5

Yunri menerjapkan matanya saat merasakan dirinya tiba-tiba terduduk di suatu bangku taman yang terdapat beberapa permainan anak-anak di sana. Dia mengusap-usap matanya meyakinkan penglihatannya akan apa yang sedang yang dia lihat, seingatnya dia sedang tertidur pulas di tempat tidurnya, tapi kenapa dia sekarang berada di sebuah taman?

Tanpa ambil pusing dia segera berdiri dan berjalan menelusuri taman tersebut. Dilihatnya ada dua bocah kecil yang berbeda gender dengan umur sekitar 7 tahunan sedang bermain ayunan, dilihatnya gadis kecil itu duduk di ayunan, sedangkan laki-laki yang terlihat seumuran dengan gadis kecil itu mengayunkan ayunan dengan pelan-pelan, tanpa pikir panjang Yunri segera menghampiri mereka berdua.

"Hey! Apa kalian hanya berdua di sini? Di mana orang tua kalian?" tanya Yunri pada kedua bocah itu, lantas kedua bocah itu menghentikan aktivitasnya lalu menoleh kearah Yunri secara bersamaan.

"Oh. Eonni. Rumah kami dekat dengan taman ini, dan kami sering bermain ke sini. Jadi orangtua kami sudah tau kalau kami di sini." Ucap gadis kecil itu

"Oh. Begitu ya.. kalau begitu bolehkah eonni mengetahui nama kalian berdua?" tanya Yunri lagi sembari beralih tempat duduk di ayunan samping dua bocah itu yang masih kosong.

"Kenalkan, namaku Kim Hyo Jin, dan dia, panggil saja dia Taetae." Ucap gadis itu yang juga memperkenalkan bocah laki-laki yang berdiri di tepat di belakangnya.

"Ah.. Jadi namamu Hyo Jin..Lalu kau? Namamu Taetae?" tanya Yunri sambil melihat kearah bocah laki-laki itu, dan hanya di balas anggukan pasrah.

"Aigoo.. kiyowo.." Yunri menghampiri kedua bocah itu dan mencubit gemas sebelah pipi mereka secara bersamaan.

"Ah. Appo!" rengek kedua bocah itu secara bersamaan. Dan itu membuat Yunri semakin gemas dengan tingkah mereka yang kompak.

"Mianhae Hyo Jin-ah, Taetae-ya.. ya sudah eonni ingin berjalan-jalan di sekitar sini sebentar." Ucap Yunri yang di tanggapi anggukan oleh kedua bocah itu, Yunri segera bangkit dan berjalan meninggalkan mereka meneruskan langkahnya menelurusi taman itu.

Matanya terus meneliti tempat itu, sesekali juga tangannya mengusap berbagai benda-benda mati yang berada di sekitar taman, yang menjadikan Yunri heran, kenapa taman ini sepi sekali? Harusnya ada banyak anak-anak kecil yang bermain di sini, mengingat taman ini di isi oleh berbagai permainan yang menarik bagi anak-anak kecil tentunya.

Dan anehnya lagi, hanya terdapat 2 anak kecil yang sebelumnya dia temui bermain di taman itu, ya, hanya dua bocah kecil berbenda gender yang menjajal setiap permainan di taman itu sekarang. Sesekali bibir Yunri tertarik keatas melihat tingkah kedua bocah itu, ah.. kedua bocah itu sangat lucu.

Yunri mengendurkan senyumannya, membayangkan apakah masa kecilnya seperti kedua bocah yang sedang di lihatnya saat ini? Apakah Yunri juga merasakan kebahagiaan seperti kedua bocah itu? Apakah saat Yunri seusia mereka berdua dia juga melakukan kegiatan yang sama?

Ah.. Yunri terlalu pusing untuk mengingatnya, sekeras apapun dia berusaha mengingat, dia tidak bisa mengingat masa kecilnya, walaupun itu hanya secuil , tapi tetap tidak ada ingatan sama sekali terlintas dipikirannya.

Lamunan Yunri buyar ketika teriakan bocah masuk ke gendang telinganya, "Taehyung-ah!!"

Yunri kaget dan sontak terduduk setelah beberapa detik matanya terbuka. Jantungnya berdegup kencang layaknya sehabis lari maraton, tapi nyatanya dia sekarang berada di tempat tidurnya sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.

Ketika nafasnya sudah kembali teratur, Yunri menerjapkan matanya beberapa kali saat melihat dirinya sedang di dalam kamar, mengarahkan pandangannya ke setiap sudut ruangan yang bercat dinding soft grey, seingatnya dia sedang berada di sebuah taman dan sedang melihat kedua bocah kecil bermain sampai pada akhirnya ada bocah berteriak memanggil nama seseorang. Tapi setelah mengumpulkan nyawanya dan kembali sadar, itu semua hanyalah mimpi.

