Chapter 6 : Forgotten Old Friend
Keesokan harinya, aku pergi ke markas Slayer Knights. Aku harus pergi ke markas karena aku tau kalau saja aku tidak melakukannya, Daryl akan cemas akan apa yang terjadi padaku. Selain itu, aku juga ingin tau apa yang terjadi di markas setelah Daryl berhasil melaksanakan misinya.
Kuketuk pintu markas, dan seperti biasa pintunya dibukakan oleh seseorang. Dia tersenyum, kemudian mempersilahkan aku masuk.
"Apa kau melihat dimana Mr. Demos berada? Aku perlu bicara dengannya." ujarku.
"Beliau ada di ruangannya. Entah kenapa hari ini beliau mengurung diri, dan aku sempat melihat wajahnya sekilas, beliau nampak khawatir akan sesuatu." sahutnya
"Ah, baiklah. Sebaiknya aku bicara dengannya."
Langsung saja aku menuju ke ruangan Daryl. Pasti dia sangat khawatir akan keadaan yang ada. Kemarin dia meninggalkanku sendirian, lalu ada kemungkinan bahwa sisa dari kelompok Evil Army akan menyatakan perang. Keadaan bisa jadi tak terkendali dengan cepat. Daryl tentu tidak ingin agar hal itu terjadi.
Kuketuk pintu ruangannya. Tak lama, pintunya terbuka, dan aku bisa melihat Daryl di depannya. Dia terlihat kaget saat mengetahui kalau aku ada di depan pintunya, lalu menarikku masuk ke dalam ruangannya.
"Ya Tuhan! Kamu tidak apa - apa Tyler? Semalaman aku berpikir kalau kau tidak akan selamat!" seru Daryl.
"Aku tidak apa - apa. Kau tidak perlu khawatir." sahutku.
"Kau harus ceritakan apa yang terjadi padaku! Ayo duduk."
Kami duduk di sofa yang ada di ruang santai. Keadaannya hening selama beberapa saat, sebelum akhirnya Daryl kembali menanyakan apa yang terjadi padaku semalam.
"Untuk singkatnya, saat kupikir kalau mereka akan melumatku jadi bubur, rupanya aku malah merasakan sengatan di leherku. Rupanya itu adalah obat bius. Saat aku bangun, aku sudah berada di ruang interogasi si pria berjubah. Dia tidak menanyakan apapun, malah dia membiarkanku bertanya padanya. Setelah dia merasa puas bicara denganku, dia membiarkanku pulang." jawabku.
"Huh, kukira akan ada sesuatu yang keren terjadi. Rupanya sangat antiklimaks sekali." sahut Daryl.
Aku terkekeh. "Iya, kukira aku akan jadi bubur, atau akan terjadi suatu keajaiban. Tapi ternyata hanya itu. Mungkin aku harus berterima kasih pada pria itu, karena kalau dia tidak melakukannya, mungkin aku tidak akan hidup lagi sekarang."
"Kau menceritakan sesuatu pada pria itu?"
"Tidak. Aku hanya menanyakan beberapa hal. Kau tau bahwa aku tidak akan mengatakan apapun padanya, kan?"
"Aku tau. Tapi apa yang sebenarnya kalian bicarakan?"
Aku menceritakan semua percakapan yang aku lakukan dengan si pria berjubah itu. Setelah ceritaku selesai, Daryl mengerutkan alisnya, bingung akan kenapa semua itu bisa terjadi.
"Dia membingungkan. Kemarin dia menanyakan soal aku dan kelompok kita. Tapi sekarang dia malah membiarkanmu menanyakan banyak hal padamu. Bahkan dia tidak bertanya sedikitpun." ujar Daryl.
"Dia memang tidak bertanya. Tapi beberapa pernyataannya berupa pertanyaan tersirat. Jadi, dia tidak bisa dibilang sepenuhnya tidak bertanya."
"Hum, benar juga. Aku baru sadar akan hal itu. Tapi dia sepertinya bukan orang suruhan Mr. Silverlock. Dia tidak akan melakukan hal yang semacam itu. Si pria ini pasti seseorang yang penasaran akan bawah tanah, dan dia menyelidiki sesuatu yang berhubungan dengannya."
"Tapi kenapa aku yang jadi sasaran pertamanya untuk ditanyai? Apa hubungannya dengan apa yang dia selidiki?"
