Chapter 2

A/N: Oke, terima kasih sudah baca ff ini. Semoga kalian gak bosen ya hahaha.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Entahlah, Dok. Semuanya hilang begitu saja di pikiranku. Semenjak kemarin…"

"Memangnya apa yang kau lakukan kemarin?"

"Uhh..."

BoBoiBoy benar-benar mati kutu sekarang. Kemarin ia berperang melawan Adu Du. Pasti dr. Tadashi belum mengetahui jati dirinya sebagai superhero. Lebih baik ia bungkam saja. Ia tidak mau semua orang mengetahui dirinya yang punya jam kuasa.

"Aktivitas seperti biasa, Dok."

Pena yang ada di genggaman dr. Tadashi langsung jatuh dari tangan sang empunya. Terdengar bunyi tubrukan antara pena dengan alas meja. BoBoiBoy semakin gugup. Seketika keheningan menghampiri mereka berdua.

dr. Tadashi terus memandangi BoBoiBoy sampai ia beranjak dari kursinya.

"Boleh saya periksa?"

BoBoiBoy hanya mengangguk pelan.

dr. Tadashi menempelkan stetoskopnya di dada BoBoiBoy, tepat di bagian letak jantung berada. BoBoiBoy melihat ekspresi ragu-ragu yang terpampang di wajah dr. Tadashi yang sedang memeriksa denyut jantungnya.

dr. Tadashi lalu meletakkan stetoskop di atas meja kerjanya. Laki-laki itu berjalan pelan menuju sebuah tabung besar yang ada di pojokan ruangan. Posisi tabung besar itu landscape dengan lingkaran terbuka di bagian tutup tabung.

"Silakan berbaring di situ,"

dr. Tadashi menunjukkan sebuah ranjang pasien atau tepatnya seperti meja panjang yang tergeletak di depan lingkaran tabung besar tersebut. BoBoiBoy hanya mengernyit melihat tabung besar tersebut.

"Uhm, ini apa, Dok?"

"Ini namanya CT Scan. Saya akan meronsen kamu lewat alat itu. Tenang saja. Yang kamu lakukan ialah hanya masuk ke dalam tabung itu dengan berbaring di ranjang itu. Saya akan memeriksa kamu di luar melalui komputer,"

BoBoiBoy menangguk pelan. Ia berjalan sampai di depan ranjang pasien, menaiki ranjang tersebut, lalu berbaring. Perlahan, ranjang pasien memasuki tabung besar itu.

BoBoiBoy menerawang isi tabung. Ia merasakan ada sedikit hawa dingin menghampirinya. Lalu sebuah sinar mengelilingi seluruh tubuh BoBoiBoy. BoBoiBoy hanya memejamkan matanya. Ia berusaha bersikap rileks.

"BoBoiBoy."

Suara berat menyapa indera pendengarannya. Ketika membuka matanya, BoBoiBoy sadar ia sudah di luar tabung. Ia lalu duduk dan memandangi dr. Tadashi yang sedang memegang sebuah kertas foto tembus pandang berwarna abu-abu berukuran sedang.

"Jadi, bagaimana hasilnya? Saya sakit apa, Dok?" tanya BoBoiBoy dengan wajah polos.

dr. Tadashi melemparkan senyum ke arah bocah kelas 5 SD itu.

"BoBoiBoy bisa balik ke sini lagi besok?"

Bukannya menjawab pertanyaan BoBoiBoy, dr. Tadashi malah bertanya balik.

"Bisa kok, Dok. Tapi setelah saya pulang sekolah," balas BoBoiBoy sambil tersenyum.

"Oke. Dokter akan tunggu. Sekarang kamu boleh pulang,"

"Oke, Dok. Terima kasih,"

BoBoiBoy turun dari ranjang pasien. Kemudian ia keluar dari ruangan tersebut dengan berbagai pertanyaan di pikirannya.

222

"Assalamualaikum."

BoBoiBoy menutup pintu rumah kemudian meletakkan sepatunya di rak sepatu dengan lesu. Ketika berbalik badan, ia melihat Fang dengan wajah datarnya dan kedua tangan dilipat di depan dada.

