Chapter 3: Rules
"Red House adalah sebuah game Virtual Reality yang hanya bisa dimainkan oleh sembilan pemain. Namun, Virtual Reality ini sedikit berbeda dari Virtual Reality pada umumnya, dimana kalian memiliki kesadaran untuk menggerakkan tubuh kalian. Virtual Reality yang kami terapkan membawa kesadaran kalian masuk ke dalam permainan kami dan merasakan pengalaman di dalam permainan seutuhnya, seperti sedang bermimpi namun memiliki kesadaran yang utuh.
"Permainan ini memiliki tujuan yang simple, kalahkan tim lawan yang memiliki role berbeda dari kalian. Setiap Role mempunyai latar belakang, jalan cerita dan misi yang berbeda dan kalian harus memenuhi misi itu untuk memenangkan permainan. Role akan diibagikan secara acak dan adil.
"Role dibagi menjadi dua jenis atau tim, Passenger dan Occupant. Kalian bisa memenangkan permainan ini jika kalian berhasil menyelesaikan misi kalian sebagai Passenger maupun Occupant.
"Tidak ada batas waktu, permainan berakhir disaat salah satu tim menang." jelas Sekertaris Tiara. Aku mengangguk-angguk mengerti.
Intinya, ini permainan berkelompok. Aku tidak begitu mengerti pada bagian jalan cerita yang dimaksud Sekertaris Tiara ini. Apa mungkin permainan ini semacam gabungan antara permainan kejar-kejaran dan RPG? Karena dari cuplikan yang kulihat dari permainan ini, sepertinya kami harus berlari dari sesuatu atau menangkap sesuatu.
"Penjelasan lebih lanjut mengenai misi, peraturan, karakter atau role yang tersedia akan dijelaskan oleh navigator nanti. Tapi sebelum menuju tempat percobaan, apa penjelasanku cukup jelas, ada yang ditanyakan?" Sekertaris Tiara menatap semua peserta bergantian, aku menggeleng kecil begitu mata kami bertemu, sudah menangkap garis besar dari penjelasan Sekertaris Tiara sebelumnya.
"Kalau begitu, mari kita menuju tempat percobaan. Pin yang kami berikan harap dikenakan pada kerah tangan kiri, dan tinggalkan semua barang kalian di sini." Sekertaris Tiara berbalik lebih dulu, membuka pintu ganda berwarna hitam itu, mempersilakan kami keluar lebih dulu.
"Kenapa?" Raka bertanya sembari menaruh tas besarnya itu di sofa. Entah apa isinya.
"Karena kami tidak punya tempat penitipan barang di sana." Sekertaris Tiara menjawab singkat. Membuat Raka mengangguk kaku.
Sekertaris Tiara lantas memimpin kami keluar dari ruang tunggu itu, kembali berjalan di lorong sebelumnya. Lorong yang langsung disinari cahaya matahari itu terasa hangat. Saat berjalan, beberapa kali kami menemui lorong lain yang mengarah ke ruangan lebih besar, terkadang di dalamnya terdapat banyak komputer, seperti tempat kerja karyawan.
Kami semua membisu selama berjalan melewati lorong. Hanya Ara dan El yang saling berbisik sembari sesekali Sekertaris Tiara menyakan pertanyaan basa-basi. Sedangkan aku lebih memilih diam. Atau lebih tepatnya berusaha membungkam perasaan bersemangatku yang menggebu-gebu karena bahkan aku bisa mendengar detak jantungku berdegup cepat, tidak sabar.
Akhirnya kami berhenti di depan pintu yang tiga kali lipat lebih besar dari pintu ruang tunggu tadi. Jika diperhatikan, pintu ini juga terlihat berbeda dari pintu-pintu sebelumnya. Yang ini lebih mengilat dan sepertinya terbuat dari baja. Baja yang berwarna hitam tentunya, warna yang selalu kulihat selama berada di gedung ini entah ada kaitan apa perusahaan ini dengan warna hitam.
Pintu itu bergeser begitu Sekertaris Tiara berdiri di depannya, mendesing pelan, lantas menampilkan ruangan yang begitu terang dengan lampu berwarna putih. Aku dan yang lain memasuki ruangan itu setelah dipersilahkan Sekertaris Tiara.