Yunri bernafas lega, setidaknya itu hanya mimpi, tapi tunggu.. "Tae.. Tae..hyung?" ucapnya sambil mengingat dengan jelas teriakan bocah itu. Beberapa detik kemudian, Yunri segera menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ah. Molla. Itu hanya mimpi." Kemudian dia segera bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap menuju kampus.


***


Seokjin menikmati sarapannya di meja makan sendirian. Makanan yang tersaji di meja makan memang banyak, tapi dari enam kursi yang mengelilingi meja makan berbentuk persegi panjang itu hanya terisi satu kursi, lima kursi lainnya kosong.

Dengan rumah sebesar itu, Seokjin menjadi tuan rumah sendirian mengingat dia hanya di temani 2 ahjumma yang setiap hari mengurus pekerjaan rumah tangga di rumah besar nan sunyi itu, dan juga 1 laki-laki paruh baya yang bekerja sebagai bagian keamanan di rumahnya. Rasa-rasanya dia ingin berpindah tempat tinggal ke apartemen saja kalau seperti ini, tapi orangtuanya melarang keras anak satu-satunya tinggal di apartemen sendirian, lalu apa bedanya dengan orangtuanya yang meninggalkan Seokjin di Korea sendirian dan menempati rumah sebesar ini?.

Dengan gerakan pelan Seokjin memasukkan makanan ke mulutnya, dia sama sekali tidak bernafsu makan, tapi makanan itu tetap habis dalam waktu kurang dari 20 menit mengingat dirinya harus hidup dengan baik—setidaknya. Setelah acara sarapannya selesai, dia segera berdiri dan menyangkutkan tas ransel pada bahu lebarnya kemudian berjalan menuju pintu keluar rumahnya. Setelah mobilnya sudah disiapkan, dia segera masuk ke dalam mobil dan meluncur pergi meninggalkan pekarangan rumahnya yang cukup luas itu.

Sohyun segera masuk ke dalam mobil hitam itu ketika mobil itu sudah terpakir di depan gerbang rumahnya.

"Kau tidak berangkat bersama Haneul?" tanya Seokjin ketika mereka sudah dalam perjalanan menuju ke kampus.

"Bocah itu tidak mau menungguku lebih lama lagi, jadi dia pergi dulu meninggalkanku. Aish! Dasar bocah itu." Gerutu Sohyun sambil merapikan rambut panjang bergelombang miliknya

"Aigoo.. makanya jangan dandan terlalu lama." Sahut Seokjin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kekasihnya itu.

"Tapi tadi aku sedang mengeringkan rambutku yang masih basah Jin-ah. Memang dasar gadis itu tidak betah jika menunggu terlalu lama. Lihatlah, bahkan aku belum sempat menyisir rambutku dengan benar, untung saja kau belum berangkat , jadi kau bisa menjemputku."

"Arraseo arraseo, chagiya.." ucap Seokjin sambil mengelus lembut puncak kepala Sohyun


***


Taehyung tampak pucat hari ini, tapi dia memaksakan dirinya untuk tetap masuk kuliah. Dan sedari tadi Jungkook hanya melihat khawatir hyungnya itu.

"Hyung.. Gwencana?" tanya Jungkook sambil menepuk bahu Taehyung yang sejajar dengan bahunya

"Nan gwencana Jungkook-ah." Jawab Taehyung sambil tersenyum simpul.

"Hyung.. tapi lihat mukamu, kau pucat sekali. Kau tadi juga menolak untuk sarapan." Timpal Jungkook yang masih khawatir dengan Taehyung

"Aigoo. Aku baik-baik saja Jungkook-ah, lihatlah!" Taehyung melompat-lompatkan dirinya sambil menunjukkan senyum kotak khas seorang Kim Taehyung.

"Ah. Jinjja! Hyung.. Geumanhae." Keluh Jungkook yang masih saja di landa ke khawatiran

"Aku sangat baik-baik saja Jungkook-ah.. segeralah menuju kelasmu Kookie, aku juga akan pergi ke kelasku." Ucap Taehyung melambai-lambaikan tangannya menyuruh namdongsaengnya pergi.

"Arraseo. kalau begitu aku ke kelas dulu. Dan nanti jangan kau tinggal pulang lagi hyung." Ucap Jungkook dan dengan segera dia langkahkan kakinya pergi dari hadapan Taehyung.

Setelah Jungkook benar-benar hilang dari hadapannya, Taehyung menghempaskan tubuh besarnya ke tembok koridor kampus, sambil memegang pelipisnya dengan jari, dia berusaha menahan rasa pusing yang sedang menyerang kepalanya. Peluh keringatnya ikut menetes, matanya tiba-tiba kabur, tubuhnya tidak seimbang, 5 detik setelah itu tubuhnya terhuyung, Taehyung seakan pasrah jika dirinya jatuh terbentur dengan lantai.