"Mungkin kita pernah berhubungan dengan sesuatu atau seseorang yang dicarinya?"
"Tapi apa, atau siapa?"
"Entahlah. Kita tidak akan tau. Ada banyak orang yang sudah jadi klien kita. Dan juga ada banyak orang yang membantu atau bermusuhan dengan kita. Kalau yang dia cari adalah salah satunya, maka kita tidak akan tau yang mana. Kita kan tidak punya pembukuan untuk klien. Hanya ada pembukuan keuangan. Kalau itu adalah sebuah kasus, aku juga tidak akan tau yang mana, ada banyak hal yang sudah kita lewati."
"Dia berkata kalau aku tau semua hal yang kau tau. Tapi apa itu?"
Daryl mengangkat bahu. "Entahlah. Kurasa ini soal kelompok, karena kau tentu sama taunya denganku."
"Aku tidak mengerti kenapa. Dan aku tidak tau siapa. Dia berkata kalau dirinya bukan dari kepolisian, jadi aku tidak tau dari mana aku harus mencari tau. Kalau saja aku tau dari mana atau organisasi apa dia berasal, mungkin itu akan membuatku sedikit lebih tenang."
Aku tidak bercanda soal itu. Orang ini sudah membuatku sangat penasaran. Apa tujuannya, dan siapa dia? Kenapa dia tidak pernah mengatakan apa yang sebenarnya dia inginkan?
Sementara itu, Daryl terlihat seperti sedang berpikir. Kurasa dia jadi ikut penasaran. Mungkin si pria berjubah ini tidak menimbulkan bahaya berarti untuk kelompok, tapi apa yang dia lakukan memang layak untuk dipertanyakan.
"Aku jadi berpikir ... mungkinkah dia salah satu dari agen itu?" ujar Daryl.
"Agen apa?"
"Agen rahasia. Ingat saat The Fancy Trio meminta pertolongan kita? Mereka bilang kalau ada seorang mata - mata yang mengikutinya kan? Jadi, setelah mereka tertangkap, aku masih agak penasaran akan si mata - mata itu. Aku mengikuti perkembangan berita mereka, berharap kalau akan mendapatkan informasi dari organisasi mana dia berasal. Tapi aku tidak kunjung mendapatkannya. Jadi aku memutuskan untuk menemui Ricchie dan menanyakan tentang hal itu. Rupanya, dia berasal dari Shaun Private Eye."
"Shaun Private Eye?"
"Ya. Mereka masih tergolong baru, baru sekitar lima tahun berdiri. Mereka memang jarang sekali bersinggungan dengan Underground, karena mereka lebih berfokus pada penyidikan rahasia dan urusan mata - mata. Mereka lebih sering jadi pengumpul informasi. Walau sudah berdiri sejak 2015, mereka baru dikenal banyak orang sejak 2018. Pemiliknya adalah Jameson Shaun, adalah lulusan Sandford Academy, Chicago. Artinya, dia adalah agen profesional. Dari apa yang Ricchie bilang, banyak dari mereka adalah agen, tapi masih tidak banyak informasi akan nama - nama anggotanya."
"Ah, pantas saja. Aku tidak pernah dengar tentang mereka."
"Ya. Walau sebenarnya kekuatan mereka mengerikan karena mereka profesional, dan tau bagaimana caranya menyusup tanpa ada yang sadar. Kau tau kan, Red Cloak, yang merupakan kelompok kecil milik Mr. Planner berhasil diruntuhkan oleh Dark Fist yang membubarkan diri setelahnya. Berdasarkan pernyataan Ricchie, rupanya si Jameson Shaun ini menyusup ke dalam Dark Fist sejak tahun 2016, hingga keruntuhan Underground dan dia bisa menjadi ketuanya. Dia memengaruhi semua anggota kelompok, dan mengatakan kalau mereka harus membubarkan diri setelah urusan mereka dengan Red Cloak selesai. Entah apa yang mereka katakan, tapi seperti yang kita tau, Dark Fist membubarkan diri."
"Bukannya Dark Fist bisa dibilang pengkhianat? Mereka sejak awal menentang banyak hal di Underground, kan?"
"Memang. Mungkin karena itulah si Jameson ini menyusup ke sana. Dia memengaruhi mereka, dan itu terjadi. Aku sebenarnya tidak peduli kalau Dark Fist bubar, tapi saat aku tau kalau salah satu alasannya adalah karena ketuanya adalah agen membuatku agak kaget juga."