"Dari mana?"

BoBoiBoy memutar bola matanya perlahan. Ia berusaha mencari alasan yang tepat.

"Dari..."

"Kenapa gak pulang bareng kita?" ujar Fang semakin dingin.

"A-aku ada kerja kelompok tadi, Fang. M-makanya gak pulang bareng kalian hehehe," balas BoBoiBoy sedikit gugup.

"Jangan bohong!" gertak Fang.

Aura hitam mengelilingi Fang. BoBoiBoy semakin berusaha untuk terlihat rileks.

"JARI BAYANG!"

Fang menggerakkan kedua tangannya membentuk formasi jari-jari bayang. Jari-jari bayang itu lalu menjulur memasuki kamar Fang yang berada di lantai dua. Jari-jari bayang tersebut lalu kembali ke hadapan sang pemilik kuasa bayang dengan membawa dua buku, satu tempat pensil, dan satu botol minum. Semua itu milik BoBoiBoy. BoBoiBoy hanya membelalakkan mata melihat itu.

Jari bayang menghilang. Bersamaan dengan itu, ketiga jenis barang itu langsung jatuh dan mendarat di kedua tangan Fang. Tempat pensil dan botol minum berada di atas dua buku.

"Ini barang-barangmu. Gopal membawakannya ketika kamu pergi meninggalkan kelas. Kamu buru-buru kemana, sih?!" ucap Fang tajam.

"Ah, itu ternyata ada di kamu, Fang!"

BoBoiBoy lalu menyambar benda-benda miliknya dari tangan Fang. Fang lalu menyipitkan matanya ke arah BoBoiBoy.

"Makan siang sudah siap!" ucap Ochobot yang tiba-tiba muncul di hadapan Fang dan BoBoiBoy.

"Oke deh, Ochobot!" balas BoBoiBoy lalu langsung ngacir menuju kamarnya yang ada di lantai dua untuk berganti baju dan meletakkan tas.

"Grrrrrr anak ituuuuuu!" geram Fang dengan aura hitam di sekitarnya.

"Sudahlah, Fang. Ayo makan!" ucap Ochobot sweatdrop.

Fang hanya mendengkus kasar. Ia lalu menuju dapur dan mencuci tangan di wastafel.

KRING KRING!

Telepon rumah berdering. Ochobot mengangkat gagang telepon wireless tersebut.

"Fang, Ibu menelepon. Ia mencarimu," ucap Ochobot ke arah Fang yang baru saja selesai cuci tangan.

Fang hanya memutar bolanya malas. Ia mengelap tangannya menggunakan saputangannya lalu meraih gagang telepon dari tangan robot Ochobot.

"Halo," ucap Fang setelah gagang telepon menempel di telinganya.

"Halooo, Fang! Apa kabar kesayangan Mommy?! Uuuuh Mommy kangen sekaliiiii," ucap seorang wanita di seberang sana.

Fang hanya menampakkan wajah datar dan memutar bolanya malas.

"Gak usah panggil Ibu dengan sebutan 'Mommy' deh. Emangnya kita di Amerika?" ucap Fang sedikit ketus.

"Ah, kamu ini manis sekali, Fang. Hihihi. Oh ya, Mommy mau minta maaf karena Mom tidak bisa pulang hari ini. Mommy harus bertemu dengan klien penting dan menghadiri beberapa meeting lalu..."

Fang tidak bisa berkutik apa-apa. Ia membiarkan ibunya berbicara hal yang menurutnya tidak penting. Fang juga sudah terbiasa dengan ketidakhadiran ibunya itu di rumah. Ibunya selalu membicarakan kesibukan untuk kesenangannya semata.

BoBoiBoy menuruni tangga lalu menuju ke meja makan. Ketika ia melihat Fang sedang memegang telepon, ia segera muncul di hadapan Fang.

"Eh, itu Ibu yang menelepon?" ucap BoBoiBoy dengan mata berbinar.

Fang melirik ke arah BoBoiBoy yang wajahnya seperti ingin dibelikan boneka Annabelle - ralat, seperti ingin dibelikan permen lolipop yang besar. Jelas sekali anak itu ingin berbicara dengan ibunya lewat telepon.