Dinding ruangan ini pun sepertinya terbuat dari baja, namun berwarna kelabu. Sembilan kapsul berwarna putih tersusun rapih di sebelah kiri ruangan, tertata dengan rapih. Sedangkan di sisi berlawanan, sisi kanan ruangan dipenuhi dengan jendela besar. Kami dapat melihat ruangan super besar dari jendela itu. Orang-orang terlihat sibuk dengan gadget-gadget di tangan atau hadapan mereka, apa mereka orang-orang yang akan mengawasi kita dan menjalankan sistem permainan?
Tapi satu yang menarik perhatian, sebuah meja lebar dengan banyak tombol yang berada di tengah ruangan besar itu, seorang pria berjas terlihat berdiri di belakang meja lebar itu. Sepertinya sih, meja itu adalah control panel pusat yang biasa aku lihat di film.
Tapi bukan itu saja yang menarik, melainkan layar besar yang berada di depan orang-orang itu. Layar itu menempel di dinding, menampilkan sebuah... rumah? Rumah yang terlihat antik namun besar. Rumah itu dikelilingi badai dan hutan. Gelap disekitarnya membuatku merinding begitu melihatnya. Tapi di saat yang bersamaan, bersemangat dan penasaran.
Sepertinya, itu tampilan dalam permainan. Apa namanya? Monitoring? Sepertinya orang-orang di bawah sana benar mengawasi berjalannya permainan.
Kemudian layar-layar kecil di samping layar besar itu menampilkan ruangan-ruangan yang sepertinya berada di dalam rumah itu. Aku mengepalkan tangan, melihat tampilan-tampilan di layar itu sepenuhnya membuatku tak sabar ingin memulai permainan. Suasana rumah itu, sangat cocok untuk permainan kejar mengejar. Terasa mencekam dan menegangkan.
Mulutku tidak bisa berhenti menganga, tidak pernah menyangka bisa melihat hal sekeren ini dengan mataku sendiri. Pokoknya, aku harus kerja di sini!
Saking terpananya dengan ruang kerja yang sebesar lapangan setengah lapangan bola itu, aku baru sadar, rupanya, ruangan yang kami tempati sekarang berada di atas ruangan besar itu. Sehingga orang-orang di ruangan bawah sana terlihat kecil. Tapi tetap saja, layar di tengah itu terlihat sangat besar untuk kami yang berada di atas sini, entah sebesar apa di pengelihatan orang-orang di bawah sana.
"Selama permainan, kami dapat mengawasi kalian dari layar di sana." Sekertaris Tiara menunjuk layar besar itu dengan telapang tangannya.
"Jika terjadi sesuatu yang buruk, kami bisa segera menghentikan percobaan dan mengeluarkan kalian dari permainan. Kalian tidak perlu khawatir, kami semua tim profesional." Aku mengangguk mendengarkan penjelasan Sekertaris Tiara.
Berarti, tidak ada yang perlu kutakutkan selama permainan berjalan nanti. Tadi aku berpikir, bisa jadi kami jadi terjebak di dalam game itu seperti di film-film. Atau tiba-tiba harus mempertaruhkan nyawa untuk keluar kembali ke dunia nyata. 'Kan horror jika permainan yang kutunggu-tunggu ini berakhir jadi seperti itu?
"Apa ada yang ingin ditanyakan sebelum kita memulai percobaannya?" Sekertaris Tiara menatap kami satu persatu, mungkin memastikan kami semua telah paham. Aku menggeleng, yang lain pun begitu. Entah karena memang paham atau tidak sabar mencoba permainannya.
"Baiklah, sebelum kita memulai, kalian bisa check-up kesehatan kalian dan mentandatangani kontrak terlebih dahulu." Ucapan Sekertaris Tiara membuatku terhenyak. Aku tidak pernah dengar bahwa kedua hal ini diperlukan?
