Chapter 28: Run, Run, and Run
Begitu mataku membuka, aku kembali ke ruangan di mana gadis kecil bernama Flora itu menunggu. Dia duduk di kasurnya sembari menatapku yang baru saja berteleportasi seakan mengetahui aku akan muncul kembali persis di titik itu.
'Selamat datang kembali.' Flora tersenyum, suaranya yang lembut dan imut itu langsung menyambut bersamaan dengan senyum tipis yang mempunyai banyak makna. Sampai sekarang pun, aku masih tidak bisa terbiasa dengan sikapnya itu di tubuh anak kecil. Dia jadi terlihat tua jika terus menerus bersikap seperti itu.
"I-ITU?!" Aku menoleh terkejut begitu mendengar suara Viary dari belakang, "Little Girl!?" Telunjuknya menunjuk lurus wajah Flora dengan bergetar.
"Bukan, pokoknya dia bukan Little Girl." Aku menjawab pendek, malas menjelaskan padanya kesuluruhan cerita yang kulihat sebelumnya.
Viary langsung diam mengangguk, dia tidak berkata atau bertanya apa-apa lagi setelahnya. Baguslah, lebih baik begini daripada aku terbawa amarah lagi dan malah menyerangnya.
'Sepertinya sebutan 'Little' sudah tidak cocok lagi untukku. Aku yakin aku hidup lebih lama dari kalian. Namun sihir yang terjebak di rumah ini membuatku tidak bisa menua.' Flora tertawa kecil, lebih terdengar seperti kekehan di telingaku. Namun karena suaranya yang masih imut kekanakan, setidaknya kekehannya tidak terdengar seperti nenek-nenek.
"Ya, ya. Terserahlah, sekarang keluarkan saja kami dari ruangan ini." Aku langsung menimpalinya begitu dia selesai berbicara. Aku tidak tahu sepuluh menit itu terhitung dari kapan, tapi lebih cepat kami menyelesaikan permainan ini lebih baik.
'Terburu-buru sekali. Baiklah kalau begitu.' Flora bangun dari duduknya. Lantas dia berjalan menuju lorong yang mengarah ke pintu masuk kamar ini.
Flora menempelkan tangannya pada pintu itu dan bergumam. Aku tidak begitu mendengar apa yang digumamkannya karena suaranya yang terlalu kecil bahkan untuk aku yang berada tepat di belakangnya.
Begitu Flora melepaskan tangannya dari pintu itu, bunyi mesin langsung terdengar. Roda gigi yang berada di samping pintu itu mulai berputar menarik pintu kayu geser yang menjadi lapisan pertama pintu kamar ini.
Setelah pintu kayu itu bergeser sepenuhnya dan menghilang diantara sela pintu, barulah pintu lapisan kedua itu terlihat. Pintu biasa yang tadi mengunciku di kamar ini.
'Silahkan. Begitu kalian membuka pintu ini, sepuluh menit setelahnya arwah itu bisa kembali mengejar kalian.' Flora mundur, membuka jalan bagi kami untuk membuka pintu itu dan keluar dari ruangan ini.
Seketika, jantungku berdebar lebih cepat melihat pintu itu di depan mataku. Begitu aku membuka pintu ini, permainan kembali dimulai dan kami kembali dikejar oleh Hunter dan Little Girl yang tersisa.
Masalahny, luka yang kudapatkan dari permainan tadi juga masih terasa sakit dan belum membaik, tapi aku tidak ingin berada di permainan ini lebih lama.
Agar perasaan gugup ini tidak begitu terasa, dengan cepat aku menarik gagang pintu itu dan membuka pintu di depan.
Seketika, muncul hitungan mundur sepuluh menit di atas dahiku, sedikit berjarak dari pandanganku, mungmin agar aku masih bisa melihat jalan di depan.
"Ayo." Aku berkata kecil pada Viary dan langsung berlari maju ke depan. Kami berada di lantai tiga, dan kamar ini terletak cukup jauh dari tangga menuju lantai dua. Paling lambat, kami harus sampai di lantai satu sebelum waktu sepuluh menit ini berakhir.
Tapi masalahnya, tangga-tangga ini terletak sangat jauh antara satu sama lain. Tangga menuju lantai dua di dekat penghujung gedung bagian timur sedangkan tangga menuju lantai satu berada di tengah-tengah.
Terlebih, ruangan ini berada dekat dengan penghujung barat. Dan dengan rumah yang luasnya bagai istana ini, kami bahkan harus berlari mati-matian agar sampai di lantai satu terlebih dahulu sebelum sepuluh menit ini habis.
"Viary! Percepat larimu!" Aku berteriak padanya yang tertinggal agak jauh di belakang, mungkin efek kecapatanku yang bertambah di permainan tadi masih berguna. Aku harus bersyukur akan itu.
Walau sisi buruknya, ada kemungkinan lawan masih membawa senjata mereka, atau lebih buruk, mempunyai buff yang cukup berguna untuk menangkap kami.
"Ya!" Viary berteriak, dia berusaha mengatur napasnya agar tidak boros. Kami benar-benar harus menjaga stamina kami. Karena dari flashback masa lalu Flora yang kulihat tadi, jarak antara hutan dan panti asuhan ini sangat jauh. Mungkin sekitar satu atau dua kilometer setelah gerbang, bukan pintu.