"Bu, BoBoiBoy ingin berbicara,"

"Eh, Mommy belum selesai berbicara, Fang!"

BoBoiBoy segera menyambar gagang telepon yang dijulurkan oleh tangan Fang.

"Halo, Bu?! Apa kabar, Bu?! Ibu pulang doooong. BoBoiBoy kangeeeen," ujar BoBoiBoy dengan semangat.

Fang memutar bola malas melihat tingkah adiknya. Ia lalu duduk di kursi meja makan. Tangan kanannya menopang dagunya dan tangan kirinya ia letakkan di meja. Aroma sedap dari sup sayuran di hadapannya tidak dihiraukan. Fang terus mengawasi BoBoiBoy yang mengobrol dengan ibunya lewat telepon.

"Huh, hari ini Ibu tidak pulang. Padahal aku mau bercerita banyak," ujar BoBoiBoy seraya memanyunkan bibirnya setelah meletakkan gagang telepon wireless ke tempatnya.

"Katanya Ibu bekerja demi kita. Ujung-ujungnya kamu mengeluh juga," ejek Fang sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Iya iya aku tahu itu," cibir BoBoiBoy.

"Nah, ayo makan dululah," ujar Ochobot.

"Waaaah, ada ayam goreeeeng!" teriak BoBoiBoy.

Ketika tangan BoBoiBoy hendak mengambil ayam goreng yang ada di piring tersebut, tangannya langsung ditahan oleh Fang.

"Cuci tangan dulu sana!" perintah Fang.

"Alah, aku lapaaaar. Biarlah sekali-kali makan tanpa cuci tangan," ucap BoBoiBoy dengan wajah memelas.

"Ish, kau ini habis dari luar. Kau pasti menyentuh benda-benda kotor. Sana cuci tangan dulu. Kalau kau sakit, siapa yang repot, hah?!" ujar Fang galak.

Mendadak BoBoiBoy menampakkan wajah kaget. Sakit. Kata-kata itu langsung mengenai hatinya. Jadi, Fang tidak mau repot kalau dirinya sedang sakit? Apakah ia sebegitu menyusahkannya?

"BoBoiBoy?"

BoBoiBoy baru ingat bahwa ia baru saja keluar dari rumah sakit. Ayah dan ibunya selalu mengingatkan dia untuk selalu cuci tangan sehabis dari tempat tersebut. Alasannya karena kuman atau bakteri bekas orang penyakitan sudah menempel di tangan atau di kakinya.

"BoBoiBoy!"

BoBoiBoy sadar dari lamunannya. Ia menatap wajah Fang yang sedikit khawatir ke arahnya. BoBoiBoy langsung nyengir kuda. Tangannya mengeluarkan sedikit percikan halilintar.

Refleks Fang melepaskan tangan BoBoiBoy.

"ADAW! SAKITLAH!"

"Hehehe, sorry, bleeeee," balas BoBoiBoy sambil menjulurkan lidahnya ke arah Fang lalu ia berjalan menuju wastafel yang ada di dapur untuk cuci tangan.

Dalam hati BoBoiBoy bertekad, ia tidak akan sakit untuk merepotkan Fang.

222

Ujian matematika yang diberikan Papa Zola hari ini memang memusingkan.

BoBoiBoy mempercepat jalannya menuju rumah sakit. Hari ini ia akan menemui dr. Tadashi lagi. Sesampai di depan Rumah Sakit Pulau Rintis, BoBoiBoy segera membuka pintu kaca. Ms. Elsa langsung menghampiri BoBoiBoy.

"Eh, BoBoiBoy? Mau periksa lagi?" tanya Ms. Elsa lembut.

BoBoiBoy melempar senyum ke arah Ms. Elsa. Lalu mereka berdua menuju ruangan dr. Tadashi.

"Hai, BoBoiBoy! Silakan duduk," sapa dr. Tadashi begitu BoBoiBoy masuk ke dalam ruangan serba putih itu.

BoBoiBoy duduk di hadapan meja kerja dr. Tadashi.

