1

Kim Seok Jin terduduk lemas mendengar bahwa adiknya telah meninggal. Taehyung yang berada di sampingnya hanya bisa merangkul pundaknya agar dia bisa menerima semua, walaupun faktanya perasaan Taehyung sebenarnya juga tidak jauh berbeda dari Jin.

"Kim Hyo Jin. Meninggal pada hari selasa tanggal 23 September 2013, pukul 9 malam." Ucap Dokter itu.

"Hyo Jin-ah! Kau pasti tidur kan?! Ya! Ireona!! Maafkan perlakuan oppa yang kasar padamu selama ini. Bangunlah Hyo Jin-ah, jebal! Aku tidak akan menyalahkanmu atas kematian Hyo Rin. Ah jebal bangunlah Hyo Jin-ah!!" Seokjin menggoyang-goyangkan tubuh kecil adiknya itu sambil menangis

"Hyung! Sudahlah. Hyo Jin sudah pergi." Ucap Taehyung

"Maaf. Bisakah anda keluar? Saya akan melepaskan alat-alat yang masih menempel pada tubuhnya." Ucap dokter itu. Taehyung mengangguk lalu membawa Seokjin keluar dari ruangan itu.

"Suster. Ayo kita harus bergerak cepat!" Suster itu mengangguk mendengarnya, dan segera dia mengerjakan sesuai yang apa dokter itu katakan.

***

Seokjin terlihat sedang berusaha menghubungi orangtuanya.

"Appa, apa kau dan eomma tidak ingin pulang melihat Hyo Jin untuk terakhir kali?" katanya saat teleponnya sudah diangkat

"Mianhae. Appa dan eomma sangat sibuk di sini. Kami tidak bisa pulang. Kau urus saja pemakaman Hyo Jin dengan paman Woobin." Perintah appanya

"Lihatlah. Setelah meninggalpun kalian masih tidak peduli dengan Hyo Jin."

"Apa maksudmu Jin-ah? Kau bilang sendiri adikmu itu berusaha bunuh diri, biarkan saja dia mati, karena dia juga harus merasakan apa yang di rasakan Hyo Rin. Biarkan Hyo Jin membalas perbuatannya pada kembarannya sendiri." Ucap appanya tanpa dosa

"Appa!! Selama ini kita hanya memperlakukan Hyo Jin dengan kasar tanpa tahu kebenarannya. Kau tidak tahu, apa yang sudah dilakukan Hyo Jin pada Hyo Rin. Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi." Seokjin berusaha tidak membuat air matanya keluar lagi, tapi gagal.

"Apa maksudmu?"

"Hyung! Cepatlah. Hyo Jin akan segera di kremasi." Ucap Taehyung yang tiba-tiba sudah ada dihadapannya

"Arraseo. Kau ke sanalah dulu, aku akan menyusul." Taehyung mengangguk dan pergi meninggalkan Seokjin

"Kalau kau ingin tahu. Luangkan waktumu untuk kembali ke Korea dan melihat semuanya sendiri." Seokjin kemudian menutup sambungan teleponnya dan segera menuju tempat Taehyung berada.

Mereka berdua menyaksikan sendiri tubuh mungil gadis itu di kremasi.

Taehyung yang sedari kemarin menahan air matanya untuk tidak keluar, kini entah kenapa cairan bening itu terdorong untuk keluar dari pelupuk matanya tanpa dia sadari.

Hatinya sakit, kekasihnya telah meninggalkannya untuk selamanya, semua kenangan-kenangan bersama gadis itu terputar kembali di otaknya.

"Hyo Jin-ah. Mianhae, aku tidak tahu kau memilik masalah seperti ini, kau selalu menahan semuanya sendirian. Tapi bisakah kau katakan yang sejujurnya saja? Setidaknya aku akan sedikit membantu. Aku merasa tidak berguna menjadi kekasihmu." Tangisan Taehyung menjadi-jadi

"Taehyung-ah. Ini semua salahku, maafkan aku karena kelakuanku dan orangtuaku membuat Hyo Jin seperti ini." Seokjin yang berada di sampingnya sama menyesalnya.

"Arra. Aku sudah membaca semua buku hariannya yang semalam kau berikan padaku."

"Jeongmal mianhae Hyo Jin-ah. Aku oppa yang jahat." Seokjin tidak bisa menahan tangisnya melihat adiknya sudah terbakar menjadi abu.