Aku langsung menuruni tangga dengan cepat, dan setelahnya berlari di lorong lantai dua tanpa mengurangi laju lariku. Sesekali aku menoleh ke belakang, memastikan Viary masih mengikuti. Setidaknya dia masih terlihat baik-baik saja diluar kondisinya yang juga luka-luka sama sepertiku.
Lantas di menit ke delapan, kami sampai di tangga menuju lantai satu. Pintu keluar langsung terlihat dari atas tangga. Bagus, masih ada sisa dua menit.
Aku buru-buru menuruni tangga sembari menyiapkan kunci bewarna merah, bersiap untuk membuka pintu itu.
"Ayo! Viary!" Satu menit sudah berlalu begitu aku berhasil membuka pintunya.
JDARRR!
Badai di luar langsung menyambut. Langkahku sempat tertahan sebenatar melihat seberapa ganasnya badai di depan, bahkan pohon pun sampai ikut tertarik seolah tengah berpegangan dan bergantung pada akarnya yang tidak lagi bisa bertahan lama.
Dua puluh detik berlalu saat aku terdiam, aku langsung tersadar dan mengambil langkah menuruni tangga teras. Seketika, langahku terasa lebih berat dibandingkan saat tadi berada di dalam rumah. Badai ini benar-benar bisa membuat kami terbang jika tidak menapakan kaki dengan kuat.
Seketika, luka-luka yang mulanya sudah terasa membaik kembali terasa nyeri dan perih. Belum lagi air hujan yang menampar luka-luka itu dengan kasar, membuat perih yang dirasa jadi berkali-kali lipat. Semoga saja tubuh ini tidak ambruk sebelum aku mencapai sarang Little Girl.
Aku menoleh pada Viary yang juga sudah turun dari teras, tubuhnya sedikit tertarik ke belakang saat dia pertama menapaki tanah, dia terlihat sama terkejutnya ini denganku begitu mengetahui seberapa ganasnya badai ini.
Tanpa basa-basi, kami langsung berjalan cepat sekuat tenaga menuju gerbang di depan sana. Kedua tangan kami fokus menahan air hujan yang terasa tajam serta angin yang terasa berat.
"AAAAAAAAAAAA!!!!"
Teriakan nyaring milik Little Girl langsung terdengar begitu aku tengah mencoba membuka gembok yang mengunci gerbang itu dengan kunci yang sama dengan pintu tadi.
Padahal saat kami masuk gerbang ini tidak terkunci, kenapa pula jadi tiba-tiba terkunci? Ah, dasar permainan sialan.
Karena mendengar teriakannya yang bagai pengingat bahwa Little Girl dan Hunternya sudah siap mengejar, aku mempercepat langkahku, berusaha sekuat mungkin melawan badai ini.
Begitu aku menoleh ke belakang untuk memeriksa Viary, aku justru malah melihat sosok Little Girl yang mengintip kami dari lantai dua.
Matanya itu setidaknya sedikit berubah menjadi mata normal. Hanya, pupilnya yang telah mengecil ke uluran normal itu masih saja bewarna merah. Belum Lagi dia melotot sempurna, senyumnya juga menghilang, berganti menjadi tatapan datar yang sangat bersiap untuk melahap kami.
"AAAAAAA!!!!"
Little Girl membuka mulutnya lebar-lebar layaknya orang gila dan berteriak kencang. Aku berjengit, bahkan terjatuh. Entah karena aku tidak memperhatikan jalanan di depan atau karena teriakannya. Tapi yang pasti aku harus berlari lebih cepat jika tidak ingin tertangkap makhluk mengerikan itu!
"AYO VIARY! CEPAT!" Aku berteriak memperingati Viary, dia mengangguk kecil. Sungguh, aku sesusah ini melawan suara badai, tapi teriakan Little Girl tadi bahkan seakan terdengar lebih besar dari badai itu sendiri.
Viary mengangguk ditengah wajahnya yang mulai bergetar kedinginan karena badai abadi ini, memberi sinyal bahwa dia mengerti ucapanku. Kami sudah cukup jauh berjalan menjauhi gerbang, hanya beberapa langkah sebelum akhirnya kami menapaki hutan itu.
Sebenarnya, seharusnya aku tidak tahu jalan menuju sarang Little Girl itu karena aku tidak mengingat sedikit pun jalan yang dilalui Flora untuk menemui Little Girl. Namun entah mengapa, tubuhku seolah tahu harus mengambil jalan yang mana. Seolah sedar awal memang rute ini sudah dihafal oleh tubuh ini.
Bagus lah, setidaknya kami tidak perlu susah payah mencari jalan selama sepuluh menit tadi.
Kami sudah memasuki hutan, setidaknya angin di sini tidak begitu kuat karena sudah terhalau oleh pohon-pohon ini. Kami bisa berjalan lebih ringan dari sebelumnya. Namun sebagai gantinya, aku tidak bisa melihat sekitar dengan jelas karena gelapnya hutan. Belum lagi tidak ada bulan yang biasa menerangi malam, dan senter yang ada di prolog permainan ini pun tidak muncul.
Aku menoleh, Hunter dan Little Girl itu sudah dekat saja! Aku harus berlari secepat mungkin dalam keadan apapun. Karena jika tidak, tim lawan di belakang akan mengejarku!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
13 Agustus 2022
-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top