Chapter 25: Wounds for Winner

Aku berlari keluar dari tempat persembunyian. Sesuai rencana, sementara aku membuat Hunter penembak itu fokus dengan setiap pergerakanku yang berpindah-pindah, Viary akan menembaknya dari belakang dengan panah. 

DOR!

Hunter itu langung menembak begitu melihat aku berlari keluar. Bibirku terkatup rapat, aku harus mencari bola lagi, tidak bisa hanya berlari tanpa arah terus. 

DOR!

Tembakan kali ini bersarang pada lantai di depanku, benar-benar di depan ujung kakiku. Aku tertawa miris tanpa menghentikan lariku, pintar sekali dia mengincar kakiku. Jika benar-benar kena, rencanaku dan Viary akan gagal. Tidak, bahkan, jika kakiku tertembak, aku sama saja keluar dari peramainan, karena kakiku tidak bisa lagi dipakai untuk berlari.

Kali ini Huner itu tidak menembak, dia membiarkanku bersembunyi kembali di belakang pilar. Apa pelurunya menipis? "Bagus deh, kalau begitu." Aku bergumam kecil, mengedarkan pandangan. 

Di depanku terdapat bola bewarna biru, agak jauh ke depan. Mungkin tinggi pilar ini tidak akan melindungiku dari tembakan Hunter tadi. Tapi patut dicoba, daripada aku berlari mengalihkan perhatian saja, lebih baik aku berlari sembari mengambil bola itu. 

Tidak ada bunyi tembakan lagi dari Hunter itu, kalau begitu ini waktuku untuk lari!

Tanpa menunggu apapun, aku mengambil langkah dan berlari sekuat tenaga. Berharap aku lebih dulu mengambil bola itu sebelum Hunter itu menembakan pelurunya lagi. 

Tapi, tembakan pun tetap tidak terdengar walau aku sudah berlari, sebenarnya kemana Hunter itu? Rasanya aneh berlari dengan tenang dan damai seperti ini.

"Sebentar lagi!" Aku tersenyum kecil melihat bola biru itu yang semakin dekat, aku tidak tahu kemana Hunter itu, tapi semoga saja bola biru di depan punya barang yang berguna!

"DAPAT!"

Pedang Lv.5

Sebuah pedang lantas muncul menggantikan bola itu, aku menggenggamnya erat. Ini cukup berguna untuk melawan musuh.

DOR! 

Suara tembakan kembali terdengar. Aku refleks berjongkok dan menutup mata serta kedua telinga dengan lenganku. Suaranya terdengar dekat di belakangku. 

"Eh?" Aku membuka mata, merasa tubuhku baik-baik saja. Kuperiksa seluruh tubuhku, namun tidak ada lubang atau darah akibat tembakan itu. 

"LITA! Hunternya tidak ada di tempat yang kamu katakan, aku sudah mencari ke sekitarnya tapi tetap tidak ada!" 

"UKH." Ringisan kecil dari orang di belakangku terdengar begitu menyakitkan. 

Aku tertegun, menoleh.

DOR!

"ARA!" 

Tanpa mempedulikan Ara yang masih menahan sakit karena tertembak, Hunter yang tengah berjalan mendekati kami kembali menembakkan peluru, aku refleks melempar badanku pada Ara, berusaha membuatnya menghindar.

BRUK! CLANG!

Kami terjatuh, pedang yang tadi kugenggam pun ikut jatuh tergeletak, membuat bunyi nyaring. Ara semakin meringis kesakitan, sepertinya kakinya yang terkena tembakan tertimpa. 

"Ada apa? Apa yang terjadi?" Viary kembali bersuara di sebrang sana, dia terdengar kebingungan.

Aku berdecih kecil, aku belum sempat memeriksa keadaan Ara dan Hunter itu udah siap menembak lagi. 

Aku langsung meraih pedang yang sudah tergeletak itu, "VIARY! KAMU FOKUS JAGA KUNCI KITA!" Aku berteriak sembari berlari menghampiri Hunter yang sudah menodongkan senapannya padaku, dia sempat menurunkannya sedikit karena terkejut, sepertinya tidak mengira aku akan berlari padanya. Namun hanya sedetik baginya untuk kembali memasang kuda-kuda menembak.

DOR!

Hunter itu menembakan peluru lebih dulu, aku yang sudah mengiranya menghalau peluru yang mengincar kepalaku dengan pedang yang kumiliki.

"HAAAA!" Aku mengangkat pedangku tinggi-tinggi, dan menebaskannya.

Hunter itu menghindar, tapi tebasan tadi tetap melukai tangannya! Seketika, darah langsung mengucur dari tebasan panjang pada lengan kanannya.

Senapan Hunter itu terjatuh, aku menendangnya menjauh, tidak membiarkan Hunter itu mencari dan mengambil senapannya dengan mudah.

Setelahnya aku berlari kembali menghampiri Ara, lantas membantunya berdiri. "Maaf Ara, tapi kita harus sembunyi dulu." Aku membisik pada Ara, membantunya untuk berjalan secepat mungkin.