*4 tahun kemudian*

Taehyung menatap layar ponselnya yang berwalpaper foto gadisnya, dia tersenyum miris mengingat semuanya hanya menjadi kenangan. Saat ini dia tidak akan bisa membuat kenangan baru dengan gadisnya, karena gadisnya sudah pergi meninggalkannya, lebih tepatnya meninggalkan Taehyung selamanya. Sampai sekarang, dia belum bisa melupakannya.

Tapi dia berusaha menerima semuanya dan tetap menjalani kehidupan dengan baik. Ada Bangtan yang selalu ada untuk Taehyung.

Entah karena apa mereka bisa saling kenal dan berkumpul menjadi satu, tak terkecuali dengan adik tirinya, Jeon Jungkook.

Ya, ibunya menikah lagi setelah ayahnya meninggal tepat 2 tahun setelah meninggalnya Hyo Jin, tapi Taehyung tidak ingin mengubah marganya dengan marga ayah tirinya, dia akan tetap memakai marga ayah kandungnya.

Jungkook bukan saudara tiri yang jahat yang biasanya ada di drama-drama itu, saudara tiri yang selalu memiliki kesan jahat, tapi tidak untuk Jungkook. Di sangat menyayangi Taehyung, meskipun tidak sedarah, mereka berdua sangatlah dekat.

"Hyung! Kau tidak makan? Appa dan eomma sudah menunggu di bawah." Suara Jungkook terdengar dari balik pintu kamar Taehyung. Dia langsung berdiri dan segera membuka pintu kamarnya, "Kajja!" Taehyung pun berjalan mendahului Jungkook.

"Hyung! Aku sudah menghampirimu kemari tapi kau malah meninggalkanku." Jungkook segera menyusul hyung kesayangannya itu lalu memeluk leher Taehyung dan melompat ke punggungya.

"Ya! Ya! Jungkook-ah turunlah, kau tahu kau lebih berat dariku. Jadi turunlah, hyungmu ini tidak akan kuat menggendongmu sampai bawah."

"Ah hyung ini. Kau mengataiku berat?!"

"Baguslah jika kau sadar." Jawab Taehyung terkekeh

"Yaa hyung! Asal kau tau tubuhku berat karena otot-otot besarku ini." Jungkook menunjukkan otot lengannya pada Taehyung

"Arra. Oh ya. Bagaimana ujian masuk universitasmu?"

"Aku akan masuk universitasmu hyung. Yeiyy."

"Kerja bagus Kookie. Kajja! Appa dan eomma pasti sudah menunggu lama."

Taehyung dan Jungkook segera turun ke lantai bawah di mana appa dan eommanya berada.

***

Seokjin masih melamun di kamarnya, itu sekarang memang sudah menjadi kebiasaanya setiap pagi.

"Seokjin-ah? Kau di dalam?" suara seorang yeoja terdengar dari luar kamarnya

"Masuklah." Jawab Jin tanpa membukakan pintu dan akhirnya pintu itu dibuka oleh yeoja itu.

Kim Sohyun, kekasih Soekjin yang setia menemaninya 2 tahun belakangan ini. Yeoja itu tau apa yang di rasakan oleh kekasihnya saat ini.

"Seokjin-ah.. Kau baik-baik saja?"

"Hm.. Nan gwencana Sohyun-ah." Ucap Seokjin disertai dengan senyuman di wajah tirusnya.

Tangan kecil Sohyun menangkup wajah Seokjin. Lalu dia tersenyum melihat kekasihnya.

"Seokjin-ah! Kau harus menemaniku tersenyum seperti ini setiap hari, aku tidak mau tersenyum sendirian." Ucap Sohyun.

Mendengar perkataan yeoja yang berada di sampingnya itu, perlahan-lahan bibir Seokjin tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman yang diinginkan Sohyun, dengan segera Seokjin menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.

Dia beruntung sekali memilik Sohyun yang sangat mengerti dengan keadaannya yang saat ini.

"Gomawo Sohyun-ah." Uacp Seokjin sambil mempererat pelukannya.

"Hm.. nado gomawo. Kau ingin mengunjungi Hyo Jin dan Hyo Rin? Kau sudah lama tidak ke sana Jin-ah." Sahut Sohyun. Seokjin melepaskan pelukannya lalu mengecup lembut bibir kekasihnya yang sangat dia sayangi itu, "Kajja!"

"Yaa!! Byuntae!!" ucap Sohyun lalu memukul pelan dada bidang milik namja di depannya

"Mianhae. Kajja!" Seokjin segera berdiri dan menuju pintu keluar kamarnya

"Hey tunggu!!" gadis itu berdiri dan menarik badan Seokjin ke depan cermin besar

"Wae? Aigoo.. aku lupa aku belum ganti baju ternyata." Seokjin lupa jika dia belum mengganti bajunya, dia hanya memakai celana kain pendek dan kaos putih oversize favoritnya.