Tanpa menunggu aku maupun salah satu dari kami mempertanyakan hal itu, sekelompok orang dengan jubah putih memasuki ruangan dengan beragam alat kesehatan yang asing bagiku. Walau beberapa aku sering melihatnya, tapi tidak pernah tau apa itu dan untuk apa. Tapi yang pasti, aku yakin mereka dokter atau tenaga medis. Yah, semacam itu lah.
"Maafkan keterlambatan kami," ucap salah satu dari mereka sembari yang lainnya terus berjalan ke pojok ruangan, beberapa duduk di belakang meja dan sisanya berdiri. Sekertaris Tiara mengangguk kecil, lantas menyuruh kami untuk segera mendekati salah satu orang-orang itu, yang katanya adalah petugas kesehatan untuk memeriksa kesehatan kami terlebih dahulu.
Edy memulai terlebih dahulu pemeriksaan itu dan kami menunggu di belakangnya. Tidak terlalu lama, yang mereka lakukan hanya hal-hal sederhana. Seperti memeriksa berat badan, tinggi badan, detak jantung dan lain sebagainya. Oh ya, mereka juga menanyakan padaku tentang trauma atau ketakutan pada tempat kecil, gelap atau lorong, tapi hanya itu. Setelahnya, kami mengisi kontrak seperti yang dikatakan Sekertaris Tiara.
Isi kontrak itu pun tidak banyak, hanya menjaga kerahasiaan projek ini sampai masa peluncuran ke publik nanti. Juga, segala kesalahan yang terjadi di masa depan saat percobaan nanti yang berdampak pada peserta, perusahaan akan menanggung semuanya.
Bukan isi kontrak yang aneh, bahkan di saat meminta kerahasiaan game ini pun terbilang wajar untukku. Maksudku, siapa yang ingin projeknya bocor lebih awal karena orang-orang tidak bertanggung jawab?
"Baiklah, sekarang kalian bisa menaruh pin kalian pada sisi kanan kapsul." Sekertaris Tiara berbicara kepada kami yang sudah duduk pada kapsul masing-masing setelah dipersilahkan olehnya tadi, menunjuk sebuah lubang yang berada di sisi kanan kapsul milik Nacht--kapsul yang paling dekat dengan posisi Sekertaris Tiara-- lalu mencontohkan cara menyimpan pin itu.
Aku melepas pin di kerah tanganku, sambil memperhatikan gerak-gerik Sekertaris Tiara, menyimpan pin itu pada lubang yang seukuran. Tiba-tiba, pin itu masuk ke dalam, mencocokkan dengan kapsul.
"Selamat Datang, Luna." Suara itu tiba-tiba terdengar dari belakang, aku menoleh terkejut. Tapi tidak mendapati siapa pun di belakangku, hanya kasur empuk di dalam kapsul, tempatku berbaring nanti.
"Selanjutnya, navigator pada kapsul kalian akan menerangkan segala hal pada kalian," ucap Sekertaris Tiara seraya menjauh dari kesembilan kapsul, menatap kami. "Kalau begitu, selamat bersenang-senang." Sekertaris Tiara tersenyum tipis, menunduk sopan, lantas pergi meninggalkan ruangan. Kini hanya kami bersembilan dengan beberapa dokter di ruangan.
"Kita, baring aja nih?" Arranoa menatap kami semua, bingung dengan apa yang harus dilakukan.
"Iya, sepertinya." Mata Empat menjawab pendek, lalu dia berbaring tanpa ragu sedikit pun, wah ternyata dia punya nyali juga.
Begitu seluruh tubuhnya sudah masuk ke dalam kapsul, pintu kapsul itu menutup dari atas, membuat Mata Empat tidak lagi terlihat oleh kami.
Kami semua saling pandang, sebelum akhirnya berbaring seperti yang dilakukan Mata Empat. Sama seperti Mata Empat, begitu aku berbaring di kapsul itu, sebuah bilah kaca datang dari arah atas kepalaku, menutup kapsulku sepenuhnya. Aku masih bisa melihat langit-langit ruangan itu dari balik kaca ini dengan jelas walau ada kaca yang melapisi.
