Akabane Karma

Ansatsu Kyoushitsu © Yusei Matsui
Story © ShuheiAika
.
.
.

✿✿✿

Hari yang sangat mengesalkan untukmu, pasalnya koro-sensei memberi tugas yang aneh dan menyebalkan. Tugas tari berpasangan dan parahnya harus dengan lawan jenis. Kau pusing. Hal itu dikarenakan olehmu yang sukit menghafal gerakan dan juga kau tidak terlalu dekat dengan anak laki-laki di kelas 3E. Ah, mungkin kecuali Nagisa. Tapi, dia pasti bersama kayano.

“hah... beraninya Koro-sensei. Setelah memberi tugas aneh itu dia langsung ke Itali membeli es krim. Ngajak ribut,” omelmu.

“Ada apa, (f/n)-san?” tanya gadis berambut hijau yang tak lain adalah Kayano

“Sampai saat ini aku belum menemukan pasangan untuk menari,” eluhmu.

Kayano tampak memasang wajah berpikir, “Hm... bagaimana dengan Karma-kun? Seinatku dia masih belum berpasangan.”

“Gak akan aku sama dia. Lagian aku juga nggak pernah bicara sama dia,” tolakmu.

“Ya, mangkannya kenalan dong. Dia gak jahat-jahat amat kok.”

Kau menghela nafas pasrah. Yah kalau dipikir lagi, daripada tidak mendapat pasangan. Lebih bik bersama setan merah itu.

“O-okelah, tapi kayano-san bantu aku bicara dengan Akabane-san ya,” pintamu memelas.

Kayano hanya mengacungkan jempolnya dan melakukan wink yang entah kenapa membuatmu jijik.

Sepulang sekolah, sesuai janji kayano mengantarmu pada si setan merah itu. Kau yang notabenenya sangat pemalu pada orang baru, membuatmu berkeringat dingin dan disko jantung.

“Karma-kun!” panggil kayano.

Karma hanya menoleh dengan tidak semangatnya. Matanya memincing saat melihat dirimu di sebelah kayano.

Kau dan kayano kini berdiri di hadapan Karma. Kayano menyikut tangamu dngan pelan.
Kau terkaget lalu tertunduk malu. “emm... emmm... a-apa ak-akabane-san sudah dapat pasangan menari?” tanyamu gugup.

Karma menaikkan sebelah alisnya. Di bibirnya sudah muncul cengiran khasnya itu. Terbesit keinginan untuk menjahilimu. “he~ memangnya kenapa?”

“mau pasangan denganku tidak?” tanyamu dengan pelan.

“apa~ gak denger nih~”

“mau pasangan denganku tidak?” ucapmu dengan suara biasa dan muka yang ingin emosi.

“apa? Sepertiya aku tuli dadakan nih~”

“mau pasangan denganku tidak!” teriakmu tak sabaran. Kesal dengan tingkah karma.

(f/n) sabar, tarik nafas dalam-dalam lalu keluarkan, kau harusnya tau akabane ini orangnya agak...’ kesalmu dalam hati.

Kayano yang masih disana berusaha menahan tawanya. Lmenurutnya tingkahmu itu lucu.

Tawa karma pecah. “ahahah... kamu itu lucu ya kalau lagi marah, (l/n)-san.”

Mukamu merah menahan malu. “ap-apaan sih!?” kesalmu.

“oke, aku  jadi pasanganmu.”

Matamu langsung berbinar dan di bibirmu terukir senyuman manis. “terimakasih ya, akabane-san!”

Esoknya, kau dan karma sudah berjnji untuk kerja kelompok di rumahnya sepulang sekolah.

“Eh, jadi ini rumahnya?” gumammu.

Tanpa basa-basi kau langsung masuk ke dalam rumahnya dan mengetuk pintu disana.

“Akabane-san, ini aku (l/n).”

Tak lama Karma membukakan pintu. “silakan masuk~”

Kau pun melangkahkan kakimu ke dalam rumahnya. Sektika bau wewanginan india memenuhi indra penciumanmu. Kau pun  uduk di sofa yang ada di rumah itu.

“Jadi, gimana gerakan tarinya?” tanyamu antusias.

“Entah,” Karma mengendikkan bahu.

“uh...aku nggak bisa nari,”

“Aku ada ide, sini liat handphone ku!” perintah karma.

Kau pun mendekati karmauntuku melihat vidio yang karma tunjukkan. Ntah kenapa karma merasaakan debaran aneh ketika kau mendekatinya. Tak mungkin dia langsung jatuh cinta padamu.

Keringat dingin mengucur deras di pelipismu pasalnya, karma menunjukkan vidio dansa dan kau sama seklai tidak menyukainya. Ditambah lagi harus bersentuhan dengan karma membuatmu gugup.

“apa tidak ada contoh lain?” tanyamu gugup.

“kalau berpasangan, aku cuma kepikiran ini.”

“A-aku nggak bisa, aku nggak suka berpegangan tangan dengan lawan jenis.

Karma menaikkan salah satu alisnya. ‘pantas saja, di kelas laki-Laki yang dekat dengannya cuma nagisa.’

“he~ klau begitu, ayo kita latihan pegangan tangan.” Kau meneguk ludahmu kasar.

“Maaf ya, Akabane-san, aku merepotkan,” ucapmu tertunduk.

“Oke, ada syaratnya.”

Kau menoleh dengan cepat. “A-apa!?”

“Panggil aku dengan nama depan ya.”

“tap—“

“Aku tak terlalu mementingkan formalitas.”

“Oke, Aka-Karma-kun.”