"Oke, saya mau menanyakan beberapa hal kepadamu," ucap dr. Tadashi sambil mengenggam pena peraknya.

"Dokter mau tanya apa?" ucap BoBoiBoy sambil mengerutkan keningnya.

"Punya kakak?"

"Punya, Dok."

"Berapa umurnya?"

"Uuumm, dua belas tahun."

"Warna kesukaannya?"

"Warna ungu,"

"Baiklah, apa warna cat tembok sekolahmu?"

dr. Tadashi terus berbicara sambil menuliskan beberapa soal-jawaban BoBoiBoy di atas kertas putih.

"Eh? Warna putih didominasi garis merah," balas BoBoiBoy dengan nada keraguan.

"Okey, tanggal berapa kelahiran kakakmu?"

Kening BoBoiBoy mengerut. Matanya terus mencari-cari sesuatu untuk mengingat tanggal ulang tahun Fang.

Kalau saja Fang ada di sini, BoBoiBoy pasti sudah habis diterkam harimau bayang karena ia melupakan tanggal penting Fang.

"Hehehe, saya lupa, Dok," ucap bocah bertopi terbalik itu cengengesan.

"Cobalah untuk mengingat," balas dr. Tadashi ramah.

BoBoiBoy diam untuk mengingat tanggal ulang tahun Fang.

"Mungkin tanggal 13 April?"

"Oh, 'mungkin' ," balas dr. Tadashi seraya manggut-manggut.

"Temanmu ada yang berkacamata?" tanya dr. tadashi yang tidak lepas dari pekerjaan tulisnya.

BoBoiBoy langsung mengingat Ying. Teman sekelasnya yang berkacamata bundar.

"Ada, Dok,"

"Oke, warna frame kacamatanya apa?"

"Ah, Dokter. Bercanda aja pertanyaannya," balas BoBoiBoy seraya tertawa kecil.

dr. Tadashi hanya menatap datar BoBoiBoy. BoBoiBoy langsung menghentikan tawanya. Karena ia tahu, dr. Tadashi tidak main-main dengan semua pertanyaannya.

222

"Kurasa ada yang aneh dengan BoBoiBoy,"

Fang langsung mengarahkan tatapannya kepada Ying. Gopal berhenti menyuapkan burger ke mulutnya. Yaya berhenti memainkan french fries di hadapannya.

"Maksud kamu, Ying?" ucap Fang.

"Entahlah, aku merasa ada yang aneh dengan BoBoiBoy," ucap Ying lesu.

"Hmm, aku pun juga merasa ada yang aneh," ucap Gopal memasang pose berfikir.

"Aku juga, merasa sedikit aneh dengannya," ujar Yaya dengan tatapan lurus.

"Iya aneh, semenjak..." ucap Fang dengan jeda sesaat.

"… kemarin."

Keempat bocah itu hanya memandang satu sama lain. Mereka sedikit terkejut karena mengucapkan satu kata yang sama.

"Ya, semenjak dia salah memanggil namaku," ucap Yaya.

"Dia juga enggan pulang bareng kita lagi," ucap Gopal murung.

"Menghindari kita juga... sepertinya," ucap Ying yang masih lesu sambil memandangi nasi hangat dan fried chicken di depannya.

Fang memandang lurus ke arah luar jendela restoran Burger Riak ini. Ingatannya memutar kelakuan aneh BoBoiBoy semenjak peperangan dengan Adu Du.

"Dia juga mudah berbohong," ucap Fang lalu meminum fanta dingin.

Yaya langsung menatap Fang dengan kerutan di keningnya.

"Berbohong?" ucap Yaya tak percaya.

"Kalian tahu gak sih. Kenapa BoBoiBoy gak pulang bareng kita?" tanya Fang.

Gopal, Yaya, dan Ying hanya menggeleng keras.

"Kemarin dia bilang bahwa dia ada kerja kelompok gitu sama teman-temannya," ucap Fang sambil menyomot french fried.

Gopal, Yaya, dan Ying kompak bilang, "Hah?"

"T-tidak mungkin. Bulan ini kita free dari kerja kelompok, Kak Fang. Ya kan, Gopal?" balas Ying sambil menatap Gopal.

