Chapter 1: Invitation

Matahari tidak seterik sebelumnya. Posisinya yang sudah tidak tinggi menandakan pukul tiga sore hanya tinggal beberapa menit lagi. 

Aku berbalik, mengalihkan pandangan dari jendela menuju jam dinding di atas papan tulis. Gawat, sebentar lagi pembukaan event-nya akan dimulai! Kalau begini, bisa-bisa aku enggak dapet limited item-nya!

Ah, sungguh deh. Padahal bel sekolah sudah berbunyi dari sejam yang lalu, tapi guru yang mengajar sepertinya lupa waktu dan belum kunjung menutup kelas. Mana orangnya tidak percaya saat diberitahu jam sekolah sudah berakhir, guru itu malah mengatakan memang ada kelas tambahan hari ini. Hah, menurutku sepertinya dia sengaja membuat jam pulang kami ngaret.

Dua menit setelahnya, kelas pun diakhiri. Aku buru-buru menyambar tas dan menumpahkan semua alat tulis di meja ke dalamnya. Bodo amatlah jika berantakan, aku harus cepat!

Lantas aku berlari keluar begitu guru meninggalkan kelas. Beberapa anak kelas yang lain pun begitu, membuat pintu kelas jadi berdesekan. Namun untunglah di koridor sepi, jadi tidak perlu lagi berhimpit-himpit. 

Yah lagipun, memang hanya tersisa diriku yang berlari di koridor sementara yang lain hanya berjalan santai sembari mengomel tentang tambahan kelas tadi. Tapi aku tidak peduli dengan omelan mereka, tidak tertarik untuk ikut mengomel bersama mereka. Sekarang, mendapatkan skin limited itu jauh lebih penting! Pokoknya aku harus mendapatkanya.

Aku tidak perlu khawatir akan menabrak seseorang saat berlari melintasi koridor, entah kenapa sepanjang berlari tadi, aku tidak bertemu seorang murid pun dari kelas lain. Apa hanya kelas kami yang satu-satunya mendapat kelas tambahan hari ini? Ah, apapaun itulah, aku tidak peduli.

Begitu sampai di parkiran, aku menyambar sepeda milikku, menaikinya dan mengayuh sekuat tenaga melewati gerbang sekolah. Mungkin karena sudah sore, jalanan jadi cukup padat, aku tidak bisa mengendarai sepeda dengan cepat jika tidak ingin ada hal tidak mengenakan terjadi.

Aku berbelok, memilih melewati gang kecil. Setidaknya jalan ini tidak penuh dengan kendaraan. Walau cukup sulit melewati gang yang lebarnya hanya sekitar dua atau tiga orang dewasa, tapi tetap lebih baik daripada harus menunggu antrian kemacetan yang tidak ada akhirnya itu. 

Ponselku berbunyi nyaring, aku melirik kantong tempat ponselku berada. Nanti-nanti sajalah kujawab.

Tapi ternyata, siapapun orang yang berada di balik paggilan itu sangatlah keras kepala. Dia tiga kali menelepon secara beruntun, membuat telingaku jengkel mendengar bunyi dering panggilannya.

Mau tidak mau aku menepi, dering panggilan itu seakan tidak mau berhenti sebelum aku mengangkatnya. "Aish, siapa sih?" gerutuku sembari merogoh kantong.

'🐶🐶🐶' muncul sebagai nama pemanggil di layar. El ternyata.

"Apa astaga?!" Aku mengangkatnya dengan kesal.

"Buruan! Tiga puluh menit lagi! Aku sama Ara udah—"

"Ya ini lagi jalan pulang! Kamu kenapa nelpon-nelpon segala! Udah ah kututup!" Aku menggerutu sembari mematikan panggilan. Jelas sekali dia tau aku harus cepat, kenapa malah menyita waktuku begini? 

Aku lantas kembali mengayuh begitu ponsel sudah kumasukan pada kantong jaket beresleting. 