"Aigoo.. iya aku tahu kau rindu mereka tapi apa kau tidak malu bertemu adikmu dengan penampilan seperti itu?" Sohyun hanya menggelengkan kepala melihat tingkah kekasihnya itu.

"Mianhae. Aku terlalu bersemangat. Apa kau akan terus di sini dan melihatku berganti pakaian?" ucap Seokjin dengan senyum nakalnya

"YaYa! Seokjin-ah. Ini aku juga akan keluar. Dasar byuntae." Sohyun kemudian keluar dari kamar Seokjin

***

Min Yunri bersama keluarganya tengah menikmati sarapannya.

"Appa. Aku lolos tes masuk universitas." Ucap Yunri di sela-sela makannya

"Jinjja? baguslah kalau begitu, lalu kau akan memilih universitas mana?" tanya Tuan Min

"Universitas yang sama dengan Yoongi oppa." Ucapnya sambil tersenyum manis

"Jeongmal?! " sahut Yoongi

"Hmm.. kau tidak suka?" Yunri menatap mata oppanya dengan tajam

"Ani. Aku sangat suka, kalau kita di kampus yang sama pasti aku tidak akan kesusahan untuk mengawasimu." Jawab Yoongi sambil mengacak rambut adiknya itu

"M-Mwo? mengawasiku? Oppa! Aku bukan anak kecil lagi."

"Terserah kau berbicara apa. Aku akan tetap mengawasimu. Ingat itu!" Yoongi menjulurkan lidah pada adiknya itu.

"Aish!!"

"Aigoo.. Sudahlah jangan bertengkar." Tegur Ny.Min

---

"Oppa! Temani aku jalan-jalan keluar. Aku bosan di rumah. Oppa! Ireona!" Ucap Yunri pada Yoongi yang tengah tidur di sofa ruang tv. Tidak ada jawaban dari Yoongi, Yunri segera menggoyang-goyangkan tubuh oppanya agar oppanya terbangun.

"Yunri-ya!.. Kau tahu kalau aku sedang tidur kan? Ah jebal aku ingin tidur." Ucap Yoongi tanpa membuka matanya

"Oppa! Ireona! . Appa dan eomma sibuk bekerja, hanya kau yang ada di rumah."

"Aish.. arraseo arraseo.. aku akan bersiap-siap dulu, adikku yang cerewet." Yoongi kemudian bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju kamar untuk berganti baju.

Yoongi dan Yunri berjalan di sekitaran Namsan Tower hari ini, ramai, begitulah suasana di situ sekarang. Yunri berjalan sambil menggandeng lengan Yoongi, mungkin orang-orang melihatnya mereka adalah sepasang kekasih, karena wajah mereka tidak terlihat seperti kakak adik.

"Gomawo. Oppa.." ucap Yunri sambil mendongakkan kepalanya ke arah wajah Yoongi

"Ya! Yunri-ya, matamu merah lagi, kau tidak memakai kacamatamu?!" Yoongi menyahut perkataan Yunri dengan makian.

"Jinjja? aku hanya ingin mencoba untuk tidak memakai kacamata sebentar saja."

"Pakailah kacamatamu, matamu akan bertambah sakit jika tidak memakainya. Kau membawanya kan?" tanya Yoongi dengan nada khawatir

"Arraseo. iya, aku membawanya." Yunri kemudian mengambil kacamata yang berada di tasnya lalu segera memakainya.

"Aigoo.. kalau memakai kacamata kau terlihat sangat lucu sekali." Ucap Yoongi sambil mencubit pipi kiri adiknya itu

Yoongi dan Yunri duduk di salah satu bangku yang masih kosong. Mereka menikmati kopi yang tadi sempat dibeli.

"Oppa. Ayo berselfie." Yunri mengambil ponselnya dan mulai berfoto ria bersama oppanya.

"Hahaha. Oppa.. kau bisa juga berekspresi lucu ternyata." Yunri tidak bisa menahan tawanya ketika melihat hasil foto selfie mereka.

"Yaa! Yaa! Aku ini memang lucu, kau saja yang belum tahu, oppamu ini sangat tampan sekaligus lucu bukan?" tanya Yoongi percaya diri sambil mengeluarkan aegyonya.

"Ish.. percaya diri sekali dirimu oppa."

"Oh.. Seokjin-ah." Perbincangan mereka terhenti ketika Yoongi melihat orang yang dikenalnya.