"Jadi kau mau bilang ... kalau sebenarnya Mr. J yang adalah ketua Dark Fist adalah seorang agen?"
"Ya, begitu."
"Aku setuju denganmu. Itu agak tidak terduga."
"Jadi, karena itulah, kan bisa saja kalau si pria berjubah itu adalah salah satu dari mereka? Dan dia mencarimu karena satu misi yang dia jalankan. Terutama setelah melihat caranya yang profesional dan aneh itu, bisa saja itu mungkin. Apalagi kita tidak tau nama - nama mereka. "
"Bisa saja. Tapi setidaknya dia tidak menimbulkan bahaya tertentu. Dan aku baru saja berpikir, pantas saja The Fancy Trio tidak sadar kalau pemerintahan disusupi seorang agen. Itu karena kita tidak tau sama sekali tentang para agen dari Shaun Private Eye. Lagi, dia benar - benar membaur dengan sekitarnya."
"Mengerikan juga rupanya mereka. Kalau saja Underground masih ada, bisa jadi beberapa dari merekalah yang jadi faktor pelemah kekuasaan. Mereka bertindak mandiri, jadi mereka bisa lakukan banyak hal."
Aku mengangguk. Yah, kuharap aku tidak akan pernah berurusan dengan mereka, kecuali sebagai orang baik. Sepertinya mereka akan jadi salah satu ancaman serius bagi banyak penjahat di Inkuria nantinya. Kepolisian Inkuria sendiri sudah cukup hebat, ditambah dengan pihak swasta. Tapi, aku baru saja mengingat satu hal, terutama setelah mengingat kembali apa yang baru saja dikatakan oleh Daryl.
"Tunggu, tadi kamu bilang, Jameson Shaun?" tanyaku.
"Iya, ada apa?" sahut Daryl.
Aku terdiam sejenak, kemudian berkata. "Aku kenal satu nama Shaun di kampusku. Dia seorang perempuan, adik tingkatku."
"Ah, bisa jadi itu Miss Shaun. Ricchie menyebutkan kalau memang Mr. Shaun punya anak perempuan."
"Dia memang seperti ayahnya, kurasa. Perempuan itu cukup dekat denganku, kami satu klub. Dia cerdas, dan aku sering berdiskusi banyak hal dengannya. Kalau sampai dia juga seorang agen, maka aku tidak akan kaget."
"Ya, bisa jadi dia mengikuti jejak ayahnya. Kau tau kan, pemuda yang menerjunkan dirinya saat bertemu dengan The Fancy Trio itu? Dia adalah agen muda."
"Aku masih tidak menyangka kalau salah satu anggota klub favoritku bisa jadi adalah seorang agen. Dia benar - benar bisa berbaur dengan orang lain."
"Yah, setidaknya kita tidak perlu berurusan dengan para agen itu sekarang. Aku lebih khawatir tentang Evil Army."
"Kenapa?"
"Ricchie mengirimiku pesan kemarin malam, dan dia mendengar kalau mereka akan menyerang dalam waktu dekat. Mereka sudah menemukan posisi kita di mana."
"Tidak, itu buruk ... "
"Karena itulah, semalam aku mengadakan rapat khusus, setidaknya untuk memberi tau apa yang terjadi. Mereka semua sudah kujelaskan keadaannya, dan wasiat ayahku. Semuanya menerima keadaannya, dan siap bertarung melawan Evil Army. Hari ini, kita akan membahas strategi apa yang harus kita lakukan."
"Ah, pantas saja tadi Rocky bilang kalau kau terlihat khawatir. Rupanya kau memikirkan tentang hal itu ya?"
"Memang. Bagaimana aku tidak khawatir? Aku tau pasti sekuat apa orang yang mengabdi pada ayahku, dan apa saja yang bisa Miss Mary berikan pada mereka. Keduanya adalah kombinasi mengerikan."
"Kurasa aku harus setuju denganmu. Tapi tenang saja, aku yakin kita bisa mengatasinya."
Daryl tersenyum. "Aku tau kalau semuanya akan jadi lebih baik kalau ada kamu di sini."
"Kenapa kau tiba - tiba berkata begitu?"
