Chapter 22: Harapan Terakhir
Sedari tadi, aku seolah ditampilkan sebuah film dalam layar besar sehingga kedua mataku dipenuhi akan ingatan masa lalu gadis kecil yang terbaring di kasur tadi. Dan sepertinya juga tentang asal muasal bagaimana panti asuhan ini menjadi tidak berpenghuni, ah salah, jadi dihuni oleh gadis dan dua hunter menakutkan itu.
Flora, gadis kecil itu terlihat masih menangis di dalam kamar sebelum akhirnya gambar kamar itu menjauh dan memperlihatkan peri hutan itu yang mengamuk di lorong. Dia tidak lagi menggedor pintu itu dengan membabi buta seperti orang gila, tapi membakar mayat-mayat itu seperti seorang psikopat.
Walau satu persatu mayat penghuni panti itu mulai terbakar, namun anehnya rumah itu tidak ikut terbakar. Bahkan lantai kayunya terlihat baik-baik saja walau mayat di atasnya terbakar oleh api besar.
Aku tidak bisa menciumnya, tapi bisa dibayangkan bau amis mayat manusia yang terbakar itu memenuhi seisi panti. Dan ternyata, dua hunter yang selama ini mengejar kami adalah mayat dari seorang pengurus bernama Qia dan gadis remaja yang membantu Flora kabur tadi.
Mereka dibangkitkan oleh peri hutan itu, dan entah bagaimana, rupanya yang sudah tidak layak dilihat itu tertutupi jubah sepanjang lutut dan rok mereka berganti menjadi celana hitam. Bahkan wajah yang seolah memperlihatkan seberapa menyakitkannya kematian mereka itu ditutupi oleh topeng hitam dengan mata serta mulut bewarna ungu yang tidak kalah menyeramkannya.
Melihat hal itu, aku jadi semakin bingung. Maksudku, kekuatannya kini tidak masuk akal, kekuatan hutan mana yang bisa membangkitkan mayat? Atau bahkan mengganti baju mayat itu? Tapi sepertinya memang sudah disusun begitu karakter peri ini oleh penulis naskah permainan.
Perlahan, setelah semua kekacauan itu terjadi, rumah itu entah bagaimana kembali seperti semula. Jendelanya yang pecah, lantai berlumuran darah dan beberapa perabotan serta pintu yang rusak kembali seperti sedia kala. Entah karena sihir peri itu atau justru segel dari kubah itu yang membuat panti itu kembali indah, rapih dan bersih seperti semula.
Aku tidak melihat bagaimana kehipan mereka yang terjebak di sana setelahnya. Karena begitu rumah itu sudah bagus kembali, pengelihatanku jadi samar dan menghitam secara perlahan.
Sesaat, aku merasa seluruh indraku lumpuh seperti saat itu. Lantas setelahnya, kegelapan yang mengelilingiku itu menghilang bersamaan dengan hadirnya kembali pemandangan kamar milik Qia ini.
'Red House: Hidden Story'
'End'
Tulisan yang berada di bingkai itu sudah berganti begitu pengelihatanku kembali berfungsi dengan baik. Kunang-kunang yang mengelilingi tulisan itu satu persatu terbang menurun seiringan dengan menghilangnya tulisan itu.
Begitu tulisan tadi menghilang sepenuhnya, kunang-kunang itu kini terbang mengelilingi si gadis kecil. Semakin lama, cahaya dari kunang-kunang itu semakin bersinar terang hingga mataku secara refleks menyipit menghindari terangnya cahaya itu.
Walau tidak begitu jelas, aku bisa melilhat kelopak mata gadis kecil yang perlahan membuka bersamaan dengan menghilangnya cahaya kunang-kunang.
Aku cukup terkejut pada awalnya, namun mengingat di cerita itu gadis ini bukan peran jahat dari cerita permainan ini, aku menurunkan kewaspadaanku.
'Sudah berapa lama aku tertidur?'
Aku terhenyak mendengar suaranya yang begitu lembut dan manis, seperti suara yang biasa aku dengar dari putri-putri kerajaan dari kartun yang kusuka dulu. Memang, sebelumnya aku sudah mendengar suaranya di cerita tadi, tapi nada dan caranya berbicara sedikit berbeda dari sebelumnya.
Tidak, jauh berbeda malah.
Aku tidak lagi mendengar nada ceria dan aura positif, kekanakan yang terpancar saat dia berbicara. Flora yang ada di depanku kini, dia terlihat begitu sedih dan putus asa. Dan juga, sisi kekanakannya itu hilang, seolah habis ditelan waktu dan kejadian buruk yang terus beruntun menimpanya.
'Apa kamu penolong dari luar?'
Dahiku mengkerut mendengar pertanyaannya. Apa itu? Penolong dari luar? Terdengar begitu konyol di telingaku. Apa mereka tidak punya peran lain untuk kami?
"Ehm, tidak? Aku hanya tersesat di sini, dan ingin keluar tapi tidak bisa." Aneh rasanya, berbicara dengan NPC. Jadilah aku sedikit mengarang. Ah tidak mengarang juga sih, memang itu peran Runner yang dulunya adalah pendaki 'kan.
