Chapter 4 : Caught
Misi yang telah diberikan pada Slayer Knights dijalankan dengan rencana sematang mungkin. Itu adalah salah satu prinsip dari kelompok. Memang beberapa kali perkiraan itu ada yang meleset, tapi pada kebanyakan kasus, kami berhasil melaksanakannya dengan baik.
Bahkan untuk misi yang dianggap "mudah" seperti melakukan pengawasan sekalipun, tetap ada rencana yang disiapkan. Orang - orang yang dinilai cocok untuk misi ini diturunkan, dan rencana dijalankan. Bisa dibilang semuanya berjalan sesuai dengan keinginan.
Yah, semuanya terkesan agak ribet karena sangat rapi dan mendetil. Tapi karena alasan itulah sindikat kelompok gelap agak susah untuk di tangkap. Isi kelompok seperti itu memang kebanyakan adalah orang - orang jenius yang bisa merancang rencana sempurna untuk lepas dari pengamatan pihak manapun. Aku sudah pernah melihat sendiri kelompok yang lebih besar daripada Slayer Knights dan mereka memang sangat licin. Walau akhirnya mereka tertangkap juga.
Begitulah, seperti malam ini. Sesuai yang direncanakan, aku dan Daryl akan mengirimkan "surat peringatan" pada lawan. Bukan tugas yang sulit, karena aku sudah pernah melakukannya beberapa kali. Tapi kali ini keadaannya sedikit berbeda karena musuh memiliki pasukan pengawal tersendiri yang berada di sekitarnya. Kami harus bisa menghindar dari pandangan pengawal yang dimiliki lawan. Karena kalau mereka sampai tau, keadaannya bisa jadi kacau dalam waktu singkat.
Apalagi karena kabarnya yang mengawal lawan berasal dari kaum putih. "Kaum putih" adalah istilah yang kami gunakan untuk menggambarkan oknum yang bertindak berdasarkan jalur hukum. Bisa berupa kepolisian, badan penyidikan resmi, atau organisasi lainnya yang bersifat resmi. Kalau mereka sampai tau siapa kami, maka bisa jadi akan terjadi sesuatu pada kelompok. Dan tentunya tidak ada yang ingin hal itu terjadi
Selain itu, kali ini jadi agak berbeda karena aku menjalankan misi bersama Daryl. Biasanya aku melakukannya sendirian, tapi kali ini aku memiliki teman. Terutama Daryl. Dia agak jarang turun tangan untuk melaksanakan misi, dan kalau sampai dia melakukannya berarti misi ini sangat spesial, atau dengan kata lain bisa jadi agak berbeda. Agak aneh rasanya pergi bersama Daryl, karena aku tidak pernah melakukannya. Tapi misi adalah misi, jadi aku tetap harus menjalankannya.
Daryl sendiri bukan partner yang buruk. Terutama karena dia adalah ahli. Ayahnya, Mr. Demos Senior, adalah pemilik sebuah kelompok bernama Evil Army, yang sebelum diruntuhkan merupakan kelompok yang mengkhususkan diri untuk melakukan dan merencanakan pembunuhan. Sebenarnya merekalah yang merupakan kelompok pembunuh bayaran, dan Slayer Knights hanya berfokus pada pengawalan klien. Tapi semenjak kelompok inti hancur, Daryl memutuskan untuk melanjutkan kegiatan kelompok ayahnya dari sisa orang yang ada.
Daryl bukan tipe orang yang banyak bicara, walau kadang dia bisa saja terlibat dalam sebuah pembicaraan panjang kalau dia mau. Satu hal yang menguntungkan, karena kadang aku terlibat dalam misi bersama seseorang yang suka mengobrol. Bukannya aku tidak suka, tapi terkadang itu membuyarkan konsentrasiku.
Aku sendiri juga tidak terlalu ingin bicara untuk sekarang ini. Dan tidak banyak orang yang ingin mengobrol dengan Daryl. Aku adalah salah satu orang yang beruntung karena bisa mengetahui tentang dirinya sedikit. Walau mungkin dia tidak tau bahwa aku sebenarnya mengetahui beberapa hal tentang dirinya yang tidak akan pernah dia ceritakan pada siapapun, atau mungkin dia tidak akan mengingatnya.
