Chapter 27: Desprate
"GAME OVER!"
Suara itu terdengar menggelegar memenuhi ruangan. Aku menghela napas lega. Untuk pertama kalinya, aku begitu senang mendengar navigator itu kembali berbicara.
"Selesai" Aku menghempaskan badanku pada lantai permainan yang dingin. Sekarang tinggal sedikit lagi, dan kami akan terbebas dari permainan ini.
Baru beberapa detik aku menghempaskan badan, tubuhku tiba-tiba terasa terangkat dan berpindah dengan cepat, seolah berteleportasi.
"Aduh." Aku meringis kecil, tau-tau saja tubuhku berpindah ke sisi ruangan tempatku semula. Pendaratan teleportasinya tidak sempurna, aku mungkin terhempas dari jarak seperempat meter ke bawah, jadilah luka cambuk di punggungku terasa sakit lagi.
Viary menyusul setelahnya, dia muncul dengan wajah yang buruk sekali, matanya memerah seolah menahan tangis. Apa terjadi sesuatu dengannya?
"Viary, Ara mana? Lihat Ara tidak?" Aku bangun dan mengambil posisi duduk sembari mengelus punggung yang terasa nyeri.
"Kenapa?" Aku menatap heran Viary yang menatapku dengan wajah pias dan sedih. Seketika, dadaku terasa tidak enak, pikiran-pikiran buruk langsung menghampiri.
Tidak mungkin kan?
"Viary, kenapa?" Aku mengulang pertanyaanku, mencoba mengabaikan perasaan buruk yang kian mendominasi seiring air mata Viary yang jatuh ke pipinya. Aku tertawa miris, menundukkan kepala sembari meremas pelan rambutku.
"Viary, aku tidak akan mengerti jika kamu enggak bicara." Aku menatapnya sekali lagi, memitanya untuk menjelaskannya padaku.
"SELAMAT! TIM RUNNER MEMENANGKAN PERMAINAN!" Suara narator terdengar megah dan meriah, memenuhi ruangan. Tapi tidak sedikit pun, aku merasa lega atau senang atas kemenangan itu.
"Viary?" aku mengabaikan suara itu, masih menatap Viary yang kini memalingkan wajah.
"Peserta yang gugur pada Hidden Stage:" Aku menutup mataku mendengar kalimat navigator itu.
Tolonglah, kumohon jangan Ara.
"Tim Passenger/Runner: Ara."
"Tim Occupant/Little Girl: Hunter El."
Apa? Ini ... Sungguhan?
Aku menatap tulisan yang melayang di atas sana dengan teliti, namun berapa lama pun kulihat, berapa kali aku mengulang membaca tulisan di atas sana, tulisan itu tidak berubah dan nama Ara serta El masih tertulis di sana.
"Sialan."
Habis sudah, habis sudah semuanya.
...
Tapi bukankah ini aneh?
"Viary." Aku memanggilnya tanpa mengangkat kepalaku, "apa kamu tadi bersama Ara?"
Hening sebentar, Viary tidak langsung menjawab "ya, awalnya. Tapi dia menyuruhku untuk pergi dan membantumu."
"Bukankah aneh?" Aku langsung berbicara begitu Viary menyelesaikan kalimatnya. "Raka mati saat dia bersama denganmu, Ara juga. Bukankah itu aneh?" Aku melanjutkan kalimatku, kali ini aku menatapnya dengan tajam, memintanya untuk menjelaskan semua keanehan ini dan menyangkal prasangka burukku.
Namun Viary tetap diam, kali ini bahkan tangannya bergetar ketakutan. Dan menyebalkannya lagi, dia terlihat seerti seseorang yang ditangkap basah, matanya itu membuka lebar menatapku tidak percaya.
"Jawab Viary, apa yang kupikirkan ini benar?"
Masih diam, Viary masih diam. Hanya tubuhnya yang merespon. Air matanya mangalir semakin banyak, membuatnya menangis terisak-isak. Namun tangannya yang mengepal dan kepalanya yang menunduk seolah menjawab, bahwa memang dialah penyebab kematian mereka.
Tapi, tidak mungkin dia setega itu 'kan?
Aku tertawa miris, "Viary, benar kamu?"
Dia masih diam, tidak berkata apa-apa selain mati-matian menghindari kontak mata denganku. Dan dirinya yang membisu itu, sungguh membuatku geram.
"KENAPA?!" Viary yang tidak kunjung menjawab membuatku frustasi. "Kamu sengaja? Sengaja berbuat begitu? Untuk apa!?" Aku semakin berteriak tidak terima. Jika memang bukan, kenaa dia tidak menyangkal!?
"Aku tidak punya pilihan lain ..." Aku tertawa tidak percaya, sungguhan? Tidak punya pilihan lain? Lelucon macam apa itu!?
"Saat itu, Little Girl sudah terlalu dekat jadi-"
Aku tidak suka mendengarnya berbicara lagi. Tanpa sadar, aku sudah bangkit dari dudukku dan melayangkan tinjuku padanya. Mataku terasa panas seiring dengan napas yang semakin susah untuk dikendalikan.
"Gila. Kamu bener-bener gak punya hati." Aku bisa merasakan suaraku yang bergetar saat berbicara, tanganku mengepal kuat, mati-matian menahan agar air mataku tidak tumpah.
