Chapter 3- Ujian Tertulis

Chapter 3
Ujian Tertulis

"Kak Ragil, apa maksudnya?" tanya Lu kebingungan. "Kami sudah berlatih keras beberapa hari ini."

"Lucy, lo lupa siapa dirimu?" tanya balik Ragil. "Lo itu adalah Akaishi. Secara teknis. Lo memiliki kemampuan bertarung jauh lebih tinggi dari teman-teman seangakatanmu. Ini sangat tidak adil bagi mereka. Jika lo ikut berpatisipasi dalam turnamen ini."

Bibir Lu terkatup rapat. Dia seolah baru disadarkan oleh sesuatu. Dia tidak menyangka bahwa Akaishi di pandang seperti itu oleh orang lain.

"Ta- Tapi, gue merasa tidak sehebat itu," ungkap Lu. "Gue masih perlu belajar banyak."

"Gue tahu, Lu. Tapi ini keputusan semua orang. Gue harap lo bisa mengerti tentang ini."

Lu hanya bisa tersenyum tipis. Rasanya sedikit menyakitkan. Tapi apa yang dikatakan Ragil ada benarnya. Seharusnya Lu memahami keputusan tersebut.

Malam itu, suasana di aula utama cukup meriah dan ramai. Beberapa meja tambahan di tambahkan untuk para Deglagasi.

Panji-panji di atas dinding terlihat berkelap-kelip di timpa cahaya lampu.  Meja makan klan Lazuardi di tempati bersama anak-anak Noetic, meja makan klan  Clasimira di tempati bersama anak-anak Pasific. Sedangkan anak-anak Tokyuu Express  duduk bersama klan Biranda.

Beberapa dari mereka saling mengobrol satu sama lain. Tapi hal lain justru terjadi di meja klan Lazuardi dan anak-anak Noetic.

Mereka saling menatap bagai hewan buas yang siap bertarung. Aura di meja itu sangat terasa dingin.

"Mengapa mereka seperti itu?" bisik Lu pada Mia.

"Lu," seru Mia. "Kamu lupa? Bagaimana tingginya harga diri anak-anak Lazuardi? Noetic adalah sekolah yang seluruh siswanya memiliki reputasi yang sangat tinggi. Bisa dibilang harga diri mereka juga sama tingginya dengan Lazuardi," jelas Mia.

"Ah, begitu." Netra Lu pun berpendar pada meja klan Clasimira. "Dan Pasific adalah sekolah khusus Elemen?"

Mia mengganguk pelan dan manik mata Lu berpendar lagi pada anak-anak Tokyuu express yang sedang duduk di ujung meja mereka.

"Pengguna Grimoire?" Lu bertanya pada dirinya sendiri. Gadis Akaishi itu menatap seorang cowok berkacamata yang tadi siang di lihatnya.

"Bagaimana mereka belajar sihir dengan menggunakan kereta?"

Mia hanya menghendikkan bahunya. Dia sendiri pun tidak terlalu banyak memiliki informasi tentang itu.

Tring
Tring

Terdengar bunyi gelas kaca diketuk pelan. Profesor Albus berjalan di tengah-tengah aula. Malam ini dia menggunakan sebuah jubah berlengan panjang bewarna abu-abu pucat.

"Selama malam untuk seluruh anak-anakku yang tercinta," sapa Profesor Albus. "Malam ini terasa sangat istimewa bagi Diwangka. Karena kami bisa menyambut orang-orang hebat seperti kalian." Profesor Albus menoleh menatap Kapten Maru dan Profesor Lola. Keduanya mengangkat gelas kaca masing-masing untuk membalas sambutan selamat datang  Profesor Albus.

"Maka dari itu. Malam ini aku akan secara resmi menyampaikan bahwa sebelum memasuki 10 besar. Kami akan mengadakan tes kualifikasi untuk menyaring peserta terbaik."

Semua orang seperti sedang menahan napas menunggu kelanjutan perkataan Profesor Albus.

"Tes pertama adalah tes ujian tertulis. Kami akan menyaring 30 orang dengan nilai tertinggi. Tes tersebut akan berlangsung 3 hari ke depan. Informasi tentang tes selanjutnya. Akan di beritahu setelah ujian tertulis berakhir."

Tantangan pertama dalam turnamen antar sekolah. Sepertinya tidak terlalu buruk. Semua orang beranggapan itu bukanlah tes yang sulit. Namun, tiga hari tersebut terasa sangat singkat ketika hari H telah tiba.

Secara resmi, klan Lazuardi akan berduel bersama Noetic. Klan Clasimira akan berduel dengan Pasific dan Klan Biranda akan berduel dengan Tokyuu Express. Masing-masing asrama akan berduel dengan tiga sekolah berbeda.

Karena Lu tidak dapat mengikuti kompetisi. Dia sangat mendukung Mia dalam turnamen. Bahkan Lu yang jutru gelisah saat menunggu Mia ujian di depan ruangan.

"Mia hanya ujian di dalam. Dia bukan sedang sidang skripsi," tukas Naell
Saat dia menemani Lu di depan koridor ruang ujian.

"Gue tahu," jawab Lu seraya berjalan mondar-mandir di depan Naell.

"Tak bisakah lo duduk sebentar, Lu?" tanya Arsenal

"Tidak."

"Gadis ini gila," bisik Naell pada Arsenal. Cowok Lazuardi itu mengganguk kecil.

