37. Closing...

.
.

Gyani dan Marvin mengetahui bahwa acara penutupan sudah dimulai dari beberapa menit yang lalu, sehingga pintu bagian belakang gym pun terkunci. Mau tak mau, mereka harus memutar untuk masuk dari gate-gate yang ada.

Lantas keduanya pun masuk lewat pintu utama. Tentu saja mereka berjalan masuk dengan bergandengan tangan dan senyum yang tidak luntur sama sekali.

Ada sekat dari jaring yang memisahkan antara bagian meja informasi dan ruang tunggu dengan lapangan dan tribun. Menginjak di wilayah tersebut, mereka nyatanya tidak berdua saja. Namun, setengah dari jumlah panitia Logstran juga berada di sana untuk menyaksikan acara tanpa masuk ke lokasi utama.

Mereka tidak memiliki banyak tugas lagi saat hari-H seperti ini, terlebih semuanya telah di-handle oleh Divisi Acara. Sebagian anggota Logstran lainnya berada di belakang untuk berjaga jika saja ada kendala dengan sound system dan lainnya.

Mulai dari sambutan, penyerahan hadiah, penampilan pengisi acara hingga penutupan semuanya berjalan lancar tanpa hambatan.

Masih setia berdiri di tempat yang sama setelah para penonton mulai masuk ke tengah lapangan dan memberikan ucapan selamat ke para atlet dan official, Gyani pun menoleh pada Marvin. "Berarti semuanya udah kelar dong, Kak."

Mendengar itu, Marvin membalas tatapan Gyani. "Iya ... udah kelar."

"So—"

"Ada yang mau gue omongin ke semuanya di eval terakhir nanti," tutur Marvin lembut, "jangan kabur ya!"

Gyani mengangguk semangat sebagai jawabannya.

Ah, mungkinkah malam ini?
Haruskah Gyani berlatih untuk menyiapkan hatinya?
Di kepala perempuan itu hanya ada kata haruskah haruskah haruskah....

Hum ... I'm ready

.
.

.
.

Setelah Alfian membubarkan eval NFD terakhir panitia malam ini, dia membebaskan setiap divisi untuk berkumpul atau pulang. Terkait dengan sertifikat atau piagam kepanitiaan, para Kadiv yang akan memberitahu informasi lanjutan di mana para anggota dapat mengambilnya.

Saat semua panitia telah meninggalkan gym, Divisi Logstran justru lebih memilih untuk berkumpul di parkiran. Lebih tepatnya di sebuah tempat terbuka beralaskan paving block yang berada beberapa meter di depan gym.

Tempat ini memang dikenal sebagai area untuk berkumpul para mahasiswa. Entah belajar bersama, latihan klub, atau bahkan rapat kepanitiaan. Jadi di sini selalu ramai.

Divisi Logstran pun duduk bersila dan melingkar seperti biasa.

"Selamat malam semuanya," sapa Marvin yang disambut oleh seluruh anggota dengan senyum. "Gue secara pribadi mau ucapin terima kasih banyak ke kalian selama kurang lebih empat-lima bulan ini sudah kerja keras. Sudah menyukseskan acara dari awal sampe akhir. Dari yang banyak ketawa sampe nangis-nangis juga.

Gue tau kalo Logstran bukan pilihan pertama kalian. Kirana dan Wita tadinya pengen jadi Sekretaris II dan Bendahara II, trus Cakra mau masuk Divisi Humas. Hisyam yang milih Divisi Acara, Jawad dengan Divisi Medis, juga Rian dan Cici yang pengen di Divisi PDD. Yang terakhir Gyani di Divisi Konsumsi. Cuma Januar dan Juan yang memang pengen di Logstran."

Marvin menoleh dan memberikan senyum pada Gyani yang duduk tepat di sampingnya. Gadis itu pun membalas dengan sunggingan yang tak kalah manis.

Marvin kembali menatap satu per satu panitia lain dengan melanjutkan, "Waktu rapat Kadiv dan BPH sebelum pembentukan panitia, para Kadiv duduk melingkar seperti ini. Profil dan hasil wawancara kalian yang tidak terpilih di Divisi mereka pun dikumpulkan di tengah."

Kembali tangan Marvin bergerak memeragakan cara para Kadiv meletakkan kertas-kertas calon panitia di tengah lingkaran. Kertas itu terlihat seperti sampah yang dilempar begitu saja. Ternyata Marvin mengingat jelas rapat beberapa bulan lalu itu.

