13
Bak pangeran dan putri kerajaan, Adnan bersama Qila menjadi pusat perhatian saat keduanya masuk dengan tangan saling menggenggam. Adnan yang biasanya memasang wajah kaku, kini tersenyum manis saat sesekali menatap istrinya. Hal itulah yang membuat para undangan terkejut.
"Selamat malam, Pak Adnan. Saya pikir Bapak tidak akan datang," ujar seorang pria berumur 40 tahunan saat menahan langkah sepasang suami istri itu.
Adnan tersenyum kecil sembari kembali menatap istrinya. "Selain ingin menghadiri acara anda, saya juga ingin memperkenalkan istri saya."
Pandangan pria paruh baya bernama Doni itu langsung teralihkan. Dia ikut menatap wajah Qila yang sedikit bersemu. "Salam kenal, Ibu ... ."
Doni sengaja menahan ucapannya agar Qila memperkenalkan dirinya. Hal itu berhasil dan membuat perempuan tersebut mengeluarkan suaranya juga menerima uluran tangan Doni yang menyapanya.
"Saya Aqila Aurellia atau bapak bisa panggil saya dengan nama Qila."
"Baik, Bu Qila. Selamat menikmati acara kami," ucap Doni mengakhiri pembicaraannya. Tubuh pria paruh baya itu bergeser untuk memberi ruang Adnan dan Qila melangkah.
Belum jauh keduanya pergi, beberapa orang tiba-tiba datang dan membuat keduanya kembali terdiam. "Jadi perempuan ini yang bisa mengubah sikap seorang Adnan?"
Pertanyaan spontan yang diberikan oleh salah satu orang tersebut membuat Adnan mengangkat alisnya dan Qila menoleh ke arah suaminya itu. "Maksud anda?"
"Gimana ya jelasinnya ... ."
Pria yang Adnan kenal bernama Zelo itu sengaja menggantungkan ucapannya dengan senyum licik yang terlukis di wajahnya.
"Kalau tidak ada sesuatu yang penting, saya pamit untuk pergi." Adnan yang muak dengan sikap Zelo memilih pergi dan menarik tangan istrinya untuk ikut bersamanya.
Sayangnya, tangan Zelo ikut menarik tangan Qila dan membuat mereka terlihat saling menarik satu sama lain.
Menyadari ada yang aneh, Adnan menoleh dan mendapati tangan istrinya tengah digenggam oleh Zelo.
Rasa cemburu kemudian muncul di benak Adnan dan pria itu langsung melepaskan cengkeraman tangan Zelo dengan kasar. "Jangan sentuh istri saya!"
Peringatan keras Adnan layangkan. Namun bukannya takut, Zelo malah kembali tersenyum simpul setelah Adnan dan Qila pergi meninggalkannya.
"Jangan macem-macem deh Lo sama Adnan," sahut seorang pria yang bersama Zelo sejak awal. Pria itu tau bagaimana kejamnya Adnan jika ada seseorang yang mengganggu hidupnya.
"Gue nggak bakal takut sama dia!"
"Cari mati banget sih Lo!"
Bukan Zelo namanya, jika dia tidak tertarik pada apa yang Adnan miliki. Alasan inilah yang membuat Adnan sempat menyembunyikan istrinya, dia tau ada banyak orang yang mau menghancurkan hidupnya.
Suasana hati Adnan hancur seketika saat Zelo mengganggu istrinya. Pria itu kemudian duduk di meja kosong didampingi sang istri yang terlihat khawatir. "Kamu nggak pa-pa, Mas?"
Adnan menoleh menatap Qila yang begitu muram, kepalanya kemudian menggeleng pelan. "Nggak, aku nggak pa-pa kok."
Jawaban Adnan tidak membuat kegelisahan Qila menghilang, dia tau jika sang suami masih kesal pada tindakan pria yang mengganggunya.
Qila kemudian menggeser kursi yang dia duduki, mendekatkannya ke arah kursi Adnan. Perlahan, tubuhnya bergeser menyentuh tubuh Adnan yang seketika terkejut.
Mengetahui jika sang istri tengah berusaha mengambil hatinya, Adnan perlahan melingkarkan tangannya ke tubuh Qila dan keduanya mulai terbawa suasana musik klasik yang tiba-tiba terdengar.
Di tengah menikmati suasana acara, seorang pelayan datang ke meja Adnan dan Qila. Pelayan tersebut menawarkan makanan untuk sepasang suami istri itu. "Silakan makanannya, Pak, Bu."