Dan yang menakjubkannya lagi, udara tipis keluar dari sisi kapsul, membuatku merasa sejuk dan segar, sama sekali tidak pengap. Aku tidak tahu bagaimana cara kerjanya, tapi yang pasti, kapsul ini mengeluarkan oksigen agar orang di dalamnya bisa bernapas. Hanya saja satu masalahnya, kapsul ini pas sekali, jadi tubuhku tidak bebas bergerak.
"Silahkan menyamankan diri anda." Suara itu kembali terdengar, suara yang seperti rekaman dari sistem. Terlebih nadanya sangat teratur dan kaku seperti suara google asistant yang sering kudengar. Tapi aku tidak lagi kaget saat suara itu terdengar lebih menggema saat berada di dalam kapsul. Seakan suara itu berasal dari segala sisi.
"Saya akan memasangkan konektor untuk pengalaman bermain yang lebih menyenangkan," ucap suara itu, yang kemudian sebuah tali tipis dengan besi pipih pada ujungnya muncul dari sisi kanan kapsul, melayang mendekati pelipisku. Aku mengaduh kecil begitu besi pipih itu menempel di pelipisku, terasa dingin dan menyengat untuk sesaat sebelum aku mulai terbiasa.
"Akan berjalan; Red House." Suara itu berucap beriringan dengan munculnya tulisan 'Red House' pada kaca kapsul yang berjarak sekitar dua puluh sentimeter dari mataku. Setelahnya muncul gambar kancing berwarna hitam, berotasi di bawah tulisan 'Red House' yang kuduga tanda dari loadingnya permainan Red House itu.
Kancing itu berhenti berotasi dan tulisan 'Red House' berwarna merah muncul dari samping kancing. Lantas kancing itu mengisi huruf 'O' pada tulisan 'Red House'. Aku bersiul, animasi yang mulus sekali.
Setelahnya, sebuah suara kembali terdengar, "Red House, video game bergenre action-thriller yang dikembangkan oleh perusahaan LnG. Memiliki satu misi yang berbeda untuk setiap dua kelompok yang tersedia; Passenger dan Occupant." Dua kancing berwarna merah dan biru muncul menggantikan tulisan 'Red House' sebelumnya yang telah menghilang.
Pada kancing berwarna biru, terdapat tulisan Passenger di bawahnya. Sedangkan tulisan Occupant berada di bawah kancing merah.
Lalu gambar kancing berwarna merah menghilang, sedangkan kancing berwarna biru membesar, berhenti di tengah. "Passenger, mempunyai misi untuk keluar dari Red House tanpa tertangkap oleh Little Girl." Suara itu kembali terdengar.
Seperti sebelumnya, gambar kancing berwarna biru itu menghilang, lalu berganti dengan dua orang yang mengenakan baju dan celana berwarna coklat tua. Satu perempuan dan satu laki-laki.
"Passenger mempunyai satu peran yang diperankan enam pemain yaitu; Runner. Runner adalah sekelompok pendaki yang tersesat di tengah hutan pada kejamnya badai. Namun sayang, mereka terjebak di dalam Red House saat mencari tempat berteduh. Dan kini mereka harus mencari jalan keluar sebelum tim lawan menangkapnya."
Kancing berwarna biru menghilang, digantikan dengan kancing berwarna merah yang membesar, mendekat hingga berada di tengah, menggantikan posisi kancing biru sebelumnya.
"Occupant, mempunyai misi untuk menggagalkan tim lawan, Passenger, keluar dari Red House hidup-hidup. Penghuni dari Red House ini memiliki dua peran yang diperankan tiga pemain, yaitu: dua Hunter dan satu Little Girl."
Seorang gadis dengan dua kepang pada sisi kanan dan kirinya muncul, berputar, menggantikan posisi kancing merah sebelumnya yang telah menghilang. Gadis itu menggunakan gaun berwarna merah dengan pita pada tengah punggungnya, sedangkan kedua tangannya memeluk boneka perempuan dengan gaun putih yang memiliki tubuh dan wajah seperti gadis itu. Boneka di genggamannya itu tersenyum dengan cara yang sama dengan gadis itu.