"Yoongi-ah.. kau di sini. Kebetulan sekali. Kau di sini bersama siapa?" tanya Seokjin ketika mereka sudah saling berhadapan

"Aku bersama adikku. Yunri-ya, perkenalkan dirimu." Pinta Yoongi pada adiknya

"Ah. Ye oppa. Annyeonghaseyo Min Yunri imnida."Ucap Yunri yang kemudian disertai  senyumannya

"Ah.N-Nde Yunri-ssi." Jawab Seokjin terbata-bata

"Seokjin-ah. Waeyo?" tanya Sohyun yang berada di samping Seokjin.

"A-Ah. Aniya. Bukan apa-apa." Seokjin tersenyum mencoba menutupinya

"Seokjin-ah, kau sedang apa di sini? Biasanya kau masih di dalam rumah. Haha." Ucap Yoongi yang diikuti tawanya

"Aish! Yoongi-ya, Seokjin sekali-sekali juga butuh hiburan. Tadi pagi kebetulan kami mengunjungi Hyo Jin dan Hyo Rin, dan tidak ingin cepat-cepat pulang jadi kuajak Seokjin ke sini."

"Arra. Kenapa kita tidak bermain bersama saja?" tawar Yoongi

Yunri sedari tadi salah tingkah karena di perhatikan oleh Seokjin secara terus-menerus. Dia tidak tahu kenapa dia diperhatikan, padahal Seokjin sedang bersama kekasihnya. Yunri terasa risih, dan entah kenapa hatinya terasa kesal sekali dengan teman oppanya itu, padahal dia baru saja mengenalnya.

"Jin-ah. Apa yang kau lakukan?! Kau membuatnya takut." Sohyun berbisik di telinga Seokjin berusaha mengingatkan namja itu

"A-ah mian. Senyumnya terlalu mirip dengan seseorang yang ku kenal Sohyun-ah." Jawaban Jin tidak kalah lirih

"Nugu? Ya! Byuntae! Kau coba berkenalan dengan gadis lain?!"

"Aniya Sohyun-ah, dia sangat mirip..." Seokjin menjeda perkataannya, "Hyo Jin."

"Hey! Kalian sedang membicarakan apa?! Kenapa berbisik-bisik?! Apakah sesuatu yang penting?!" suara Yoongi memotong acara bisik-bisik Seokjin dan Sohyun

"Kau ingin tau Yoongi-ah? Kalau ingin tau cepat punyalah yeojachingu agar bisa membicarakan ini dengannya." jawab Seokjin dengan senyum jahilnya

"Ya! Memang julukan byuntae untukmu itu sangat cocok sekali Jin-ah. Tidak sia-sia Sohyun memberikan julukan itu untukmu. Tapi kau harus tau tempat, di sini ada anak di bawah umur." Yoongi menjelaskan sambil terkekeh lalu melirik adiknya.

Yunri yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara,"Oppa.. ayo pulang."

"Waeyo? Kau bilang sendiri jika  kau akan di sini sampai sore."

"Ani. Aku berubah pikiran. Kalau kau tidak mau aku akan pulang sendiri." Yunri segera berdiri dan membungkuk kepada Seokjin dan Sohyun lalu pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari oppanya.

"Yaa! Yunri-ya! Tunggu aku. Kim Seokjin, Kim Sohyun. Aku pergi dulu." Kemudian Yoongi langsung berlari menyusul adiknya.

"Seokjin-ah. Kau menakutinya. Ingatlah, Hyo Jin sudah tidak ada di dunia ini, kau juga bilang kau menyaksikan sendiri tubuhnya dikremasi. Sudahlah Jin-ah, aku tidak mau kau berlarut-larut dalam kesedihan." Sohyun segera meraih wajah Seokjin dengan tangannya lalu mengelus pelan wajah Seokjin.

"Arra. Aku pasti salah lihat. Aku terlalu rindu padanya." Seokjin menatap Sohyun dengan tatapan nanarnya.

"Jika memang dia mirip dengan Hyo Jin apa salahnya, toh setiap manusia memiliki 7 kembaran kan? Tidak heran jika ada yang mirip dengan Hyo Jin. Sudahlah Seokjin-ah, aku akan sedih jika kau begini terus." Sohyun berusaha menenangkan hati kekasihnya itu

"Arraseo. sebaiknya kita pulang saja Sohyun-ah.. kajja!" Seokjin segera berdiri dan menggandeng tangan Sohyun pergi meninggalkan tempat itu.



Happy reading~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top