Tidak lama kemudian, jalanan gang berakhhir. Untunglah aku tidak bertemu pengendara motor di gang tadi. Kini tinggal beberapa kelokan, gerbang perumahan akan tampak.

Tiga menit berlalu dan sepedaku sudah melewati gerbang perumahan, aku menambah kecepatan. Jalanan di perumahan terhitung sepi, belum lagi dengan jalannya yang lebar dan mulus. Sepedaku bisa melaju cepat tanpa mengkhawatirkan apapun.

Rumahku tidak begitu jauh dari gerbang perumahan. Hanya beberapa kelokan, aku sudah bisa melihat rumahku dari jauh.

Aku melompat turun dari sepeda begitu masuk ke pekarangan rumah, menuntun sepeda ke samping rumah dan memakirkannya. 

Di teras tadi, sekilas aku melihat sepatu El dan Ara. Sepertinya mereka berada di sini, mungkin di ruang tamu atau di kamarku. Setelah memastikan sepedaku rapih, aku berlari menuju pintu belakang dan langsung ke lantai dua menuju kamar. 

Seperti yang kuperkirakan, El dan Ara sudah menunggu di kamarku. Duduk bersantai dengan laptop atau tablet mereka masing-masing. 

"Lama banget," celoteh El begitu aku masuk kamar. Anak ini, baru aku masuk sudah cari masalah saja.

"Diem deh." Aku membalas singkat. Tanpa mempedulikan dia, segera membuka laptop dan log-in, lantas meng-claim item yang terbatas dan khusus untuk pemain lama tersebut. Tiga menit lagi item itu hangus, nyaris saja.

"Baru beres kelasnya?" Ara yang duduk di depanku mengangkat kepalanya, menatapku dari balik layar laptopnya.

"Yah, begitu deh. Beruntung banget kelas kalian enggak ada kelas tambahan." Aku menghela napas sembari bersender pada kaki kasur, menyamankan diri. Untunglah tadi masih sempat. Kalau saja guru tadi memperpanjang jam belajarnya, aku benar-benar akan kehabisan.

"Kelas kamu yang sial. Kelas yang lain enggak ada kelas tambahan kok, kelas kamu aja." El terkekeh dan aku terkejut mendengar kalimatnya. Jadi hanya kami yang belajar hingga sore?

"Ck, ini pasti Pak Karun lupa jadwal lagi." Aku berdecih pelan. Kalau tadi pulang sesuai jadwal, aku tidak perlu terburu-buru seperti tadi. Tapi yah, kelas yang dipegang Pak Karun memang selalu ada masalah. Tahun lalu saja kelas Pak Karun salah mengingat jam keberangkatan untuk wisata angkatan. Sejak awal aku sudah menyesal berada di kelas yang dipegang oleh Pak Karun.

"Yang penting masih sempat. Kasian juga Pak Karun, sudah tua begitu. Pasti banyak lupanya." Ara tertawa kecil, memang kelewat baik dia itu. Tapi yah, ucapan Ara ada benarnya.

"Udah ah, bahas Pak Karunnya. Aku mau main nih. Ada cemilan gak, Ta?" El, dengan sangat tidak tau dirinya, mengambil tempat di atas kasurku. Dia sungguhan bersikap seperti tuan rumah di rumahku ini. Sangat tidak tahu diri sekali.

"Cari aja sendiri sana!" Aku menunjuk pintu dengan dagu, sekalian menyuruhnya pergi. Melihatnya sesantai itu di kasurku membuatku kesal. Dia mencuri tempat nyamanku dan berbaring di atasnya dengan seragam yang bau keringat, menjijikan.

El menatapku jengkel sebelum beranjak dari kasur dan pergi. Untunglah dia tidak lagi punya kebiasaan menghentakkan kakinya saat jengkel. Kalau masih, bisa roboh lama-lama lantai rumahku. 

"Tapi Ta, mereka mau ngeluarin game baru, 'kan? Kamu mau nyoba?" Ara memulai pembicaraan.

