Chapter 7- Clasimira VS Pasicif
Chapter 7
Clasimira VS Pasific
Hari ini adalah hari kedua pertandingan antara Clasimira melawan Pasific. Lokasi turnamen berlangsung pada tempat yang sama.
Tapi, kali ini sedikit berbeda. Seluruh Arena telah di bangun pagar pembatas. Jarak penonton pun juga di jauhkan sedikit. Mengingat kejadian kemarin.
Lu, Mia, Naell dan Arsenal memilih tempat yang cukup jauh dari arena tanding. Walaupun seperti itu, mereka tetap dapat menyaksikan jalannya pertandingan.
Pertandingan tahap pertama di menangkan oleh Hoshi dari Pasific. Sorak-sorakkan dukungan dan kegembiraan terdengar keras dari anak-anak Pasific.
Pertandingan kedua pun di mulai saat jeda istirahat 15 menit. Saat Alinea Geradina melawan Iras.
BlaSHh
Iras tanpa sungkan mengeluarkan kekuatan dari kedua telapak tangannya. Disusul dengan sebuah ledakan besar yang mengikuti dari belakang.
Menanggapi serangan itu membuat Alinea segera membangun dinding batu sebagai tameng. Lalu dia mengeluarkan energi bumi untuk memberi efek getaran pada pijakan kaki Iras. Akibatnya, Iras kehilangan keseimbangan dan Alinea langsung menggunakan serangan elemen udara yang di milikinya untuk membuat Iras terpojok dan tidak bisa melarikan diri.
Alhasil, tubuh Iras dengan mudah. Terperangkap ke dalam lubang tanah.
"Clasimira Menang!" teriak Profesor Silfester.
"YeaHHhh!!!!"
Saking semangatnya Naell pun ikut bersorak senang. Melihat bagaimana Clasimira memenangkan pertandingan.
"Itu baru namanya Diwangka!" seru Naell dengan berapi-api.
Lu dan Mia hanya saling menatap dengan wajah tersenyum. Pertarungan pun di hentikkan selama 15 menit. Sekarang masing-masing sekolah memiliki hasil yang seri. Babak ketiga adalah babak yang paling menegangkan.
Sayang, Lazuardi kalah di babak penyisihan dan masih satu putaran bagi tiga pemenang untuk di uji kembali melawan Noetic di babak Final. Yang mana mereka akan bertanding satu lawan satu.
"Gue ke toilet sebentar, ya," pamit Lu.
"Aku temani ya?" tanya Mia
"Gak usah. Gue mau cek itu loh," berbisik pelan pada Mia, "Tamu bulanan. Sepertinya udah kepenuhan. Gue mau ganti."
Mia pun langsung manggut-manggut mengerti. Naell yang awalnya juga ingin menawarkan diri. Tiba-tiba membatalkan niat tersebut setelah diam-diam mencuri dengar pembicaraan Lu dan Mia.
Sepeninggalnya Lu. Mia pun mulai membisikkan sesuatu pada dua cowok tersebut.
"Apa kalian tahu? Lusa adalah hari ulang tahun Lucy."
Naell dan Arsenal saling melempar pandangan.
"Benarkah?" tanya Naell dengan tak percaya.
"Iya. Tapi jangan bilang. Kalau aku yang ngomong. Aku juga udah sedia hadiah buatnya. Apa kita buat suprise aja?" tanya Mia kembali
Arsenal tampak merenung sebentar. Sedangkan Naell pun terlihat sama dengannya. Mereka berdua tengah memikirkan sesuatu.
"Gak usah," ungkap Naell setelah berpikir beberapa saat, "Suprise nya masing-masing aja."
"Begitu ya?"
Saat para sahabatnya sedang mendiskusikan sesuatu tentangnya. Lu pun menyelesaikan apa yang menjadi urusannya di dalam toilet.
Kurang lebih 15 menit berlalu. Lu pun mempercepat langkah kakinya untuk menyusul Naell dan yang lainnya.
"Lucy."
Langkah kaki Lu terhenti saat dia berjalan di koridor. Batinnya tersentak kaget dengan suara yang memanggilnya.
Lu pun menggelengkan kepalanya. Dia yakin, dia salah dengar. Maka gadis itu pun segera melangkah. Tetapi suara misterius itu kembali memanggilnya.
"Lucy."
Pupil mata Lu terbelalak lebar. Mulutnya terbuka mangap-mangap seperti ikan dalam akuarium. Dia pun kesulitan untuk menelan salivanya.
Dengan kekuatan yang dimilikinya. Dexa bisa dengan mudah berpindah tempat sesuka hatinya.
Wajah Lu terlihat menegang. Perasaannya campur aduk. Dexa, cowok yang selama ia pikirkan dalam malam panjangnya. Kini ada di hadapannya.
"De- Dexa?" seru Lu dengan suara bergetar, "In- Ini lo?"
Dexa tidak menjawab. Tatapannya dingin dan menusuk. Terlebih lagi, warna rambut Dexa yang semula berwarna hitam kini telah berubah pucat keperakkan.
"Ba- Bagaimana bis—"
Secara tiba-tiba Dexa bergerak cepat dan berdiri sangat dekat di depan wajah Lu. Tubuh Dexa sedikit mengalami pertumbuhan. Hingga Lu harus mendongak ke atas untuk menatapnya.
Pipi Lu basah oleh bulir-bulir air yang mencucur turun dari pelupuk matanya.