Tanpa ada niatan menyeimbangkan tubuhnya kembali, dia meneruskan tubuhnya agar terjatuh dengan sendirinya, entah apa yang terjadi padanya setelah itu, mungkin pingsan? Entahlah, Taehyung tidak tau, yang pasti dia ingin cepat-cepat merebahkan badannya. Dengan setengah sadar, tubuhnya yang semakin lemas, kepalanya semakin pusing hebat, tanpa pikir panjang dia segera menjatuhkan tubuhnya.

Anehnya, tubuhnya tidak menunjukkan tanda-tanda jika sudah bertemu dengan lantai, tubuhnya masih terangkat sampai Taehyung sadar jika ada sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya dan sedang menahan berat badannya saat ini.

"Ya.. gwencana?" terdengar suara gadis yang masuk ke indra pendengarannya, oh.. Taehyung juga merasakan hembusan nafas tepat di leher belakangnya.

Taehyung segera menerjapkan matanya sebelum akhirnya dia berdiri sempurna kembali dengan bantuan gadis itu. Matanya masih belum bisa melihat gadis yang sekarang sedang membantunya berjalan menuju klinik kampus karena pandangannya sedikit kabur. Bahkan dalam jarak sedekat sekarang Taehyung belum bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas.

Sesampainya di klinik, gadis itu segera membantu Taehyung merebahkan tubuhnya ke ranjang klinik. Sebelum akhirnya dokter datang dan segera memeriksa Taehyung.

"Dia hanya demam biasa, minum obat dan istirahat yang cukup akan membuatnya cepat pulih." Jelas Dokter itu setelah memeriksa keadaan Taehyung.

"Ah. Ye. Khamsahamnida." Ucap gadis itu, kemudian dokter berjalan meninggalkan gadis itu dan Taehyung menuju kembali keruangannya.

"Tangannya dingin sekali." Ucap lirih gadis itu saat mecoba memegang tangan Taehyung. Dengan segera dia rengkuh kedua tangan Taehyung dan di ambilnya sarung tangan yang berada di dalam tasnya lantas memakaikannya di kedua tangan besar Taehyung.

Ditatapnya wajah pucat Taehyung yang sedang tidur dengan tenang sembari menopang dagu menggunakan tangannya. Ditatapnya lekat-lekat paras tampan Kim Taehyung, matanya meneliti wajah Taehyung dari ujung jidat sampai dagu lancip Taehyung. Entah kenapa gadis itu sangat nyaman melihat wajah Taehyung yang tenang seperti ini. Taehyung membuka matanya pelan-pelan, dan menerjapkanya berkali-kali menyesuaikan cahaya ruangan yang memasuki matanya.

"Oh. Kau sudah bangun?" kala mendengar suara seorang gadis di sampingnya, lantas dia menoleh kearah gadis itu.

"Annyeong, Kim Taehyung sunbaenim." Belum sempat Taehyung menjawab pertanyaannya, Gadis itu mengeluarkan suaranya kembali

"Eoh. Annyeong." Jawab Taehyung sambil beralih posisi menjadi duduk

"Kau kakaknya Jungkook kan? Aku sudah menghubungi Jungkook kalau kau ada di sini." Ujar gadis itu kembali

"Hm. Gomawo." Ucap Taehyung dengan suara datar

"Hyung!!" terdengar suara Jungkook yang menerobos masuk ke dalam klinik tempat Taehyung berada. Nafasnya tersengal-sengal saat tiba di sana.

"Kookie! Kau kenapa?" Taehyung menatap adiknya dengan heran. Dengan cepat Jungkook berjalan mendekati Taehyung dan satu tangannya melayang memukul leher belakang Taehyung, "Ya! Appo!" rintih Taehyung

"Hyung! Yang harusnya bertanya kenapa itu aku bukannya kau." Gerutu Jungkook dengan muka sedikit menunjukkan ekspresi marah campur khawatir.

"Ya.. Jungkook-ah.. Geumanhae. Kakakmu ini sedang sakit." timpal gadis itu

"Tapi dia berbohong padaku Yunri-ya. Tadi dia bilang dia baik-baik saja, tapi sekarang? Dia berakhir berbaring di sini." Jungkook menjelaskan dengan nadanya khawatir

"Aku tau, kakakmu berkata seperti itu agar kau tidak khawatir seperti sekarang ini Jungkook-ah. Lagi pula ada aku yang menolongnya tadi, dan kakakmu sudah baik-baik saja sekarang." Jelas Yunri panjang lebar. Taehyung bernafas lega karena Yunri menjelaskan apa yang ada di pikirannya sekarang tanpa harus Taehyung katakan kembali.