'Kalau begitu bisakah kamu menolongku? Aku tidak bisa keluar dari sini tapi sepertinya kamu bisa.'
Aku sudah menduga permintannya itu. Yah, seperti saat menerima quest spesial di dalam game saja. Karena memang begitulah jalan ceritanya.
"Lalu aku akan keluar dari dunia ini?" Sayangnya, aku tidak akan melakukannya jika permintaannya ini tidak cukup menguntungkan. Jika memang ini masih permainan sederhana, aku pasti akan mengikuti alurnya. Tapi tidak lagi, terlalu banyak yang sudah tereliminasi, aku tidak bisa membuang waktu lagi.
'Kalian bisa keluar dari rumah ini, aku memegang kuncinya namun kusembunyikan di suatu tempat. Kubuat hanya orang luar yang bisa mengaksesnya, aku tidak ingin kabur dari tempat ini sebelum peri itu kembali tersegel di tempatnya semula.'
Aku tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dikatakan gadis kecil di depanku ini. "Kau memintaku untuk mengembalikkan peri itu ke sarangnya!? Bagaimana caranya!?"
Gadis itu, Flora, memandangku sejenak. Sungguh, aku tidak lagi bisa melihat sorot mata kekanakan dan polosnya itu sekarang. Tubuhnya memang masih sama, tapi sikapnya seolah menunjukkan dia sudah hidup lebih lama dariku. Dan tentunya mengalami hal lebih banyak dariku.
'Kalian bisa memancingnya ke sana bukan? Saat gerbang panti ini terbuka, dia juga bisa keluar dan mengejar kalian. Jadi percuma saja kalian keluar dari rumah ini tanpa menguncinya di tempatnya semula.'
Dahiku mengkerut sempurna mendengar penjelasannya. Apa dia bilang kami tidak bisa keluar dari permainan ini jika tidak membantunya? Jadi sekarang pintu keluarnya sudah berubah karena aku tidak sengaja membuka Hidden Story ini? Atau memang sejak awal justru pintu masuk atau gerbang itu lah jalan keluarnya?
Ah, berpikir terus tidak ada gunanya. Mungkin nanti aku tanyakan saja pada Ara dan Viary yang sudah mencoba keluar dari pintu masuk itu. Untuk saat ini, aku harus menerima permintaannya. Karena itu satu-satunya jalan keluar.
"Baiklah. Aku akan membantumu."
'Terima kasih.' Flora tersenyum kecil.
'Kalau begitu, kalian harus mencari kunci segel rumah ini.'
Flora melambaikan tangannya dan sebuah layar hologram muncul saat dia melakukan hal itu.
'Mulai Hidden Stage'
Hanya ada tulisan itu pada hologram. Ternyata, kami tidak hanya harus memancing Little Girl itu ke sarangnya. Aku tidak tahu tempat seperti apa yang menunggu kami bersamaan dengan kundci itu, tapi pastilah bukan sekadar tempat sederhana yang aman dan damai.
'Aku menyimpan kuncinya di suatu tempat, layar ini adalah akses jalan masukmu. Kamu hanya perlu menyentuhnya dan kamu akan berpindah ke sana.'
Tanpa basa-basi lagi, aku menyentuh layar hologram itu. Entahlah kejadian di depan nanti akan lebih sulit atau mudah, atau biasa saja. Sekarang yang kupikirkan hanyalah menjalani dulu semua keinginan permainan ini. Aku bisa menghajar orang-orang ini begitu aku keluar dari sini.
Seketika, sekitarku kembali memudar dan menghilang secara perlahan begitu aku menyentuh hologram itu. Bersamaan dengan hal itu, hologram tadi juga menghilang dan meninggalkan Flora yang tersenyum tipis padaku, entah apa maksudnya.
'Semoga beruntung.'
Kalimat itu adalah hal terakhir yang kudengar dari Flora. Dan bibirnya yang tersenyum simpul yang kulihat terakhir kali sebelum benar-benar pengelihatan menjadi gelap menumbuhkan persaan curiga pada keputusan yang kuambil.
Kegelapan itu tidak betangsur lama sebelum akhirnya pengelihatanku kembali secara tiba-tiba.
Tubuhku terasa seperti jatuh dari jarak yang pendek, membuat kakiku yang memijak kehilangan keseimbangannya selama beberapa detik. Namun setelah mendapatkan kembali keseimbanganku, aku bisa melihat kakiku yang memijak di atas lantai bercahaya berwarna merah muda yang teramat terang.
Belum sempat aku mengedarkan pandangan untuk melihat keadaan ruangan ini, sebuah kilatan cahaya muncul dari kananku, membuat pandangan dan perhatianku teralih pada hal itu.
Beberapa detik setelahnya, Ara muncul di tempat cahaya itu terlihat. Tubuhnya tiba-tiba hadir begitu saja dalam sekejap mata. "Ara?" Aku kebingungan, caranya muncul aneh sekali, namun tidak bisa dipungkiri aku senang karena Ara tidak apa-apa.