Kadang, aku berpikir kalau dia merasa kesepian. Posisinya sebagai ketua membuat orang lain hormat padanya, tapi sekaligus juga segan terhadapnya. Dari berapa banyak kadang dia membahas rencana denganku, aku bisa merasakan kalau dia menyukai saat - saat dia bisa berbicara dengan orang lain.
Tapi siapa yang tau? Orang - orang menganggap Daryl adalah seseorang yang sulit ditebak. Tapi sering kali hal itu benar, karena kita tidak pernah tau apa yang sebenarnya ada di dalam pikirannya.
Jadi, kami pergi bersama menuju ke rumah lawan. Rute yang dipilih adalah jalan - jalan kecil yang tertutup di kegelapan malam, agar musuh tidak bisa melihat kami. Akhirnya kami bisa mencapai bagian belakang dari rumah yang ditargetkan. Aku dan Daryl melangkah dengan sangat lembut, yang membuat tidak seekorpun hewan malam akan merasa terusik atas kehadiran kami.
"Ayo Tyler. Kita harus mencapai jendela kamarnya. Bisakah kamu bantu aku untuk mencapainya?" bisik Daryl.
"Tentu saja. Hati - hati, jangan sampai terdengar oleh siapapun." sahutku, dengan berbisik juga.
Perlahan, aku meminjamkan bahuku agar Daryl bisa naik ke kamar musuh. Setelah berdiri selama beberapa saat, dia akhirnya memutuskan untuk memanjat jendelanya. Sesaat kemudian, bisa kurasakan bahwa bebanku berpindah. Itu berarti Daryl sudah berhasil membuka kunci jendelanya dan masuk ke dalam.
Aku menunggu selama sekitar sepuluh menit sebelum akhirnya Daryl bisa terlihat kembali di jendela. Dia melompat ke bawah, yang jaraknya mungkin sekitar tiga meter. Dia bisa mendarat dengan baik, dan menghasilkan bunyi seminimal yang dia bisa.
"Ayo, kita harus segera pergi dari sini." bisik Daryl.
Aku langsung saja mengikutinya, dan kami berjalan melalui tempat yang tidak akan bisa dilihat oleh pengawal lawan. Saat kami melihat beberapa orang yang berjaga di depan rumah lawan, aku memerhatikan mereka sedikit.
Tentu saja aku agak penasaran akan siapakah yang dipilih oleh lawan untuk mengawasi keadaan di sekitarnya. Terutama yang terlibat dari kaum putih. Tidak banyak dari mereka yang berani melakukan pengawalan seperti ini. Selain itu, siapa tau nanti aku harus berhadapan dengan mereka.
"Daryl, kamu lihat tadi pengawal yang berjaga di sana kan?" tanyaku.
"Ya, tentu saja. Ada apa?" tanya Daryl.
"Apa kamu tau siapa mereka?"
Dia mengangguk. "Ya, aku tau beberapa dari mereka. Mereka berasal dari Wolf Guarding Company. Kurasa kamu sudah tau siapa mereka?"
Aku mengangguk. Tentu saja aku tau siapa yang dia maksud. Di kota ini jelas semua orang pernah mendengar kata Wolf Guarding Company. Mereka adalah kelompok pengawal profesional yang biasa digunakan oleh banyak orang penting di kota ini. Beberapa kali aku sudah pernah dipusingkan oleh mereka, dan mereka benar - benar ahli dalam pekerjaan mereka. Pemiliknya adalah Mr. Victor Wolf, yang sekaligus juga memiliki sebuah pusat pelatihan bela diri.
Mereka adalah lawan yang tangguh, terutama karena mereka juga dibekali oleh kemampuan bertarung tangan kosong. Sepertinya lawan memang sudah benar - benar merasa terpojok sehingga tidak heran kalau dia menyewa orang - orang terbaik yang ada. Mengerikan juga. Terutama karena mereka berasal dari kaum putih, mereka juga bisa berpotensi untuk membuat kehancuran kelompok.
Aku menyebut mereka sebagai "kaum putih", padahal aku sendiri memiliki separuh kehidupan sebagai warga negara yang baik. Entahlah, terkadang aku sendiri sebenarnya bingung ada di posisi manakah diriku. Aku tidak sepenuhnya menjadi "kaum putih", dan aku juga memiliki kehidupan normal, tidak seperti anggota "kaum hitam" lainnya yang mendedikasikan penuh kehidupannya untuk kelompok atau urusan mereka. Terkadang aku menyebut diriku sendiri sebagai "abu - abu" karena aku berada di antara keduanya.