"Little Girl, seorang gadis kesepian yang membutuhkan teman untuk bermain. Wasapadalah jika berhadapan dengannya, karena begitu tertangkap olehnya, runner akan segera tereleminasi." Aku terkesiap, langsung mati? Apa ini tidak terlalu sulit? Yah walau, peran Little Girl hanya satu. Tapi bagaimana dengan dua lainnya?
Pas sekali. Setelah berpikir demikian, dua orang dengan topeng berwarna hitam muncul, berdiri di samping kanan dan kiri karakter Little Girl. Topeng itu menutupi seluruh wajah mereka, kedua mata berwarna ungu neon pada topeng itu tipis dan menyipit ke atas, runcing pada ujungnya. Sedangkan mulutnya yang juga berwarna serupa tersenyum bagai bulan sabit, tipis dan meruncing.
Kedua orang itu memakai jubah yang menutupi hingga bawah lututnya. Tudung mereka menutupi bagian belakang kepalanya sehingga aku tidak dapat melihat apapun di kepalanya selain topeng dan tudung. Untungnya, badannya tidak terutupi jubah seluruhnya, kaki mereka masih terlihat, memakai sepatu dengan ujung runcing yang melengkung ke atas.
"Hunter akan membantu Little Girl untuk menangkap para Runner. Namun, Hunter tidak bisa lagsung mengeliminasi para Runner, hanya mengunci pergerakannya dan membeberkan lokasi tangkapannya pada Little Girl untuk dimangsa."
Aku mengangkat sebelah alis, entah mengapa kondisinya seperti berat sebelah. Yah, walau jumlah Runner dua kali lipat Occupant tapi rasanya akan susah jika tim Occupant punya banyak keuntungan begini.
"Tapi tenang saja, Runner yang tertangkap Hunter bisa dibebaskan oleh sesama Runner. Namun hati-hati, karena lokasi Runner yang tertangkap Hunter sudah terekspos ke seluruh pemain termasuk Little Girl, jangan sampai kalian bertemu dengannya di perjalanan saat menyelamatkan rekan."
"Hanya saja, para Runner hanya memiliki satu kali kesempatan untuk diselamatkan. Saat Runner tertangkap oleh Hunter untuk yang kedua kalinya, saat itu Runner tersebut akan tereliminasi otomatis oleh Little Girl." Aku mengangguk, setidaknya ada kemudahan di game ini. Walau orang yang menyelamatkannya akan berpikir dua kali karena bisa saja dia ikut tertangkap oleh Little Girl saat menyelamatkan seorang rekan.
Seketika, kedua gambar itu menghilang, tidak ada gambar lain atau suara lain yang menimpali. Keheningan sejenak ini membuatku mengira terdapat kesalahan di kapsul milikku, sebelum akhirnya suara itu kembali terdengar, "pembagian peran akan dimulai sekarang."
Sembilan kartu tiba-tiba muncul, lalu berpencar, berputar cepat, mengacak, hingga akhirnya kesembilan kartu itu tersusun rapih kembali. "Silahkan pilih kartu anda."
Aku terdiam sesaat, ragu untuk memilih salah satu dari kesembilan kartu itu. Jujur, aku lebih ingin mendapat peran sebagai Hunter atau Little Girl. Daripada bersembunyi dan lari, aku lebih handal dalam menemukan sesuatu.
"Eh?" Aku terkejut begitu melihat username lain pada kartu di sebelah kanan. Tulisan 'Moonx' menimpa kartunya. Dan seketika, warna kartu itu berbeda dari yang lain, menjadi lebih gelap. "Moonx telah memilih kartu," ucap suara itu.
Begitu mendengar suara itu, aku segera mengerti bahwa pada akhirnya aku tidak memiliki banyak waktu untuk berpikir atau aku akan kehabisan kartu dan mendapat kartu yang tersisa.
Belum sempat aku memilih, tulisan 'Azura' menimpa kartu di tengah dan suara itu kembali terdengar, mengucapkan kalimat yang sama seperti sebelumnya dengan nama yang berbeda. El telah memilih kartu, kalau begitu aku harus cepat sebelum kehabisan kartu.
"Luna telah memilih kartu." Suara itu terdengar begitu aku memilih kartu pada sudut kiri bawah. Seperti sebelumnya, warna kartu itu menggelap dan username-ku muncul di atas kartu, menimpanya.