"Kamu korbanin orang lain biar kamu selamat? DASAR GIL-"
Tiba-tiba saja, lantai yang kupijaki bergetar dan membawaku bergeser menjauh dari Viary. Aku terjatuh karena lantai itu yang berhenti tiba-tiba.
Tahu perbuatan siapa, aku langsung menoleh pada tulisan besar yang melayang itu, mempertanyakan perlakuan navigator itu padaku.
"Saya sudah peringati kalian untuk berhenti, permainan bisa terhambat jika kalian diam di sini." Navigator itu kembali berbicara, aku tidak tahu apa yang dibicarakannya tentang mengingatkan kami, tapi dia yang masih membicarakan tentang permainan walau lebih dari setengah keseluruhan pemain mati, benar-benar menyebalkan.
"Haha, memang ya. Kalian peduli apa tentang kami?" Aku tertawa miris, bangkit dari dudukku.
"KALIAN SEMUA MEMANG SAMPAH!" Napasku semakin memburu, pandanganku pun kian memudar karena air mata yang semakin terasa memenuhi.
"Ini hanya permainan. Dan saya di sini untuk membimbing kalian, kedua belah pemain untuk menang. Tapi ini semua-"
"OMONG KOSONG!" Aku kembali berteriak hingga tenggorokanku terasa sakit. Tapi semua ini ... Semua ini benar-benar membuatku muak!
Untuk apa aku menyelesaikan permainan ini jika hanya tersisa kami berdua? Bahkan kini aku pun tidak bisa membiarkan Hunter menang karena El pun sudah mati. Lantas untuk apa? Untuk apa aku menyelesaikan permainan ini jika tidak ada dari mereka berdua yang bisa aku selamatkan?
"Lita, menurutku kita harus menyelesaikan-"
"Diam kamu! Aku gak mau dengar pendapat dari pengkhianat sepertimu." Aku mendesis, menatap Viary tajam dengan mata yang basah.
Tanpa memedulikan apa yang kukatakan, navigator itu membawa kedua kunci yang kami butuhkan ke depan mataku. Kunci itu melayang-layang di dalam bola.
Aku menatap bola itu, haruskah aku mengambilnya? Setelah semua yang mati dalam permainan ini, memangnya ada yang berubah jika aku selamat?
Pada akhirnya pemain yang bisa diselamatkan lebih sedikit dari jumlah tim Little Girl di awal. Jika begini, bukankah lebih baik dari awal kami serahkan kemenangan ini ke mereka? Setidaknya kami tidak perlu berlelah-lelah di permainannya, dan jumlah yang selamat pun lebih banyak dari kemungkinan yang ada sekarang.
"Tapi Ara tidak ingin Lita mati." Aku menoleh pada suara itu, Viary. Dia kembali bersuara. Aku tahu sedari tadi dia menampakkan wajah menyesal, tapi apa gunanya penyesalan itu saat Ara dan yang lain sudah tidak ada di sini?
"Ara ... Aku berusaha untuk melindunginya karena kondisi yang buruk. Tapi ... tapi dia memilih untuk memintaku membantumu." Entah kenapa, suaranya terdengar bergatar. Haha, baru sekarang dia merasa bersalah? Setelah banyaknya orang yang dia korbankan?
"Aku bisa diam di sini. Atau, atau! Aku bisa membantumu untuk keluar dengan menahan Little Girl dan Hunter itu agar kamu bisa keluar!" Aku membisu melihatnya begitu berusaha memperbaiki kesalahannya. Namun entah mengapa, walau dia sudah berkata demikian, amarahku padanya belum saja reda. Dia tetap terlihat sebagai seorang yang egois, menyebalkan dan tidak punya hati di mataku.
Aku menyambar bola itu dan berkata padanya, "kalau begitu lakukan seperti yang kau janjikan. Bahkan jika kau harus tertangkap dan mati di permainan ini." Aku menatapnya tajam, telunjukku menunjuk lurus dan tegas pada wajahnya yang sempat terkejut dengan apa yang kukatakan, tapi setelahnya dia mengangguk dengan mantap dan menghapus air matanya yang mengalir pada pipinya.
"Bagus, seperti itu semangat pemain!"
"Diam kau." Aku mendesis begitu navigator itu kembali berbicara, mendengar suaranya saja sudah bikin naik pitam.
"Kalau begitu, saya kirimkan kalian ke posisi semula. Selamat bermain kembali."
Seketika, pandanganku menghitam dan tubuhku serasa melayang. Sebentar lagi, akan aku selesaikan permainan ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
07 Agustus 2022
Author's Note
Chapter sebelumnya dan beberapa chapter ke depan, sebenarnya tulisan pelarian pas aku ikut MWM :")
Waktu itu, aku stuck banget nulis Nefelibata, jadilah aku nulis chapter ini dimana konfliknya lagi klimaks2nya dan udah mau beres juga. Hehe
Btw, aku gak tau sih sebelum ini karakter Viary nyebelin atau enggak.
Tapi semisal menurut kalian nyebelin, setelah chapter ini, dia masih nyebelin gak di mata kalian? Atau kalian udah maafin? Haha
Okeyy, segitu aja chapter hari ini!
Sampai babay minggu depan!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top