Gopal mengangguk cepat.

"Ha ah. Seharusnya yang penuh schedule kerja kelompok itu kita, Fang. Untuk persiapan ujian praktek. Hummmffhh," celoteh Yaya sambil menopang dagunya dengan tumpukan kedua tangan.

Fang mengangguk, setuju dengan perkataan Yaya. Mengingat bahwa mereka berdua sudah kelas 6. Akan banyak try out, ujian praktek, kerja kelompok, dan beberapa ujian harian yang menunggu di depan mata mereka. Terutama Ujian Nasional untuk menentukan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu Sekolah Menengah Pertama.

"Aku rasa, kau harus selidiki BoBoiBoy, Kak Fang," usul Gopal.

"Selidiki?" ucap Fang seraya menaikkan salah satu alisnya.

"Iya. Selidiki. Kau ikuti BoBoiBoy kemana ia pergi selepas pulang sekolah. Setelah itu, kau akan menangkap basah dia sedang mencuri atau berbuat tindakan yang tidak patut. BoBoiBoy akan terkejut dan langsung sujud meminta maaf kepadamu. Hohoho, ini akan menyenangkaaan," ucap Gopal riang seraya membayangkan itu semua di pikirannya.

"WOI! Apa kau pikir adikku itu preman?!" teriak Fang.

Mendadak mata semua pengunjung restoran mengarah ke Fang. Fang yang menyadari itu, langsung meminta maaf kepada semua pengunjung tersebut.

"Hehehe, taklah. Aku cuma bercanda. Tapi untuk bagian selidiki, aku serius. Karena aku cemas kepada kawan baik aku itu," ucap Gopal seraya mengacungkan dua jari tangan kanannya membentuk formasi peace.

"Aku rasa Gopal ada sedikit benarnya. Lebih baik Kak Fang selidiki dia. Karena hanya Kak Fang yang tahu segalanya tentang BoBoiBoy," ujar Ying sambil menggigit fried chicken-nya.

"Iya, betul. Kita akan menunggu hasilnya. Semoga berhasil. Hahaha," tambah Yaya.

Fang hanya mendengkus pelan. Perkataan teman-temannya memang benar. Sudah seharusnya ia menyelidiki BoBoiBoy. Ia akan memikirkan hal ini lebih lanjut di rumah nanti.

222

Malamnya...

BoBoiBoy, Fang, dan Ochobot sedang bersantai duduk di sofa sambil menonton TV. Sebenarnya, yang fokus menonton hanyalah Ochobot. Fang sedang membaca buku materi sains - mengingat bahwa UN akan berlangsung beberapa bulan lagi - dengan gaya kaki kanan di atas kaki kiri, tangan kanannya memegang buku, dan tangan kirinya menumpu kepalanya. Kalau kata BoBoiBoy, Fang itu bossy banget.

BoBoiBoy sendiri hanya menatap lurus ke arah TV. Pikirannya tidak fokus ke jalan cerita film action yang ada di depan matanya, tetapi fokus kepada kejadian tadi siang di rumah sakit. Ia memikirkan berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh dr. Tadashi. BoBoiBoy merasa aneh dengan berbagai pertanyaan tersebut. Dari menanyakan tanggal, warna, sampai nama jalan kota kelahirannya. Tentu saja BoBoiBoy bisa menjawab semua itu. Tapi tidak tahu apakah jawabannya benar atau tidak.

TOK TOK TOK!

Terdengar suara di balik pintu depan, "Burger Riak Delivery!"

Fang segera bangkit dari sofa dan melempar bukunya ke sembarang tempat.

"Jangan buang buku sembarangan, Fang!" omel Ochobot sambil mengambil buku sains milik Fang.

Pintu dibuka oleh Fang. Terlihat seorang kakek pengantar Burger Riak menenteng dua kotak berlabel burger dan dua kotak berlabel spagheti.

"Ini pesanan Anda, Tuan Fang. Silahkan tanda tangan di sini," ucap kakek tersebut seraya menyodorkan sebuah kertas.