Berikutnya, yang memilih kartu adalah Ara, Edy, Arranoa, Nacht, Raka dan Viary mendapat kartu yang tersisa. Kini semua kartu sudah terpilih, dan kartu-kartu itu menghilang, menyisakan satu kartu dengan username-ku di atasnya. Jantungku tiba-tiba berdegup kencang, aku merasa gugup, sangat berharap mendapatkan peran sebagai Hunter atau Little Girl.
Kartu itu berbalik perlahan dengan bunyi seperti halaman buku yang dibalik.
'Runner' kata itu tertulis di balik kartu, aku menghela napas pelan. Sayang sekali aku tidak mendapatkan peran sebagai Hunter atau Little Girl.
Setelahnya, kartu milikku bergeser ke kanan, tergantikan oleh kartu milik Edy.
"Jadi mereka juga memberi tahu peran player lain, bukan hanya peranku" gumamku. Aku pikir mereka hanya memberi tahu peranku saja.
Kartu milik Edy berputar perlahan, 'Runner' kata yang sama muncul pada kartu Edy.
Aku kembali menghela napas. Satu kelompok dengan orang menyebalkan sepertinya? Sepertinya aku dan dia hanya akan membawa kehancuran di kelompok ini. Mengingat di pertemuan awal, kami sudah sangat tidak cocok. Ah tidak, sebenarnya hanya dia saja yang menyebalkan.
Seperti kartuku, kartu milik Edy tergeser ke kanan, ditempatkan di sebelah kanan kartu milikku dan kartu milik Viary muncul, berputar. 'Runner', dia berada di kelompok yang sama denganku.
Kartu selanjutnya datang, berputar mengumumkan peran yang mereka dapatkan, terus begitu hingga seluruh peran peserta diumumkan. Dan hasilnya, aku satu kelompok dengan Ara, Edy, Viary, Raka, Nacht. Kami menjadi runner.
Sedangkan Arranoa dan El menjadi hunter, lalu Moonx menjadi Little Girl. Aku tertawa kecil, padahal, Moonx itu laki-laki, tapi dia mendapat peran perempuan. Yah bukan sesuatu yang besar sih. Bahkan, ada banyak orang di luar sana yang memilih avatar yang bertentangan dengan gender mereka sebenarnya. Tapi tetap saja, menurutku sedikit lucu lelaki dewasa sepertinya mendapat peran gadis kecil.
Lantas, kartu-kartu yang sudah terbuka tadi menghilang secara tiba-tiba dengan cepat, cukup membuatku terkejut. Sebelum akhirnya suara itu kembali terdengar dengan munculnya angka lima, "permainan akan dimulai dalam lima detik."
Lalu, angka lima itu berganti menjadi empat,
Menjadi tiga,
Dua,
Dan satu.
"Permainan dimulai." Tiba-tiba semua menggelap, lampu di luar kapsul tidak lagi menyala, hanya lampu remang dari sisi-sisi kapsul yang menjadi penerang kami. Setelahnya, sebuah asap tipis keluar dari tepi-tepinya, hidungku menghirup asap itu. Perlahan mataku terasa berat. Setelahnya sengatan kecil terasa di pelipisku. Lantas, semuanya menjadi hitam, tidak ada lagi cahaya tersisa, dan mataku terpejam sepenuhnya.
Permainan dimulai.
.
.
.
.
.
.
.
.
Edited 13/09/2013
16 April 2022
Author's Note
Jadi belakangan ini...
Aku sibuk banget :")
Coba mengejar ini dan mengerjar itu. Nyelesain ini, bikin itu.
Tapi aku senang (*'ω`*)
Maksudnya, bukan aku senang menderita. Tapi aku dipenuhin kegiatan positif, jadi aku senang~
Aku juga lagi ikutan event roleplaynya NPC loh! Temanya sci-fi ( ꈍᴗꈍ)
Kalian kalau penasaran baca work-ku yang Le' Inanite. Di situ ada rekapan roleplaynya~
Oke gitu aja, sampai babay besok!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top