"Lucy," ungkap Dexa dengan nada suara yang dingin.
Tanpa sadar, Lu menggerakkan tangannya meraih pipi Dexa. Seolah dia ingin menyakinkan dirinya bahwa cowok yang berdiri di hadapannya adalah Dexa.
Lu terkejut, saat dia merasakan betapa dinginnya wajah cowok tersebut.
"ArGHh!!"
Lu tiba-tiba merintih kesakitan. Saat Dexa mencengkram tangannya dengan sangat kuat.
"De- Dexa?!" mata Lu nanar
"Tangan ini," ungkap Dexa
KraKk
Bunyi tulang yang remuk. Membuat Lu tambah memekik kesakitan hingga ia ambruk di atas ubin lantai batu yang dingin.
Tapi tetap saja, tangan yang di cengkram oleh Dexa tidak terlepas. Air mata Lu terus tumpah karena rasa sakit yang sangat tidak tertahan.
"Ke- Kenapa?"
Lu mencicit seperti seorang korban. Netra Dexa terlihat kosong dan tidak berperasaan.
"L- Lo siapa?" Lu kembali bertanya, "Lo bukan Dexa," ungkap Lu.
Cowok ini berbeda dengan Dexa yang di kenalnya. Dia bukan Dexa yang hangat, dia bukan Dexa yang selalu menghapus air mata Lu, dia bukan Dexa yang selalu ada saat Lu butuhkan dan dia bukan Dexa yang selama ini dirindukan oleh Lu.
"ArGHhh!!!"
Lu kembali berteriak histeris. Saat ia bisa merasakan bagaimana tulang pergelangan tangannya patah. Lu terduduk dengan rasa kesakitan yang luar biasa.
"Kenapa cuma satu?" tanya Kiel yang tiba-tiba berdiri disisi Dexa, "Gue ingin lo melumpuhkan kedua tangannya.
Dexa pun sedikit berlutut. Ujung jarinya menarik dagu Lu. Agar gadis itu mengangkat wajahnya.
"Sakit?" suara lirih yang sangat dingin
Lu tidak menjawab dan hanya menangis tersedu-sedu.
KrAKkk
"ArGHhhhhhhh"
Kepala Naell tertoleh ke arah koridor yang kosong. Matanya terlihat waspada. Dadanya seolah sakit dan sesak secara bersamaan.
Raut wajah Naell semakin berubah kusut. Saat ia mendengar sayup-sayup rintihan Lu tergiang di dalam kepalanya.
"Lucy!!!"
Bayangan Naell langsung menghilang dari sisi Arsenal dan Mia. Kedua orang tersebut terlihat kebingungan satu sama lain.
Tapi, keduanya langsung sadar. Naell hanya bisa bersikap seperti itu saat Lu berada dalam kesulitan.
"De- Dexa?"
Lu terus merintih dengan menyebutkan namanya. Pikiran Lu kacau balau. Dexa seperti menjadi orang lain dan dia mulai merasakan kepalanya berputar.
"Ah, pasti itu sangat sakit," Kiel berpura-pura prihatin, "Kerja bagus, sayang." Kiel lagi-lagi bergelayut mesra di lengan Dexa.
Dexa pun berdiri menjauh dari Lu dan mundur beberapa langkah.
"Tugas sudah di laksanakan."
Lu menatap mereka dengan pandangan berkunang. Samar-samar Lu jadi teringat dengan sosok bertudung yang beberapa waktu lalu pernah melerai Pertempuran Naell dengan seorang wanita.
Kenapa?
Batin Lu bertanya-tanya. Mengapa Dexa bisa berubah seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Semua pertanyaan itu membuat Lu akhirnya limbung dan jatuh pingsan.
"LUCY!!!" teriak Naell dari kejauhan.
Kepala Dexa dan Kiel tertoleh ke arah belakang. Naell tengah berdiri menatap mereka dengan kedua tangan yang terkepal kuat.
"Si- Siapa mereka?" bisik Naell.
Dalam pandangan Naell. Wujud Dexa dan Kiel terlihat seperti bayangan tampak wujud. Lagi pula, daerah di sekitar Lu di lindungi oleh sihir pelindung tingkat tinggi.
"Aihh, Kakak datang lagi," keluh Kiel, "Sulit membuatnya menjauh dari Akaishinya."
"Kita harus pergi," gumam Dexa yang kembali menatap ke arah Lu.
"Haruskah gue mengucap salam padanya? Aduh, tapi gimana ya?" berpura-pura bimbang, "Soalnya dia pasti tahu. Kalau salah satu Servamp telah melakukan penghianatan."
"Kiel," panggil Dexa, "Apa lo ingin gue juga menghabisi kakakmu itu?"
"Tidak, tidak saat ini." Kiel tersenyum penuh makna, "Gue tahu. Gimana caranya membuat orang lain tersiksa."
Keduanya pun menghilang dalam pusara angin. Mia dan Arsenal yang berlari menyusul. Lalu di buat tercengang saat melihat Naell memeluk Lu dengan derai air mata yang menbasahi wajahnya.
_/_/____/____
Tbc...
Author Note
Sumpah, ini adegan yang bikin gue
😭😭😭
Nangis bombay
Sekedar informasi, Arsenal telah membuat akun instagram Tim 7
Bisa cek di @Ardelra07
Beberapa spoiler mungkin akan ada di sana.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top