"Ochobot, tolong bawa ini ke meja makan," ucap Fang sambil menunjuk makanan-makanan fast food tersebut.

Ochobot segera mengambil makanan itu dan Fang menandatangani kertas yang disodorkan oleh si Kakek. Setelah urusan mereka selesai, Fang segera menutup pintu.

BoBoiBoy mengerutkan keningnya memandangi Fang.

"Apa itu Fang?" tanyanya.

Fang membuka kulkas dan mengambil kaleng soda fanta. Ia menutup pintu kulkas dan berjalan pelan menuju meja makan. Fang mengambil kotak berlabel spageti dan melempar pelan ke arah BoBoiBoy.

"Wuaaaah! SPAGETIIIIIII!" teriak BoBoiBoy setelah menangkap kotak spageti.

Fang lalu duduk di sebelah BoBoiBoy.

"Kenapa? Belum makan selama lima hari?" ejek Fang lalu meneguk fantanya.

BoBoiBoy menatap tajam ke arah Fang.

"Huh," ucapnya lalu segera menyantap spageti.

"Lagian ga pulang bareng kita -Fang, Yaya, Ying, Gopal- tadi. Kita mampir dulu ke Burger Riak," jelas Fang.

BoBoiBoy terus menyantap spageti, tidak memedulikan kata-kata Fang. BoBoiBoy memang sudah lama tidak menyantap spageti. Pikirannya tentang dr. Tadashi menghilang sudah.

"Tadi pulang sekolah kamu kemana emang?"

Sontak BoBoiBoy menghentikan aktivitasnya memakan spageti. Ia menengok ke arah Fang yang sedang menatap layar televisi.

Untuk yang kedua kalinya, ia harus berbohong kepada Fang. Fang tidak boleh tahu kalau BoBoiBoy tengah menjalani pemeriksaan di rumah sakit.

"Ah, BoBoiBoy ngantuk. BoBoiBoy tidur dulu, ya. Selamat malam, Fang!" ucap BoBoiBoy dengan cepat lalu ia menuju ke kamarnya.

Fang hanya menatap datar ke arah adiknya yang memasuki kamarnya.

"Ah, ya ampun. Spagetinya tidak dihabiskan," keluh Ochobot melihat kotak makanan yang masih berisi beberapa spageti yang berantakan.

Fang menghela napas panjang.

"Aneh. Biasanya ia selalu menghabiskan spagetinya," ucap Ochobot lagi.

"Dia memang aneh,"

Ochobot menatap Fang dengan penuh keheranan.

"Ada sesuatu yang ganjil terhadap sifat BoBoiBoy. Aku tidak mengerti," lanjut Fang.

"Apanya yang ganjil?"

"Ochobot, aku minta kau scanning BoBoiBoy!" ucap Fang tanpa menjawab pertanyaan Ochobot.

222

Matahari masih malu-malu menunjukkan sinarnya. Udara pagi ini cukup dingin. Membuat semua orang malas beranjak dari kasur.

Itulah yang dilakukan oleh si bocah bertopi oranye ini.

Fang terus menatap BoBoiBoy yang masih tertidur pulas. Terlihat wajah polos khas anak-anak yang melekat pada BoBoiBoy. Ochobot tengah men-scanning tubuh BoBoiBoy dari kepala sampai kaki.

Fang yang sudah rapi mengenakan seragam sekolah dengan jaket yang dililitkan di pinggang, duduk di tepi ranjang pemilik kuasa elemental yang malas melepaskan topinya sejak berumur satu tahun itu.

"Bagaimana hasilnya?" gumam Fang pelan.

Ochobot lalu menatap Fang. Pandangan mata birunya menunjukkan suatu kecemasan.

"Nanti aku beri tahu. Aku harus menyiapkan sarapan di bawah," ucap Ochobot dengan suara lemah.

Fang mengerutkan keningnya menatap Ochobot yang keluar dari kamar BoBoiBoy.

Berbagai spekulasi hinggap di pikiran Fang. Ochobot menunjukkan kecemasannya sesudah memeriksa BoBoiBoy. Apa itu berarti, ada sesuatu yang aneh pada BoBoiBoy?