Bukan berarti aku benar - benar berniat untuk bergabung dengan Slayer Knights. Ada beberapa hal yang mendorongku untuk bergabung dengan mereka. Dan juga ada beberapa hal yang ingin aku cari tau. Aku melakukannya karena aku harus, karena kalau tidak, aku tak akan pernah menemukan jawaban dari pertanyaan yang selama ini selalu mengganggu pikiranku.
"Tentu aku tau siapa mereka. Cuma beberapa di antara mereka tadi ada yang tidak aku kenal."
"Pantas saja kamu bertanya. Yah, mereka memang memiliki beberapa anggota baru, jadi begitulah."
"Apa saja tadi yang kau lakukan selama ada di dalam sana?"
"Kau tau, seperti biasa. Meletakkan surat ultimatum di dekat lawan, dan menelti ruangannya sedikit. Tapi sekarang, sebaiknya kita segera kembali ke markas."
Aku mengerutkan alisku. Bisa kudengar sedikit nada kekhawatiran dari suara Daryl tadi. Tidak biasanya dia berkata seperti itu. Suara Daryl selalu tenang dan teratur, dan perkataannya tadi jelas menimbulkan tanda tanya bagiku.
"Ada apa? Kau kedengarannya agak khawatir? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanyaku.
Daryl tersenyum ke arahku. Hal yang jarang sekali dia lakukan. Itu jelas membuatku semakin yakin kalau ada satu hal yang terjadi, dan hanya dia yang tau.
"Kau adalah satu - satunya orang yang mengenalku dengan baik. Aku bahkan tidak bisa menyembunyikan kekhawatiranku. Baiklah, lebih baik aku beri tau saja. Aku yakin kau akan merahasiakannya." ujar Daryl.
"Memang ada apa? Ada sesuatu yang berbahaya terjadi?"
"Bisa dibilang. Jadi, beberapa hari lalu aku pergi ke Ricchie's Bar. Aku hanya ingin pergi minum dan bertukar kabar dengan Ricchie. Dia menceritakan bagaimana kalau Underground sudah hancur, dan tinggal menunggu beberapa blok untuk terungkap keberadaannya sehingga semuanya bisa berakhir. Terutama setelah Miss Darla sudah pergi sejak tahun lalu, perekonomian di sana tidak berjalan lagi. Aku tidak terkejut saat mendengar hal itu. Tapi aku hampir saja menumpahkan birku saat aku mendengar Ricchie berkata tentang sisa dari kelompok ayahku."
"Maksudnya, segelintir orang dari Evil Army yang selamat kembali ke Underground?"
"Ya. Dan ada yang lebih buruk lagi. Mereka memutuskan untuk mengajak Miss Mary kerja sama dan ingin untuk menghancurkan Slayer Knights."
"Hah? Tapi kenapa? Bukannya seharusnya mereka memutuskan untuk bergabung bersama kita?"
"Memang. Tapi ada satu kejadian yang tidak kalian ketahui setelah pertarungan itu selesai."
"Ceritakanlah, kalau kamu memang mau. Aku tidak memaksa."
"Aku harus menceritakannya. Setidaknya padamu. Jadi, setelah pertarungan itu selesai, semua orang memutuskan untuk berpencar dulu, seperti yang aku perintahkan. Tapi aku tetap berada di Underground. Kemudian, beberapa orang yang selamat datang ke markas lama. Mr. Silverlock, yang merupakan salah satu anggota senior mengajakku mengobrol. Dia mengatakan kalau kita harus bangun kembali Evil Army, terutama karena banyak anggota dari Slayer Knights yang bisa bertahan. Tapi aku menolaknya dengan keras. Kami sempat berdebat saat itu, dan beberapa anggota senior lainnya juga menentang keinginanku untuk menjadikan Slayer Knights sebagai kelompok baru, walau beberapa dari mereka setuju dan bergabung dengan kita."
Aku mengangguk. Jadi mereka pada awalnya menemui Daryl? Aku tidak heran, karena anggota senior rata - rata diisi oleh para pembunuh bayaran yang sudah jauh lebih ahli. Selain itu, mereka bekerja sama dengan Miss Mary, yang merupakan pemasok senjata ilegal. Gabungan keduanya akan jadi mimpi buruk bagi kami.
