Chapter 27
Selamat datang di chapter 27
Part ini hanya sebagian ya teman-teman, lengkapnya udah ada di Karyakarsa saya
Link karyakarsa ada si wall saya ya atau kalian bisa langsung klik link yang ada di story Instagram saya.
Btw jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen, biar saya tahu kehadiran teman-teman huhuuu 😭
Tandai kalau ada typo
Thanks
Happy reading everybody
Hopefully you will enjoy and love this story as well
❤️❤️❤️
____________________________________________________
Sudah menjadi rahasia umu bila jatuh cinta membuat seseorang melakukan hal-hal bodoh.
Namun, idiotnya, aku tetap melakukannya.
—Skylar Betelgeuse
____________________________________________________
Musim panas
New York, 23 Juli
Pukul 06.02
“Enak?” tanya beliau.
Aku mengangguk. Mengabaikan perihnya tenggorokanku, aku melahap bubur itu banyak-banyak. “Apa pun makanannya. Kalau ayah yang menyuapi selalu terasa lezat.”
Tawa ayah menggelegar. “Itu baru putriku. Ini makanlah lagi.”
“Apa Dad sudah sarapan?”
“Tadi di pesawat. Tapi menu mereka tidak enak.”
“Tapi Dad memakannya, kan?”
“Tentu saja.”
Sebenarnya aku membayangkan bagaimana wajah ayah ketika di lokasi syuting. Sambil duduk di kursi dengan nama sutrada mentereng tertera di belakang kursi itu, ayah pasti galak dan tukang marah-marah menggunakan megafon pada aktris, aktor maupun kru yang menurutnya belum melakukan pekerjaan mereka dengan sempurna.
Aku pernah beberapa kali datang ke lokasi syuting sewaktu masih remaja. Dan memang seperti itulah ayah. Kini beliau dengan wajah panik menyuapiku bubur sampai habis. Garis-garis tanda tergerusnya usia di wajah ayah makin jelas. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kecewanya ayah nanti seandainya aku jadi bercerai dengan Horizon.
Sakit sialan! Kenapa aku jadi terus-terusan ingin menangis?
“Ini dia obatmu.” Aku menerima pil yang diulurkan Ayah. Lalu aku menelannya dan mendorongnya menggunakan air mineral agar tidak tersangkut di tenggorokan.
“Aku baik-baik saja. Dad tidak perlu khawatir berlebihan,” yakinku pada ayah dengan suara masih agak serak dan berdengung seperti tadi. Kendati agak kaku, kuupayakan menarik kedua garis bibirku membentuk senyum. Semoga saja tidak semengerikan seperti dalam pikiranku.
Kerutan-kerutan di dahi ayah sama sekali tidak menghilang. Jangankan menghilang. Berkurang pun tidak. Kurasakan tangan hangat ayah mengusap-usap tanganku. “Dad akan ambil cuti untuk menjagamu.”
Oh, well, itu berarti sesuatu. Kata-kataku sama sekali tidak masuk dalam diri ayah. Aku pun menolak, “Dad, tolong jangan berlebihan, aku akan baik-baik saja. Aku hanya butuh istirahat, makan teratur, dan minum obat.”
Ada semburat putus asa dalam diri ayah. Udara yang ditarik dan diembuskan melalui hidung dan mulut beliau rasa-rasanya sedikit melebihi kapasitas normal. Namun, setelah itu pria paruh baya yang mengenakan kemeja kotak-kotak biru dan hitam, jins belel sobek-sobek, serta sepatu kets di hadapanku ini menyerah. “Baiklah, tapi jangan protes kalau aku meneleponmu terus-menerus untuk mengecek keadaanmu.”
“Sama sekali tidak. Tapi maaf, kalau tidak kuangkat, bisa jadi aku sedang tidur,” balasku.
“Ya, tentu. Oh ya, aku akan menelepon Revina dan memberitahu kabarmu.”
“Dad, bisa tolong katakan pada Mom kalau aku baik-baik saja dan tidak perlu ke sini?”
Aku tidak ingin mendapat ceramah dari Momster. Yah, sudah bisa kubayangkan juga bagaimana marahnya si duda kawakan bernama Ched itu. Dia itu iblis yang menjelma menjadi manusia.
“Baikalah. Akan kusampaikan itu padanya nanti asal kau berjanji akan segera sembuh.”
Walau lucu dan memalukan, aku tetap menjawab, “Tentu saja aku akan segera sembuh. Dad baru saja menyuapiku. Itu obat paling mujarab, bukan?”
Tawa Ayah kembali menggelegar. “Baiklah ... baiklah .... Kalau begitu istirahatlah.” Ayah membantuku kembali rebahan dan menyelimutiku. “Aku pulang dulu. Jaga dirimu baik-baik, Langitku.”
Sudah kuperingatkan pada Ayah supaya jangan dekat-dekat denganku bila tidak ingin tertular flue. Namun, sepertinya Ayah tidak peduli bila harus tertular virusku. Beliau malah membubuhkan bibir di keningku.
Sewaktu pria beruban banyak itu berdiri, aku mengatakan, “Bagaimanapun, aku senang Dad datang.” Aku bersumpah mataku sudah kembali berkaca-kaca.
“Dad akan kemari lagi setelah work from home.”
Aku mengangguk lemah.
Aku meremas bagian depan kaus abu-abuku dan kembali menggigit bibir. Atmosfer di ruangan ini tiba-tiba tidak bersahabat dan membuatku kesulitan bernapas. Rasanya dadaku sesak. Pandanganku pun terangkat ke langit-langit agar air mataku tidak menetes. Namun, semua daya upaya yang kulakukan itu gagal. Benteng yang sedari tadi kucoba berdirikan pun runtuh. Air mataku praktis mengucur seketika saat aku mendengar Horizon kembali berkata pada Ayah. “Maaf, aku belum bisa menjaga Skylar dengan baik.”
____________________________________________________
Thanks for reading this chapter
Thanks juga yang udah vote, komen atau benerin typo
Kelen luar biasa
Bonus foto:
Horizon Devoss
Skylar Betelgeuse
Well, see you next chapter teman temin
With Love
©®Chacha Prima
👻👻👻
Jumat, 3 Februari 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top