"Errrghhh,"

BoBoiBoy menggeram kecil dalam tidurnya. Fang langsung mengguncang pelan lengan BoBoiBoy untuk membangunkannya.

"BoBoiBoy, bangun. Sudah pagi," ucap Fang.

BoBoiboy membuka matanya perlahan. Ia lalu menatap Fang.

"Fang? Jam berapa ini?" tanyanya.

Fang mengangkat tangannya untuk menunjukkan jam yang terletak di dinding sebelah BoBoiBoy.

BoBoiBoy mengikuti arah tangan Fang. Jam yang terbuat dari bahan kayu dan berbentuk rumah itu terus berbunyi 'tik tik tik'. BoBoiboy terus menatap jarum yang berjalan mengelilingi angka-angka. Lalu ia melihat jarum pendek dan jarum panjang menunjukkan angka yang berbeda.

Ia tidak mengerti dengan jarum dan angka itu di jam.

"Engh, jam sepuluh?" jawab BoBoiBoy asal.

"Jam enam kurang sepuluh menit, bodoh!" ejek Fang.

"Cepat mandi. Ochobot sudah menyiapkan sarapan di bawah," lanjut Fang lalu ia keluar dari kamar BoBoiBoy.

BoBoiBoy menyibakkan selimut yang menutupinya. Ia kemudian menuruni kakinya di lantai. Ketika berdiri tegak, BoBoiBoy merasakan sakit yang hebat di kepalanya. Seperti ribuan jarum yang menusuk keras lalu menancap di kepalanya. BoBoiBoy hanya mengerang pelan seraya memegang kepalanya.

222

"Aku menemukan sesuatu yang aneh di tubuh BoBoiBoy," ujar Ochobot dengan suara yang kurang meyakinkan.

"Apa itu, Ochobot?" ujar Fang seraya mengerutkan kening.

"Aku pun kurang yakin. Dua puluh persen masalah ada di kekuatan BoBoiBoy. Sisanya, ada di tubuh BoBoiBoy," balas Ochobot dengan nada murung.

"Maksudmu, di tubuh BoBoiBoy ada delapan puluh persen masalah?!" ucap Fang nyaris teriak.

"I-iya. Aku tidak bisa mendeteksi apa itu. Hanya dokter yang bisa mendeteksi tubuh BoBoiBoy,"

"Dokter?"

Raut wajah Fang berubah menjadi raut panik yang sangat keras. Apa maksudnya, BoBoiBoy ada penyakit? Tidak! Ah itu tidak mungkin rasanya. Selama ini BoBoiBoy baik-baik saja. Ia tidak pernah mengeluh apa-apa. BoBoiBoy sehat, tidak pernah sakit.

"Selamat pagi! Maaf telat hehehe,"

Sontak Fang dan Ochobot langsung menengok ke arah BoBoiBoy. BoBoiBoy duduk di hadapan Fang. Dengan seragam dan atribut sekolah yang rapi. Tas punggungnya langsung diletakkan di kursi sebelahnya. Kemudian BoBoiBoy langsung menyantap omelet yang sudah dihidangkan di atas meja.

BoBoiBoy menengok ke arah Fang dan Ochobot yang masih membeku menatap dirinya.

"Helloooo?!" ucap BoBoiBoy seraya melambaikan tangannya di depan mata Fang dan Ochobot.

Fang dan Ochobot langsung tersentak. Sadar dari lamunannya.

"Kalian kenapa? Ngomongin aku yaaaaa?" goda BoBoiBoy seraya menunjuk Fang dan Ochobot.

"Akh. Siapa juga yang mau ngomongin kamu!" bentak Fang.

"Eits, siapa tahu?!" balas BoBoiBoy tak mau kalah.

"Sudah sudah! Cepat habiskan sarapan kalian. Sudah telat nih," ucap Ochobot menengahi mereka berdua.

"Hehehe, terbaik!"

Setelah selesai sarapan, Fang dan BoBoiBoy langsung mengenakan sepatu dan berangkat ke sekolah. Namun di tengah perjalanan...

"Oi, serahkan Ochobot kepadaku!"