Jungkook mendengus kesal, "Geurae. Tapi hyung, jangan kau ulangi lagi. Kalau kau sakit bilanglah padaku." Ucap Jungkook pada hyungnya

"Arraseo. aku mengerti." Jawab Taehyung pasrah

"Kalau begitu aku pergi dulu Jungkook-ah, Taehyung sunbaenim." Pamit Yunri lalu kakinya melangkah pergi dari tempat Taehyung dan Jungkook.

"Hm.. gomawo Yunri-ya!!" Ucap Jungkook dengan suara sedikit keras agar Yunri yang sudah berjalan sampai ke ambang pintu mendengarnya, Yunri menoleh, mengangguk lalu tersenyum ke arah Jungkook dan setelah itu kakinya berjalan kembali sampai benar-benar hilang dari pandangan mata Jungkook.

Senyuman Jungkook belum memudar, sampai akhirnyaTaehyung memukul keras bahunya yang membuatnya langsung menoleh ke arah Taehyung, "Ya! Hyung! Kenapa kau memukulku?"

"Salah sendiri kau senyum-senyum sendiri dari tadi, apa dia adik Yoongi yang kau bicarakan waktu itu?"

"Kau benar sekali hyung." Jawab Jungkook sambil bertepuk tangan

"Ah. Pantas saja kau tertarik padanya, dia sepertinya orang yang baik." Ucap Taehyung sambil mengacak-acak rambut adiknya itu. Walaupun sebenarnya ada pikiran yang menggangu Taehyung semenjak dia melihat jelas wajah Yunri. Ah tidak. Dia harus membuang jauh-jauh pikiran itu dan menerima kenyataan kalau Yunri adalah gadis yang di sukai Jungkook, bukan orang yang selalu terlintas di pikirannya setiap saat. Tapi anehnya, senyumnya sangat mirip, senyum dengan lesung pipi kecil di dekat ujung bibir kirinya. Taehyung menggelengkan kepalanya, membuang jauh-jauh pikirannya itu.

"Hyung? Ada apa?" tanya Jungkook yang melihat hyungnya dengan tatapan aneh

"Aniya. Bukan apa-apa." Jawab Taehyung singkat.

'Hyung.. apa kau juga tertarik pada Yunri? Aku tau keadaanmu, tapi maaf hyung, sepertinya aku mulai menyukainya. Dan aku tidak akan membiarkan Yunri menjadi milikmu.' Jungkook hanya bisa membatin dalam hatinya setelah melihat tingkah aneh yang tidak biasa hyungnya perlihatkan.

"Hyung! Kau tak lapar?" tanya Jungkook memecah keheningan

"Oh. Tentu saja, aku sangat lapar. Ayo kita ke kantin." Rengek Taehyung sembari menarik-narik pergelangan tangan Jungkook. Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya karena melihat kelakuan hyungnya yang satu ini, Hey! Sebenarnya siapa yang hyung siapa yang namdongsaeng?

"Hyung... sepertinya kita harus bertukar posisi, aku yang jadi hyung dan kau yang menjadi adik." Ucap Jungkook datar sembari mengangkat pergelangan tangan yang di pegang Taehyung. Dalam hitungan detik Taehyung sukses mendaratkan tangannya dengan keras di leher belakang Jungkook, yah.. itu memang kebiasaan mereka.

"Ah! Appo hyung!" Jungkook lantas membalas dengan pukulan serupa.

"Ya! Walau bagaimanapun aku lebih tua darimu 2 tahun." Protes Taehyung

"Arraseo. kau memang benar, ayo pergi, aku tidak terlalu suka dengan bau obat-obatan di sini." Ucap Jungkook.

"Kau duluan saja Jungkook-ah, aku akan membereskan ini terlebih dahulu."

"Arraseo. kalau begitu aku tunggu di kantin." Setelah ditanggapi anggukan oleh Taehyung. Jungkook segera melangkahkan kakinya keluar dari tempat serba putih itu.

Taehyung pun segera turun dan membereskan ranjang yang dia pakai sebelumnya, saat dia merapikan sprei yang berwarna putih itu, dia baru sadar kalau dikedua tangannya tersemat sarung tangan berwarna soft grey,dan Hyo Jin seketika melintas dipikiran Taehyung kembali, mengingat bahwa gadis itu sangat menyukai warna soft grey. Berapa lama tangan itu terbungkus dalam sarung tangan? Taehyung tidak sadar sama sekali, bahkan Jungkook tidak mengingatkannya? Apa Jungkook tidak melihatnya?

Suara gemuruh dari dalam perut Taehyung membuyarkan lamunannya, tanpa pikir panjang dia segera melepas sarung tangan itu dan di masukkannya dalam tas lalu segera dia berjalan keluar meninggalkan klinik itu untuk menyusul Jungkook yang sudah menunggunya.



Happy Reading~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top