"Ya pengen sih. Cuma VR kan? Bisa beli laptop ini aja aku udah seneng banget, enggak tau deh bisa nyoba atau enggak. Game-nya juga rumornya bakal mahal. Kalau aja bisa minjem, tapi ke siapa?" Aku menghela napas. Dari awal-awal rumornya pun, aku sudah menanti game itu rilis. Tapi apa daya kalau tidak bisa beli? Padahal genre gamenya tipe yang paling kusuka, belum lagi dengan karakter anak kecil berkepang dua dengan gaun merah itu yang sangat menarik perhatianku, sepertinya cerita dalam gamenya akan keren.

"Lit, ada paket tuh." El datang dengan tangan penuh makanan ringan. Seharusnya aku tidak biarkan ambil sendiri, bisa-bisa habis camilanku olehnya.

"Kenapa enggak diambil aja sekalian?" 

"Penuh. Lagian jauh dari dapur ke depan." El mengangkat bahu, tapi aku jelas-jelas melihatnya sedikit tersenyum.

"Sengaja kan buat aku repot?" Aku memutar bola mata kesal sembari beranjak turun ke bawah. Awas saja kalau dia bohong, kuambil semua camilannya.

Aku menuruni tangga dengan sedikit berlari. Begitu sampai di dekat pintu masuk, ternyata kurir paket benar ada di depan. Aku berlari kecil, membuka pintu untuknya. 

"Untuk Luna? Benar?" Aku terdiam begitu mendengar nama yang disebutnya. Nama itu nama yang kugunakan untuk akun game ku, dan hanya sedikit yang tau username ku. "Dari siapa ya?" tanyaku lagi. 

Entah kenapa, aku punya dugaan yang mengirimnya adalah perusahaan LnG. Maksudku, siapa lagi yang mau mengirimi barang padaku dengan nama itu kan? Kecuali ini paket iseng-iseng dari El lagi, yang isinya barang-barang tidak berguna. Dia bahkan pernah mengirimiku kardus besar saat ulang tahunku, tapi isinya hanya kumpulan kertas!

"Perusahaan LnG." Jawaban singkat kurir itu sungguhan membuatku terdiam di tempat. Sebelum aku benar-benar berteriak kegirangan, aku menerima paket yang dibungkus dengan kotak kecil itu.

"Tunggu sebentar." Kurir itu menghentikan aksiku yang hendak menutup pintu dan berteriak kegirangan. Aku menoleh, menatapnya. Masih mengendalikan eskpresiku.

"Rumah sebelah, sepertinya kosong. Saya titip ini, nanti tolong kasihkan kalau orangnya sudah pulang." Aku menerima dua kotak lainnya. Nama 'Berry' dan 'Azura' tertera di dua kotak lainnya. Nama itu jelas nama yang dipakai Ara dan El. Ah, padahal baru saja ingin kusombongkan hal ini pada mereka, ternyata mereka juga dapat. Atau, jangan-jangan memag semua pemain dapat?

Kurir itu lantas pergi setelah mengucapkan terima kasih. Aku menutup pintu dan berlari kegirangan ke atas. "Ara! El!" Aku meneriaki nama mereka tanpa sadar.

Begitu sampai di ambang pintu kamar, aku menunjukkan ketiga kotak di pelukanku pada mereka. Ara dan El menoleh, aku mendatangi mereka dan memberi meraka kotaknya masing-masing.

"Perusahaan LnG!? Serius perusahaan yang itu!?" El berteriak tidak percaya, aku mengangguk semangat padanya.

"Jangan-jangan ini hadiah survei yang waktu itu? Kalau iya, kita beruntung banget." Aku ber-oh panjang begitu mendengar kalimat Ara, baru ingat kalau beberapa minggu sebelumnya kami mengisi survei berhadiah sebagai tanda anniversary perusahaan LnG.

"Coba buka yang kamu dulu." El menunjukku asal. Aku mengkerutkan dahi, memang apa bedanya kalau aku dulu yang membuka? Ah tapi sudahlah, kulakukan saja.