"Tapi tunggu ... apa alasanmu menolak untuk membangun kembali Evil Army? Itu kan kelompok bentukan ayahmu, dan kamu akan jadi penerusnya kalau umurmu sudah cukup. Dan sekarang, Mr. Demos sudah tiada, otomatis kekuasaan ada di tanganmu kan? Tapi kenapa kamu lebih memilih untuk mempertahankan Slayer Knights?"
"Aku sudah duga kalau kamu akan menanyakannya. Tapi memang ada alasannya."
"Apa itu, kalau aku boleh tau?"
"Itu adalah wasiat ayahku. Beliau ingin aku untuk mempertahankan Slayer Knights. Sebelum pertarungan itu dimulai ... ayahku menyerahkan sepucuk surat. Itu adalah wasiatnya, dan aku boleh membukanya kalau beliau sudah dinyatakan tewas. Jadi, saat aku membacanya, disana tertulis, jika aku selamat, maka aku harus mempertahankan Slayer Knights, dan membuat kelompoknya seperti Evil Army. Aku juga harus mengajak sisa anggota lainnya yang tersisa untuk bersatu dalam Slayer Knights. Beliau ingin kita melakukannya agar tidak terlacak. Karena kalau kita tetap menggunakan nama Evil Army, maka kita akan mudah untuk ditemukan. Karena tidak ada yang tau tentang Slayer Knights, maka tidak akan ada yang curiga."
"Ah, aku mengerti. Tapi, bukannya kamu bisa jelaskan semuanya pada Mr. Silverlock? Dia pasti akan mengerti."
"Aku sudah jelaskan, tapi beliau tidak mau mendengarkanku. Katanya aku egois dan ingin menyaingi ayahku dengan membentuk kelompok baru. Karena itulah dia tidak terima, dan berjanji akan memusnahkan Slayer Knights."
"Begitu? Bukannya Mr. Silverlock berambisi ingin jadi wakil kelompok dulunya."
"Karena itulah. Ayah sudah memperingatkanku kalau beliau itu berbahaya, dan bisa mengambil alih Evil Army kelak. Beliau tidak bohong, karena saat ini Mr. Silverlock sekarang pasti tengah membentuk kembali Evil Army, dan dia akan menindas kita habis - habisan kalau kita tidak mau bergabung dengannya. Mr. Silverlock selalu ingin jadi pemimpin Evil Army, karena itulah Ayah tidak akan membiarkan aku membentuk kembali kelompok itu. Mr. Silverlock pasti akan selalu memengaruhiku."
"Oke, jadi intinya, bisa saja Mr. Silverlock berusaha untuk menghabisi kita kapan saja, begitu? Dan kamu khawatir karena kamu tau mereka kuat dan dibantu oleh Miss Mary?"
"Tepat. Jujur saja, aku merasa lelah akan urusan kelompok ini. Tapi aku tidak bisa membiarkan Mr. Silverlock melakukan semuanya seenak jidatnya. Jadi aku harus bertahan."
"Kamu? Lelah akan semua itu? Kenapa?"
"Aku punya alasanku tersendiri. Tapi aku tidak akan mengatakannya, mungkin belum untuk sekarang ini. Nanti kalau sudah saatnya, kau akan tau kenapa."
Pernyataannya tadi jelas membuatku bertanya. Rupanya ada beberapa hal tentang Daryl yang tidak aku tau sepenuhnya. Pikirannya memang tidak banyak yang mengerti, dan alasannya jelas membuatku penasaran akan apa yang sebenarnya dia rahasiakan.
Kami sudah cukup lama berjalan, karena tempatnya memang cukup jauh. Tapi dari kejauhan, aku bisa melihat ada beberapa orang yang berdiri di ujung jalan. Seingatku, rute ini selalu sepi dan tidak pernah dilewati oleh orang. Lalu, kenapa ada beberapa orang di sana.
Kami semakin lama semakin mendekat, dan kini ada empat orang yang berdiri menghalangi kami. Aku tau kalau ini bukan pertanda bagus.
"Ada apa kalian di sini hah?" Tanya salah seorang dari mereka.
"Kami dari rumah teman, dan akan kembali ke kost. Kebetulan semalam kami baru saja kalau disini ada jalan pintas. Makanya kami lewat sini." Ujar Daryl, berkilah.