"Trus mereka bilang, 'Gue nggak ngambil mereka buat Divisi gue. Kalo ada Divisi yang kurang, mungkin ini bisa jadi pertimbangan.' Waktu itu Logstran cuma ada dua orang, jadinya gue langsung ambil kertas kalian dan baca satu per satu.

Kalian punya potensi dan pengalaman banyak banget. Sayang kalo kalian nggak gabung di NFD dengan skill yang kalian punya. Akhirnya gue ambil beberapa yang gue anggap mumpuni di Logstran."

Kadiv itu menunduk dengan memainkan jemari yang sudah terkepal.

"Di rapat perdana NFD, jujur gue beneran takut banget kalian nggak datang. Takut kalian nolak gabung karena terpilih di Divisi yang nggak kalian pengenin. Tapi setelah rapat dibuka, gue lega dan berterima kasih banyak karena kalian hadir. Dan rasa terima kasih itu ada sampe hari ini. Kalo misalnya gue ada kekurangan, gue sebagai Ketua minta maaf yang sebesar-besarnya.

Mungkin dari kalian ada yang pengen disampein?"

Hisyam langsung mengangkat tangan membuat pandangan seluruh anggota tertuju padanya dalam hitungan detik.

"Gue mau bilang aja kalo gue nggak nyangka bisa diterima di Logstran. Ternyata seribet ini njir! Mana ke mana-mana pake pick up Bapak gue ngangkut beras ke pasar, halah cuk," acapnya sambil mengacak-ngacak rambut yang membuat semua panitia menahan senyum. "Tapi sumpah, ini seru! Divisi yang orangnya ajaib banget. Ternyata bisa juga ya langsung akrab walaupun baru kenal di sini."

Kirana mengangguk setuju dan memilih untuk melanjutkan perkataan Hisyam. "Gue seneng di sini. Kalo kalian daftar lagi di tahun depan, gue bakalan daftar juga. Dan... udah pasti lolos nggak sih?"

Ucapan Kirana membuat anggota lain tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

"Tahun depan bukan Kak Marvin lagi yang jadi Kadivnya, kalo bukan salah satu di antara kalian yang jadi Kadiv gantiin Kak Marvin, gue nggak daftar deh," acap Cakra yang membuat semua anggota menoleh pada Marvin.

Sang Kadiv hanya mengangguk-ngangguk.

"Udah mulai sibuk skripshittt ya Kak?" tanya Cici yang kemudian dibenarkan oleh Marvin.

"Yahhhhh..." acap Gyani dengan nada lemah.

Sontak seluruh tatapan beralih ke Gyani.

"Ya sedih dong Kak Marvin nggak jadi Kadiv lagi..." Gyani memberikan penegasan. "Ya kan? Ya kan? Ya kan?"

Jaun lantas menyikut Cakra sambil senyum-senyum jail. "Ada yang sedih mau ditinggal tuh kayaknya. Ditinggal karena sibuk."

Merasa bahwa dirinya yang dituju, Gyani tanpa pikir panjang langsung menarik satu tangan Marvin dan memeluk tangan itu seperti bayi koala.

"CIYEEEEE," seru penonton bayaran alias para panitia Logstran.

"Kenapa? Iri kan lo semua?" ucap Gyani yang entah kemana rasa malunya menghilang. Alih-alih melepas tangan Gyani karena suasana mulai tidak kondusif, Marvin justru tertunduk sambil tersenyum merekah.

Semua orang tahu betapa bahagianya Marvin.

"Oke, kembali lagi ke awal. Karena acara NFD udah selesai, gue bermaksud ajak kalian buat pembubaran panitia di Puncak hari Minggu ini," kata Marvin yang membuat semua panitia melongoh.

Apa tadi? Pembubaran panitia? Hellow, ini bahkan bukan Department di BEM dan hanya satu Divisi dari sebuah kepanitiaan, tapi ada acara pembubaran panitia? Wah daebak daebak...

"Pada bisa kan?" tanya sang Kadiv lagi.

Semula semua orang terdiam dengan tatapan masih terpaku pada Marvin. Lalu setelahnya...

"BISA LAHHHH" seru semua panitia dengan kompak.

Marvin lantas beralih ke Gyani yang masih setia memeluk lengan laki-laki itu. Sambil tersenyum tipis Marvin berujar pelan, "Ikut ya."

Pasti.

Tanpa Marvin memohon pun Gyani sudah dipastikan akan ikut serta.

Apa sih yang harus disiapkan kalo ada acara kayak gini tuh? Outfit apa yang harus Gyani pakai? Nah kan, dia jadi bingung sendiri.

.
.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top