"Woah!" Selain suara Ara yang terkejut dengan perpindahan tiba-tiba ini, aku mendengar suara lain yang familiar, Viary. Mereka berdua terlihat kebingungan akan semua hal yang tiba-tiba ini, sedangkan aku menatap mereka bergantian, senang sekali melihat mereka baik-baik saja.
"Tempat ini lagi." Aku mendengar gumaman Ara samar, dia terlihat mengetahui tempat ini, walau dari gelagatnya sepertinya dia membenci tempat ini.
Aku bisa mengetahuinya dari raut wajahnya yang samar menunukan amarah, sangat tipis emosi itu tergurat di wajahnya karena tidak banyak yang berubah kecuali nada dan senyum ramahnya yang menghilang. Jika tidak memperhatikan dengan baik dan mengenalnya, mungkin hal itu tidak bisa kusadari.
"Kenapa dengan tempat ini?" Aku bertanya dengan hati-hati. Aku tahu betul seseram apa Ara jika dia sudah marah, walau dia jarang sekali merasa kesal atau marah.
Ara tersenyum kecil padaku sebelum menjawab, senyum yang terlihat pahit dan menyedihkan. "Yah, tempat ini sepertinya digunakan untuk babak tambahan atau babak bonus. Kita bermain permainan dan mendapatkan Buff jika memenangkannya." Ara menggantung kalimatnya, terlihat seperti sedang mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan kalimatnya.
"Dan aku kalah saat bermain, karena itu lawan bisa mengetahui posisi kita selama lima belas menit. Maafkan aku." Ara sedikit menunduk, dirinya terlihat tengah menahan tangis. Aku tidak tahu apa saja yang terjadi padanya selama kami berpisah, tapi sepertinya Ara melewati banyak hal sampai dia terlihat begitu lelah luar dan dalam.
Aku terdiam sejenak sebelum menjawab, selama ini kami seperti tidak diberi kesempatan untuk beristirahat dan bernapas. Selalu saja ada hal yang terjadi di saat kami mulai merasa santai dan akhirnya bisa berharap semuanya akan membaik.
Aku bahkan tidak begitu menyadarinya sebelumnya, aku kini begitu merasa lelah dengan semua permainan bertahan hidup ini, ingin rasanya berhenti sejenak dan melupakan semuanya. Namun aku tetap tidak bisa mengabaikan sisi diriku yang masih mengatakan untuk bertahan hidup.
Tapi semua hal yang terjadi selama berjam-jam terakhir benar-benar membuatku muak. Apa setelah Raka akan ada dari kami yang tereliminasi lagi? Apa tidak mungkin bagi kami semua untuk selamat bersama? Setidaknya aku, Ara, Viary dan Edy harus bisa-
Tunggu, sepertinya aku tidak melihat Edy sedari tadi?
"Edy? Edy tidak di sini?" Kepalaku refleks menoleh kesana-kemari mencari sosoknya itu. Seingatku, beberapa saat yang lalu hanya Ara dan Viary yang muncul, tidak ada Edy.
"Aku tidak melihatnya ..." Ara menggeleng pelan, aku langsung menoleh pada Viary, meminta jawabannya. Namun dia juga menggeleng kecil, "Aku terlalu fokus melarikan diri ... Aku tidak melihat siapa pun."
Jangan ... Tidak mungkin kan?
"Selamat datang Berry, Luna dan Viary! Para peserta yang berhasil bertahan dan membuka Hidden Stage! Terima kasih karena sudah sampai sejauh ini, kalau begitu bagaimana jika kita langsung mulai permainannya?"
Kalimat yang terucap oleh suara itu bagai mimpi buruk bagiku. Buncahan perasaan acak dan tidak kukenali ini begitu terasa menyesakan dada kala mendengar perkataannya tentang peserta yang berhasil bertahan.
Apa itu artinya ... Edy tertangkap? Sejak kapan?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
19 Juni 2022
Author's Note
Ya Ampuunnn, iya Litaa ayangmu ketangkap ama hunter karena Viaaa.
Di sini Lita kelitan bego banget karena sisa dia doang yang gak ada curiga-curiganya ke Via. Tapi tenang, karena kejadian ini dia jadi curiga kok ke Via~ (Iya, Edynya harus mati dulu baru dia sadar)
Dan kabar gembira untukku!
Klimaksnya bentar lagi beres! Dan cerita ini bentar lagi tamat!
Yey, aku bisa nulis Nefelibataaa, aaa seneng banget gak perlu selingkuh :'D
Target bulan ini Doll beres sih biar Nefelibata bisa diikutin di event MWM-nya NPC biar cepet tamat. Sekalipun updatenya belum beres, setidaknya chapter di draftnya harus udah beres. Jadi aku gak keteteran harus ngejar minimal MWM sambil nulis Doll juga.
Owkey kalau begitu aku sudahi AN nya! Aku ingin kembali menulis chapter selanjutnya~
Babay!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top