Aku mengambil posisi duduk di depan laptop, setelahnya Ara dan El mendekat ke sebelahku, memperhatikan. Kotak berwarna coklat yang dilapisi dengan banyak selotip itu kubuka, di dalamnya terdapat kotak kecil lagi berwarna merah mencolok seukuran genggaman tanganku. Bahan kotak merahnya saja sudah terlihat mewah walau ukurannya terlihat kecil, kira-kira apa isinya?

Di atas kotak berwarna merah itu, sebuah logo tergurat mengkilau. Logo itu sederhana, hanya kancing berwarna hitam. Kancing itu memiliki bulatan yang cukup besar di empat tempat, terbagi rata. Seperti kancing untuk mata boneka.

"Ini kan, logo game yang baru itu?" Ara berceletuk, tapi apa yang dikatakannya benar. Walau game tersebut belum rilis, tapi logo dan cuplikan konsep game sudah ada dimana-mana. Jadi pembicaraan bagi semua pecinta game, bahkan yang tidak begitu suka bermain game pun cukup banyak yang tau.

"Tidak mungkin kan?" El tertawa parau, aku mengangguk dan ikut tertawa canggung. Tidak mungkin kan mereka memberi kami game itu secara cuma-cuma?

Entah kenapa, semenjak melihat logo game itu tanganku jadi gemetar karena gugup. Satu sisi aku merasa mustahil, tapi sisi yang lain memang berharap aku juga bisa memainkan game tersebut setidaknya sekali seumur hidup.

Aku membuka kotak itu perlahan. Sesaat, kotak tersebut terasa sedikit sulit membukanya, mungkin karena magnetnya. Tanpa sadar, aku sedikit menjauhkan pandangan dari kotak itu, sedikit enggan melihat isinya. Dan begitu tutup kotak terbuka sepenuhnya, dapat terlihat di dalam sana ...

Sebuah kertas.

Benar-benar kertas. Malah lebih terlihat seperti kartu nama, hanya saja kartu nama yang berkelas. Melihatnya saja kertas itu tampak berkilau dan tebal. Tulisan berwarna emas terulis di atas kertas berwarna hitam itu, terlihat elegan.

Aku mengambil kertas yang nampak elite itu. Ternyata, di bawah kertas terdapat sebuah pin yang biasa digunakan untuk jas. Pin tersebut dikelilingi dengan gabus yang dilpisi kain licin, lembut namun tebal. Tersimpan di tengah layaknya sebuah cincin.

Tapi kukesampingkan dulu pin itu, memilih membaca tulisan yang ada di kertas itu terlebih dahulu.

'Selamat karena anda terpilih sebagai salah satu pemain uji coba untuk permainan video kami: Red House.

Harap datang ke lokasi uji coba pada tanggal 12, bulan Mei, tahun 2022, pukul 16:00.

Terima kasih sudah mengikuti survei kami sebelumnya.'

.

.

.

.

.

Edited 23/11/2022

08 April 2022

Author's Note

Enggak, kalian enggak salah baca tanggal. Memang aku nulis AN nya tanggal 8. Publisnya aja baru tanggal 10.

BEKOS

Aku punya banyak simpanan chapter HUAHAHAH

//sombong banget

Jadii ya begitulah chapter hari nii~

Gimana setelah ku revisi? 

Yup, tiga chapter awal pas zaman MWM kemarin kuhapus dan kuperpendek jadi satu chapter. Karena aku pun ngerasa bertele-tele banget.

BAI DE WEI!

Sekarang, Doll punya jadwal update~ Hwhwhw

Tepatnya setiap hari sabtu dan minggu! 

Tapi karena sekarang baru rilis, dan adikku bilang, "Pertama upload enggak tiga chapter aja?" Dan akhirnya aku memutuskan update tiga chapter untuk minggu pertama (Tapi termasuk prolog kemarin hehe)

Please look forward to it~

Karena aku bener-bener revisi storylinenya kali ini dan Insyaa Allah updatenya lancar. (Do'ain sampe lancer banget biar bisa update 3xperminggu) 

Okayy, sampai babay di besok!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top