Sejujurnya aku ingin mengambil senapan itu, tapi aku tidak mahir menggunakan senjata jarak jauh karena akurasiku buruk, dan aku tidak bisa membawa dua barang karena hendak membopong Ara. 

Kecepatan lari kami benar-benar melambat karena kaki Ara yang terluka, tapi Hunter di belakang pun masih mengurus luka yang di dapatnya. Hal ini cukup menguntungkan, namun kami harus tetap bergegas. 

"Viary gimana keadaan di sana?" Aku bertanya pada Viary tanpa menghentikan langkahku.

"Buruk!" Suara Viary terdengar kacau dari sini, dia terdengar seperti menahan tangis. "Ada Hunter dan Little Girl di sini! Aku masih bisa menahan Hunter itu ta- ukh!" Viary meringis, entah apa yang terjadi padanya. 

"Sebaiknya Lita berlari mengambil kunci lawan, ini waktu terbaik." Ara berbisik, suaranya terdengar lemah, menahan sakit yang dirasa pada kakinya. 

Aku terdiam menggigit bibir, aku tahu aku tidak bisa memilih. Kondisi Ara jelas menghambatku jika aku tetap memaksa membawanya, tapi aku tidak bisa meninggalkannya dalam kondisi ini!

Bruk!

"Ara!"

Ara mendorong tubuhnya menjauh, memaksa melepaskan tanganku darinya. Kaki Ara yang masih belum kuat tidak bisa mempertahankan keseimbangannya dan terjatuh. 

"Pergi, kalau begini terus. Bisa-bisa kita semua kalah." Ara berkata dengan yakin walau wajahnya memucat, aku semakin erat mengepalkan tangan, aku tidak diberikan pilihan.

"Baiklah." Aku berkata kecil dan segera berbalik, berlari meninggalkannya. 

Jalan yang kulewati benar-benar kosong, ketiga musuh sungguhan meninggalkan sarangnya tanpa penjagaan. 

Sudah cukup jauh aku berlari, Ara bahkan sudah tidak terlihat lagi. Entah memang aku yang menjauh atau Ara yang juga sudah pergi dari tempatnya semula. 

CTAS!

Bunyi itu membuatku menoleh, ternyata ada satu Hunter yang datang ke sini! Kenapa mereka bisa kembali secepat itu?

Hunter itu mengenggam cambuk, panjang dan terlihat mematikan. Sepertinya pada tali cambuk itu ditempelkan jarum atau paku? Aku tidak yakin, yang pasti aku harus cepat pergi dan kabur darinya!

Aku mempercepat lariku, dan aku yakin Hunter di belakang juga melakukan hal yang sama. 

CTAS!

"AKH!" Cambuk yang menampar punggungku terasa begitu nyeri, aku sempat terjatuh sebentar, namun segera bangkit lagi. 

Setidaknya aku masih memimpin di depan. Aku harus cepat mengambil kunci itu dan mengakhiri permainan ini!

CTAS!

Hunter di belakang kembali menyerang dengan cambuknya, aku lebih dulu menghindar begitu mendengar suaranya. Tapi sayang cambuk itu mengenai lenganku yang terluka, rasa sakitnya jadi terasa berkali-kali lipat! Aku mengenggam tanganku, memintanya untuk kuat tanpa menghentikan lari. 

"Itu!" Aku berbisik senang begitu kunci itu sudah terlihat oleh mataku.

Hunter itu juga sepertinya sudah menaydari jarakku dengan kunci itu sudah semakin dekat jika mendengar dari derap langkahnya yang kian mencepat. Aku yang tidak ingin kalah juga mengeluarkan seluruh usahaku, berlari sekuat tenaga.

Beruntung aku memiliki kecepatan tambahan di awal tadi, aku masih terus memimpin di depan. Walau sebagai gantinya napasku benar-benar terasa pendek dan dadaku terasa sesak, tapi sebentar lagi! Sebentar lagi kemenangan berada di pihak kami!

PRANG!

Kaca yang melindungi kunci itu pecah begitu aku menebasnya dengan pedang di genggamanku.

CTAS!

"AAKHH!"

Kali ini aku terjatuh berlutut, cambuk itu mengenai punggung dan kakiku, sakit sekali perih. Namun genggamanku pada pilar yang menjadi tempat kunci itu tidak mengendur. 

"DAPA-"

Ucapanku terhenti begitu aku merasakan seuatu menusuk lengan kiriku yang tengah meraih kunci itu. Rasa sakit begitu terasa pada lenganku, pun dengan dinginnya logam yang menusuk.

"HAA!" Aku berteriak, memutar tubuhku. Akibatnya, pisau yang menncap pada lenganku itu terlepas, aku berteriak kesakitan.

Namun aku tidak menghentikan aksi ku yang mendorong Hunter itu menjauh. Tanpa memberi dia untuk bangkit kembali, aku lebih dulu mengambil kunci itu.

"GAME OVER!"

Suara itu terdengar menggelegar di ruangan, sebuah tulisan yang sama dengan ukuran besar itu berputar pelan di tengah langit-langit ruangan. 

Aku menghela napas dan menjatuhkan badanku, "selesai." 

.

.

.

.

.

.

.

.

.

16 Juli 2022

-









Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top