Karma menjulurkan tangannya. Kau dengan ragu menerimanya, meskipun harus menutup mata. Jantngmu bederbar dengan kencang saat tanganmu menyentuh tangan Karma. Tangannya besar, menuutmu. Sedangkan menurut karma, tanganmu terasa kecil, halus, hanat, dan pas di tangannya. Seakan tangan  milikmu itu bagian dirinya.

“Bagaimana? Berpegangan tanagn dengan lelaki tak akan membuatmu mati kok, (l/n),” ucap Karma enteng.

“Iya, tapi aku akan gugup. Jantungku bisa berdebar,”

“He~ apa jangan-Jangan kamu suka aku ya~” goda Karma.

Reflek  mukamu langsung memmerah. “Ap-apaan sih!?” bantahmu.

“Kamu memang lucu banget ya.”

“Jangan gitu.”

Karma memasang wajah penuh tanda tanya.

“Aku tahu kok, kamu suka Okuda-san,” gumammu.

“Apa?” karma memasang raut wajah tak mengerti.

“Tidak ada, ngomong-ngomong ayo latihan!” elakmu.

Kalian berdua pun berlatih, meskpun terkadang Karma menjahilimi dengan cara menggelitiki mu. Membuatmu ingin menutilasinya saat itu juga. Yah, itulah Akabane Karma kalau tidak jahil bukan dia namanya.

“Fuh, capek,” ucapmu dengan helaan nafas.

“Dasar lemah,” sindir karma.

Kau mulai terbiasa dengan ejekan yang karma berikan meskipun terkadang membuatmu sedikit jengkel.  Tiba-tiba Karma beranjak dari sofa dan menuju dapur rumahnya. Karena penasaran, kau mengintipnya sedikit.

Dimana orangtuanya?’

Hal itu yang terbesit daam pikiranmu ketika melihat sepinya rumah Karma. Kau terlelap dalam pikiranmu mengenai Karma. Menurutmu dia itu cowok keren yang unik.

Tiba-tiba benda dingin menempel di pipi putih nan kenyalmu itu. Kau pun tersadar dari lamunan dan kaget. Bisa kau lihat karma ada di depanu dengan segelas jus buah di tangannya.

Kau memiringkan kepalamu dengan tatapan tanda tanya.

“mau tidak?” tanya karma

Degan ragu kau menerim jus itu dari tangan karma. Tak lupa, kau membaui minuman tersebut. Karena sangat mencurigakan jika karma memberi sesuatu.
“Ini nggak ada racunnya kan?” tanyamu.

“untuk kali ini~ tidak ada,” jawab karma enteng.
Wajahmu memucat. Enggan meminum jus yang tampak menggiurkan itu.

Karma menghela nafas lelah dan tanpa basa-basi dia mengambil jus yang ada di tangamu. Lalu, meminumnya.

“lihat, nggak ada apa-apa kan?”

“o-oke, makasih ya.”

Setelah istirahat sejenak kau kembali berlatih. Sudah pernah kau tegaskan sebeluya, jika kau sulit menghafal gerakan. Jadi, kau dan karma sering mengulang-ulang gerakan sehngga hal tersebut ukup menguras tenaga. Paahal, karma sendiri sudah menghafal gerakannya.

mou, karma-kun. Aku nggak bisa,” rengekmu.

“kamu ini benerna buruk dalam menari ya,” ucap karma blak-blakan.

Entah kenapa hal itu mmbuatumu seperti ditusuk jarum dadakan.

“aku sampai hafal dengan gerakanmu loh,” ucap karma.

Tanpa perintah tiba-tiba kram memngan tangnmu dengan tangannya. Menggerakkan kedua tangamu sesuai pose tarinya. Kini jarak kalian sangatlah dekat, sehingga membuatmu tak bisa fokus. Ditambah lahi dengan bau tubuh karma yang khas membuatu sedikit terkagum .entah, kesurupan apa tapi hari ini dia berbaik hati mengajarimu menari. Yang entah kenapa membuatmu sangat senang.

“Ma-makasih ya, Karma-kun.”

“ya, nggak mau praktek lagi?” Kau pun menganggukkan kepalamu.

Kalian mencoba pratek satu kali lagi. Tangan kanan karm menyuntuh punggungmu sementara tangan kirinya menggenggam tangan kananmu. Tangan kirimu kalu letakkan di dadanya yang cukup bidang. Kalian menari emngikutu setiap alunan dan irama musik yang ada. Gerakanamu masih ada yang salah, tetapi karma berusaha menutup kesalahan itu. Entah kenapa, hari ini menurutmu Karma sangatlah baik. Kau jadi curiga dengannya. Kalau saja dia selalu baik seperti ini, kau yakin akan ada banyak perempuan yang menyukainya. Dia juga memiliki wajah yang cukup tampan, jadi tak heran.

Setelah alunan musi berhenti, kau masih tetap pada posisimu. Wajahmu memerah lalu kau mengangkatnya agar bertemu dengan wajah Karma.

“Terimakasih ya, Karma-kun,” ucapmu dengan tulus,

Karma terdiam disana. Tidak mengerti harus menjawab apa. Seakan-akan syarafnya telah putus.
Kau melepas posisimu dan duduk bersandr di sofa. Keringat mengucur dengan deras di dahimu.

“hah....”

Tiba-tiab karma duduk di sampingmu degan membawa buku tipis. Lalu mengipaskannya di depanmu dan dia. Agar karma terkena anginnya juga. Dia mendekatkan wajahnya padamu.

“kurasa, kita akan menjadi kelompok terbaik.”
Nah kan, sepertinya karma sedang kesmabet hari ini. Semoga saja, besok dia tidak macam-macam padamu. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top