"Begitu ya? Tapi aku tau siapa kalian, dan sepertinya kalian baru saja melakukan sesuatu yang tidak kami sukai. Jadi teman - teman, ayo, kita habisi mereka!"
Kami dikepung oleh tiga orang. Punggungku menempel pada punggung Daryl, dan kami berusaha mempertahankan posisi kami.
"Sial, apa ini mereka?" tanyaku, dengan suara pelan.
"Mungkin. Bisa saja mereka melihat kita menyelinap tadi." ujar Daryl.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?"
"Fight them, I guess ..."
Mereka mulai melayangkan serangan, dan kami berusaha bertahan sambil membalas serangan mereka. Dari cara mereka bertarung, aku yakin seratus persen kalau mereka berasal dari Victor Guarding Company. Mereka sangat gesit dalam mengelak dan menyerang. Dan dengan keadaan dua lawan empat, aku tidak yakin kalau kami bisa menang.
"Ah, sialan! Seharusnya aku dulu menuruti keinginan ayahku untuk ambil kelas karate! Kalau begini kan susah! Selain itu, seharusnya kucat saja rambut pirangku ini jadi hitam! Sialan, aku yakin kalau kalian tadi sempat melihat rambutku saat menyelinap!" seru Daryl, sambil menyerang lawan yang ada di hadapannya.
Kalau saja keadaannya tidak gawat, aku pasti akan tertawa terbahak - bahak. Daryl sering kali bercanda tentang ayahnya yang mewariskannya warna rambut yang menyusahkan jika dia sedang menyelinap. Aku pernah beberapa kali pergi bersamanya ke kumpulan masyarakat, dan banyak orang yang menoleh karena melihat rambut pirangnya serta penampilannya yang terlihat benar - benar seperti bule.
Kami bisa dibilang kepayahan dalam melawan empat orang itu. Sementara mereka semakin ganas menyerang kami. Jadi, antara aku dan Daryl harus menjaga antara satu dengan yang lainnya.
Hingga akhirnya Daryl jatuh tersungkur, dan ada seseorang yang berusaha untuk menyerangnya ketika dia sedang berusaha untuk berdiri. Akupun langsung menerjang Daryl sehingga dia terhindar dari serangan itu.
"Ugh, terima kasih, Tyler. Kalau tidak, mungkin tadi itu aku sudah jadi bubur karena dihabisi oleh mereka." Ujar Daryl.
"Kamu sebaiknya lari, Daryl. Aku akan coba alihkan perhatian mereka." Sahutku.
"Kamu gila! Aku tidak bisa membiarkanmu bonyok sendirian di sini."
"Tapi lebih baik aku yang dihajar daripada kamu! Semua orang akan khawatir kalau kamu tidak bisa kembali ke markas, sementara mereka pasti berpikir kalau aku kembali ke kost karena aku tidak ke markas! Jangan buat yang lain panik!"
Belum sempat Daryl berkata, aku sudah merasakan bahwa tubuhku ditarik oleh seseorang, dan dua orang berusaha untuk menghajarku. Kuharap Daryl bisa segera lari dari sini.
"Cepat! Lari, Daryl!" seruku.
Dia akhirnya berdiri, dan langsung berlari ke satu arah. Salah seorang dari mereka yang menjaga Daryl agak lengah, jadi Daryl bisa menubruknya sehingga dia jatuh dan bisa melarikan diri.
Daryl hampir saja di kejar, tapi salah satu orang yang ada di dekatku memberi aba - aba agar tidak usah mengejarnya. Aku bernapas lega karenanya. Tapi kini di hadapanku ada seseorang yang menyiapkan tinjunya untuk menyerangku. Dua orang di kiri dan kananku memegangi tanganku, dan aku hanya bisa memejamkan mata menunggu sebuah pukulan mendarat di tubuhku.
Tapi bukannya pukulan, aku malah merasakan sengatan kecil di leherku. Saat aku sadar apa yang terjadi dan berusaha untuk melawan, kekuatan dalam tubuhku berangsur - angsur menghilang. Tapi saat itu, aku masih bisa mendengar sepenggal percakapan.
"... Jadi, kami sudah lakukan apa yang kau mau. Lalu sekarang apa?"
"Biar aku urus sisanya."
Aku tau kalau sesuatu yang tidak baik akan terjadi. Dan aku tidak bisa menduga apa itu.
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top