"Aku tidak pernah punya teman dalam hidupku. Apalagi sahabat. Aku sempat bersekolah sebagaimana normalnya, tapi sampai aku lulus SMA, tidak ada yang pernah menjadi sahabatku. Aku senang kau ada di sini, Tyler. Mungkin ini agak aneh untuk terucap dariku, tapi kaulah satu - satunya sahabatku. Tanpamu, mungkin aku tidak akan bisa ada di sini, terutama setelah kejadian kemarin."
Aku tersenyum. Oh Daryl, apa kau yakin kalau dirimu hanya punya satu sahabat? Kau punya dua. Andai saja kau bisa mengingat kembali saat - saat itu, kau pasti akan tau, kalau dirimu tidak pernah sendirian. Karena itulah aku ada di sini, dan rela menceburkan diri dalam masalah ini. Karena aku tau siapa kau sejak dulu.
"Kau yakin hanya aku sahabatmu? Apa kau tidak pernah punya sahabat masa kecil?" Tanyaku.
"Entahlah, aku tidak ingat jelas. Aku hanya ingat sedikit kenangan saat aku kelas 3 SD." Jawab Daryl.
"Begitu? Aku dulu punya dua sahabat masa kecil. Mereka berdua kadang suka berdebat karena menyukai banyak hal yang berbeda, dan aku selalu melerai keduanya. Tapi kami terpisah saat masuk SD."
Daryl tersenyum. "Kedengarannya menyenangkan."
Aku juga ikut tersenyum. Andaikan saja kau ingat, Daryl.
Sebaiknya aku jelaskan saja tujuanku bergabung dengan Slayer Knights. Aku sudah menyebutkan satu hal penting tadi, jadi sebaiknya sekalian saja.
Seperti yang sudah kusebutkan, aku memiliki dua teman sepermainan, dan kami berpisah saat SD. Saat itu aku pindah ke pinggiran kota Inkuria, di daerah yang masih cukup hijau dan sepi. Ketika aku memasuki perkuliahan, di saat itulah aku bertekad untuk mencari jejak seorang temanku yang aku tau masih berada di Inkuria. Sementara itu, yang satunya lagi kembali ke kampung halamannya setelah ayahnya selesai dengan pekerjaannya di kota Inkuria.
Aku melacaknya ke taman bermain tempat kami berada dulu. Aku menelusuri jejaknya sampai dia SMA, dan aku menemukan Underground. Disana, aku menanyai beberapa orang. Mereka mengatakan kalau orang yang aku cari ada di Slayer Knights. Karena itulah, aku memutuskan untuk bergabung dengan mereka, dan aku menemukan temanku itu.
Aku menemukannya. Dan dia adalah Daryl. Aku berusaha untuk mendekatinya sehingga aku bisa mendapatkan kepercayaannya. Saat aku sudah cukup dekat dengannya, aku menyinggung sedikit tentang masa lalunya, tapi dia tidak mengatakan banyak hal. Kelihatannya dia tidak mengingat sama sekali masa kecilnya. Aku tidak bisa menyalahkannya, terkadang ada orang yang seperti itu.
Setelah itu, aku tidak pernah menyinggungnya lagi. Tapi aku tetap berada di kelompok. Setidaknya aku masih bisa berada di dekatnya. Hanya dengan itu, semuanya kurasa cukup.
Daryl mungkin melupakan hal itu, tapi setidaknya aku bisa membangunnya kembali. Aku bisa mendapatkan kepercayaannya, dan bisa menjadi sahabatnya lagi. Setidaknya itu cukup untukku.
"Sudahlah. Ayo kita ke bawah, supaya rapatnya bisa di mulai." ujar Daryl, tiba - tiba memecahkan lamunanku.
"Baiklah, ayo." sahutku.
Kami turun ke lantai bawah, dan Daryl mengisyaratkan untuk rapat. Kami duduk di meja, dan sudah bersiap untuk berdiskusi saat tiba - tiba terdengar suara ketukan pintu.
Keadaan hening sejenak, dan seseorang membukakan pintunya. Aku tidak suka keheningan ini, dan aku tidak suka dengan fakta bahwa ada tamu di saat seperti ini. Semoga saja saat canggung ini bisa berakhir.
Pintunya mulai terbuka dengan lembut. Dan perlahan, aku bisa lihat siapa yang ada di depan pintu.
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top