cerita update. Untuk seterusnya kuusahain update teratur dan gak lelet–gkjanjisih–pokoknya!
Silahkan vote kalau merasa tertarik, komen kalau ada yang ingin disampaikan, dan follow kalau ingin tahu cerita yang baru saya update!
Sekali lagi, Arigatou~senpai-tachi!
♡⃛◟( ˊ̱˂˃ˋ̱ )◞⸜₍ ˍ́˱˲ˍ̀ ₎⸝◟( ˊ̱˂˃ˋ̱ )◞♡⃛
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top