Adu Du dan Probe menghadang BoBoiBoy dan Fang.

"Hish! Kita mau ke sekolah dulu. Jangan halangi kita!" bentak Fang.

"Incik Bos akan terus halangi kalian sampai kalian menyerahkan Ochobot. Huahahaha," ucap Probe sambil tertawa jahat.

"Tak ada waktu! JARI BAYANG!" ucap Fang seraya membentuk tangannya.

Sekelebat jari bayang langsung mengikat tubuh Adu Du dan Probe.

"Hoi, lepaskan kita!" gertak Adu Du.

"Kalau mau berantem, jangan pagi-pagi! BoBoiBoy, serang mereka!"

"Dengan senang hati! KERIS PETIR!"

"HUWAARGGHHH!"

BoBoiBoy langsung menancapkan keris petir yang berwarna kuning menyala ke tubuh Adu Du dan Probe yang terikat oleh jari bayang milik Fang. BoBoiBoy dan Fang langsung meninggalkan Adu Du dan Probe yang masih berteriak kesakitan.

"Awas kalian, ya! Aku akan membalas kalian dengan yang lebih kejam!" ancam Adu Du di sela-sela kesakitannya.

BoBoiBoy hanya tersenyum geli mendengar perkataan Adu Du. Sedangkan Fang hanya mendengkus tajam.

Akhirnya kedua kakak beradik itu sampai di Sekolah Rendah Pulau Rintis. Langsung saja ocehan riuh dari para perempuan terdengar di telinga mereka. Khususnya para fans Fang.

"Kyaaa! Fang ganteng banget~"

"Aiiih, bahagianya kalau aku jadi pacarnya."

"Eh, itu BoBoiBoy? Adiknya?"

"Adiknya dan kakak sama manisnya. Hihihihi…"

Fang dan BoBoiBoy terus saja berjalan di sepanjang koridor sekolah.

"Kau dengar gak tuh, Fang? Ada yang mau jadi pacarmu. Hahahaha," ejek BoBoiBoy.

"Diamlah."

Fang langsung menjepit leher BoBoiBoy menggunakan lengannya sambil terus jalan menuju arah kelasnya.

222

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

A/N: ARRRGGGHHH! HUWAAAA! FF APA INIIIIIH-_-. Auhtor merasa gagal banget puf. Tapi apa daya pikiran Author terus memikirkan jalan cerita ff ini. So, let it flow. Wkwkwk *plak-_-

Maaf banget Author kurang bisa menjelaskan deskripsi CT-Scan. Ituloh, semacam ronsen yang digunakan oleh penderita kanker. Kayak di sinetron atau film indo. Wkwkwk. Kalau mau lebih jelasnya, cek di google aja gambarnya :")

Terima kasih sudah membaca cerita ini. Kritik dan saran Author butuhkan banget untuk ff ini :").

Silent Reader, Author males sama kalian :3

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

DELETED SCENE:

dr. Tadashi memandangi beberapa kertas dan hasil foto dengan penuh frustrasi. Ia beberapa kali menggumamkan kata 'tidak mungkin tidak mungkin'. dr. Tadashi tidak mempercayai hasil pemeriksaan lab. milik seorang bocah kelas 5 SD. Dokter muda itu tidak mempercayai bahwa BoBoiBoy mempunyai suatu penyakit langka.

Untuk kesekian kalinya, dr. Tadashi tidak tega melihat penderitaan berat seorang pasien.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Review please !

——————————
K O L O M  N U T R I S I
——————————

1. Coba tebaklah hasil scanning Ochobot pada BoBoiBoy! Kenapa Ochobot begitu resah dengan kondisi BoBoiBoy?

2. Apakah kamu pernah pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri?

3. Apa pendapatmu terhadap Chapter 2 di Do I Remember You ini?

***

Mari terapkan budaya baca cermat, memberi masukan dengan santun juga bijak, serta menghargai keberagaman dalam berkarya dan perbedaan pendapat. Be wise.

***

Sudahkah kamu vote bab ini dan follow penulisnya?

Scroll/Swipe untuk membaca bab selanjutnya dari fanfict Do I Remember You?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top