"Dia gila. Tapi seseorang justru kini bertekuk lutut padanya."

Raut wajah Naell berubah aneh.

"Maksud lo gue?"

Arsenal menggeleng kepalanya.

"Lo, gue dan Dexa."

Naell semakin tertengun dengan pengakuan Arsenal.

"Lo—"

"Karena kita Ardelra," potong Arsenal cepat. Lalu dia melirik ke arah Lu yang tengah berdiri memandang pengawas ujian.

"Setidaknya itu yang gue pikirkan." Mata Arsenal menerawang jauh. Ingatannya kembali saat klan Kurosaki menyerang mereka saat acara ulang tahun Diwangka.

"Jika Dexa ada disini." Menoleh ke arah Naell. "Kalian berdua pasti akan saling bertengkar sekarang."

Naell tersenyum tipis. Lalu ia melirik ke arah Lu.

"Apa yang kita berdua bicarakan. Rahasiakan dari Lu."

"Soal itu? Gue juga gak akan buka suara. Ini masih dugaan kita berdua."

Naell menggangukkan kepalanya. Kedua cowok itu pun secara serempak memandang ke arah Lu. Yang nampak semringah menyambut Mia keluar dari ruang ujian.

"Bagaimana ujiannya?" tanya Lu tidak sabaran.

"Semua soalnya bisa kukerjakan."

"Kerja bagus." Entah dari mana Alka muncul dan mengacak-acak rambut Mia.

Lu menatap kesal pada ketua tim 9 itu. Alka selalu hadir dan menghancurkan momen kebersamaan persahabatan mereka.

"Hasil ujiannya akan di umumkan tiga jam dari sekarang."

"Siapa?" tanya Lu

"Hasil ujian peserta."

"Tanya?" sambung Lu dengan menyeringai.

Alka yang merasa kesal karena di permainkan oleh Lu. Refleks melayangkan tangannya untuk mengutik kening Lu. Tapi sebelum hal itu terjadi. Naell sudah menahan pergelangan Alka.

"Jauhin tangan lo," desis Naell

"Ck." Alka menarik tangannya kebawah. "Lo ini udah kayak bodyguardnya."

"Masalah buat lo?"

"Tidak juga. Tetapi sangat menggangu."

Alka pun menarik tangan Lu. Tidak, dia salah menarik tangan. Harusnya dia menarik tangan Mia.

Arsenal yang menyadari perubahan ekspresi wajah Naell. Segera menarik Lu menjauh dari Alka.

Cowok berkacamata itu pun juga terkejut. Karena dia telah menarik tangan Lu.

"Aku akan pergi," tutur Mia pada Arsenal dan Lu.

Ditariknya tangan Alka menjauh dari Naell. Setelah kepergian Dexa, sikap dan amarah Naell semakin menjadi-jadi.

"Apa seperti ini kelakuan kalian di Diwangka? Bertengkar karena masalah wanita?"

Baik Lu, Arsenal dan Naell. Sama-sama memandang ke arah bawah kaki mereka. Di sana, Kurama. Si kucing gembul berbulu cokelat dengan seragam ala kondektur kereta api.

Duduk menatap Ardelra sembari menjilati ujung kaki depannya.

"Diam kau kucing!" semprot Naell

"Hey, kau juga kan kucing," seru Kurama. "Kau ini menistakan peri-kekucingan."

"Pe-Peri kekucingan?" tanya Naell, "Gue Servamp! Bukan kucing!!"

"Ya ... ya ... kau Servamp berwujud kucing."

Tangan Naell tekepal kuat. Hingga buku-buku tangannya terlihat memutih.

"Itu hanya wujud penyamaran. Bukan bentuk asli dari diri gue."

"Tapi bagiku kau tetap kucing. Sekali menjadi kucing kau akan tetap jadi kucing. Sekarang dan selamanya."

"Siapa yang mengatakan hal seperti itu?"

"Kau ini bodoh atau apa? Tentu saja aku. Saudara kucingmu ini."

"Cih, sejak kapan lo dan gue jadi saudara?"

"Sejak lo berubah jadi kucing."

Naell kehabisan kata-kata. Beberapa murid memandangi mereka. Cowok Servamp itu tidak mungkin membuat kericuhan yang akan membuat orang menilai Diwangka menjadi buruk.

Dia memilih mengalah. Walau sebenarnya ia tidak ingin.

"Ayo pergi," ajaknya pada Lu dan Arsenal.

"Hey!" panggil Kurama. "Kenapa pergi?"

Naell berpura-pura tuli.

"Aku punya beberapa kenalan kucing betina. Mungkin kau akan tertarik."

Gelak tawa terdengar di sekitar mereka. Wajah Naell memerah seolah dia baru saja menelan tungku api.

"Aku bukan kucing!" tegas Naell. "Sekali lagi lo bicara kucing gendut. Gue akan menyuruh seekor anjing untuk mengigitmu."

"Hah?! Kucing tidak mungkin berteman dengan seekor anjing." Kurama tampak tidak percaya dengan perkataan Naell.

"Oh, sungguh?" Naell menyeringai lebar.  "Anjing itu bernama Zuko."

Lu dan Arsenal sama-sama tertengun mendengar hal tersebut.

"Zuko?" ucap mereka berdua serempak

_/_/__/______

Tbc

Siapa yang kangen Dexa?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top