chapter 11

Prilly's pov

"Mill ali lama amat sih hanya bayar makanan aja lama banget " ucap vani mulai bosan menunggu ali aku hanya terdiam sambil memainkan ponsel ku guna mengusir ke bosanan ku.

"Eh prill lo liat deh itu bukannya ali ya kok dia kayak emosi gitu?" Aku mengalihkan pandangan kearah tunjuk milla yg mengarah ke tempat pembayaran makanan.

Benar saja disana ada ali sedang apa dia disana? Kenapa dia nampak sedang kesal?.aku terus memperhatikan ali dari jauh yang nampak kesal menatap wanita dihadapannya ,aku memicingkan mata ku saat mengetahui siapa wanita yg ali bentak itu hingga mencuri perhatian banyak orang.

'Laura' apa gadis itu dak punya rasa malu dilihat banyak pengunjung restorand dan sikapnya biasa saja? Ck kurasa wanita itu urat saraf malunya sudah putus mungkin?!.

"Itu bukannya si laura ya? Tu orang napa sih dimana-mana selalu ada udah kayak nyamuk aja tuh orang?"ucap milla kesal aku menatap milla bingung seolah tau maksud tatapan ku milla menghela nafas kesal.

"Maksud gue itu kan nyamuk itu tiap hari selalu ada dimana-mana mau di rumah , gudang,sawah,kamar mandi dan nyamuk itu merugikan, dia hanya meghisap darah manusia hingga meninggalkan firus demam berdarah bagi anak-anak, dewasa atau orang tua" jelas milla panjang lebar aku hanya manggut-manggut mengerti meski aku masih sedikit mengerti.

"Baiklah dokter milla yg jenius bisakah kita tidak hanya berdiam diri di sini? Sedangkan dokter ali tampan milik mu prilly sayang dalam bahaya bersama gadis kampret itu"ucap vani kesal lalu beranjak pergi menuju kearah ali dan laura aku yg melihatnya dengan segera menyusul vani sedikit berlari kecil menyamai langkahnya yg tergesa-gesa mungkin karna emosi.

######

Vani dengan kecepatan angin menampar pipi mulus laura hingga menghasilkan bunyi yg nyaring, sedangkan aku yg menyaksikan kejadian tersebut hanya terdiam suasana kini semakin memanas pengunjung tak ada satupun yg berani melerai pertengkaran ini.

Laura yg merasa tak terima menatap tajam vani dan juga melayangkan tamparan ke pipi vani sangat keras mampu membuat vani terjatuh. Aku dengan sigap menolong vani berdiri kakinya yg terkilir karna terjatuh dan juga ujung bibirnya yg sedikit memar membuat ku geram menatap laura tajam.

"Hukuman buat lo makanya jangan sok mau jadi PAHLAWAN deh "ujar laura dengan menekankan kata 'pahlawan' aku yg sudah cukup kesal berdiri dan berjalan santai kearah laura.

"Mau apa lo? Mau ikut-ikutan juga lo? Gausah deh ntar lo lecet udah sana anak kecil jangan ikut-ikutan deh" ucapnya santai tanpa dosa wanita ini benar-benar sudah mengundang kemarahanku dan ditambah lagi anak kecil? Hei aku ini bukan anak kecil!!

Aku berjalan semakin mendekat bahkan milla ingin menahan ku namun ali menahannya aku tak peduli yg jelas aku ingin melenyapkan wanita iblis dihadapanku ini. Setelah jarak diantaraku dan laura sudah dekat aku menarik rambut panjangnya itu kasar membuatnya mengadu kesakitan.

"Lepas! Sakit bodoh! Apa yg lo lakuin ha?!! Lepasin gue"ringisnya memohon tapi aku tak memperdulikannya aku malah semakin menarik rambutnya agar dia merasakan bahwa yg ia lakukan adalah kesalahan besar karna sudah memancing emosiku.

"Sakit? Gimana rasanya? Ini belum seberapa! Lo ingat ini baik-baik kapan perlu lo simpan di memori otak lo kalau lo berurusan dangan orang yg salah! " aku melepaskan rambut kasar dia menatapku tajam kemudian berlalu pergi mungkin karna malu.

Aku lupa kalau aku tak boleh terlalu emosi dan aku mulai merasakan sesak di dadaku aku memerlukam obat sialan itu!!.

"M..illa obat gue"ucapku lirih mencoba menahan sakit di dadaku.

Tapi rasanya milla terlalu lama aku sudah tak kuat lagi mataku mulai berkunang-kunang masih bisa ku dengar jelas suara ali yg panik dan masih menepuk pipiku pelan dan semuanya gelap.

#########.

Huaa!! Ini gaje :'( ya? Gak ada pikiran buat nulis sih sebenarnya tapi bosen aja :b

Masih mau lanjut? *naikturuninalis

Vote koment guys

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top