Sebuah nampan kemudian pelayan itu sodorkan dan Qila menoleh, meminta izin pada sang suami. "Silakan kalau kamu lapar."
Dengan semangat, Qila mencondongkan tubuhnya untuk melihat beberapa makanan ringan yang pelayan bawa. Ada beberapa buah juga kue yang hampir semuanya manis.
"Aku mau semangka sama cheese cake dong, Mas."
"Baik, Bu."
Pelayan yang tidak mereka ketahui namanya itu langsung memindahkan makanan yang Qila inginkan dari atas nampan, ke atas piring. Dengan mata berbinar, Qila bersiap mencicipi makanan tersebut.
Setelah menyendok cheese cake, Qila tidak langsung menyantapnya. Namun, malah ditawarkan kepada sang suami yang terlihat asyik memperhatikannya. "Mau nggak, Mas?" tanya Qila dan Adnan menggelengkan kepalanya pelan.
"Nggak, saya nggak laper."
Tawarannya ditolak oleh Adnan membuat Qila bahagia dan sedih secara bersamaan, bahagia karena cheese cake nya utuh. Sedihnya karena Adnan menolak tawarannya.
Sebelum menyantap cheese cake di hadapannya, Qila menghirup aroma kue tersebut seperti biasanya. Namun, saat aroma kue itu masuk ke dalam tenggorokannya. Qila tiba-tiba merasakan mual yang luar biasa.
Dengan tangan menutupi mulut, Qila beranjak dari tempat duduknya dan berlari mencari kamar kecil.
Adnan tidak tinggal diam dan mengikuti istrinya tersebut, sampai keduanya di kamar kecil yang cukup jauh dari tempat acara.
Perlahan, Adnan mengusap punggung Qila yang tengah mengeluarkan isi perutnya ke dalam wastafel dan setelah selesai, perempuan itu menatap dirinya di cermin.
Jelas terlihat bagaimana pucatnya Qila sekarang sehingga membuat Adnan khawatir. "Kamu kenapa sayang?"
Tidak memiliki tenaga lagi untuk berbicara, Qila hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Kita ke rumah sakit ya, saya takut kamu kenapa-kenapa."
Menyikapi ucapan Adnan, Qila menoleh dan perlahan pengusaha dada suaminya. "Aku nggak pa-pa kok. Kayanya lagi masuk angin aja."
"Masuk angin?" Adnan tentu bingung dengan ucapan Qila. Jawaban tak masuk akal itu perlu untuk dia pertanyakan kembali. "Maksud kamu apa? Kamu masuk angin?"
"Kayanya sih gitu," jawab Qila singkat. Perutnya masih begitu sakit seakan tengah diaduk.
Melihat sang istri yang menahan rasa sakit, Adnan merasa begitu khawatir pada Qila. "Kita harus ke rumah sakit, Qil. Saya takut kamu kenapa-kenapa."
Keduanya saling menatap saat ini. Jujur, Qila merasa kurang enak karena harus pergi sekarang padahal mereka baru sampai. "Acaranya gimana?"
"Saya nggak peduli. Pokoknya saya mau kita ke rumah sakit!"
Ucapan tegas Adnan, sejalan dengan apa yang dia lakukan. Menyeret Qila keluar dari tempat acara dan sampailah mereka di parkiran.
Setelah masuk ke dalam mobil. Adnan langsung memerintahkan sopirnya untuk membawa mereka ke rumah sakit terdekat.
Tidak butuh waktu lama, keduanya sampai di rumah sakit dan Qila langsung dibawa ke dalam sebuah ruangan.
Adnan menunggu istrinya di luar dengan perasaan khawatir yang berkecamuk. Di dalam hati, Adnan terus berdoa agar sang istri tidak kenapa-kenapa.
"Keluarga pasien Aqila Aurellia," panggil seorang suster yang baru saja keluar dari ruangan Qila.
Adnan yang sebelumnya duduk, langsung berdiri mendekati suster tersebut. "Saya, Sus. Saya suaminya Aqila Aurellia."
Sebelum membiarkan masuk, suster yang menangani Qila sempat memperhatikan Adnan dari bawah hingga atas. Entah apa maksud dan tujuan suster tersebut melakukan itu. Adnan tidak peduli, yang dia pedulikan saat ini adalah kesehatan istrinya.
"Jadi gimana keadaan istri saya, Sus?" tanya Adnan yang membuat suster dihadapannya tersentak.
"Mari masuk, biar Dokter Sasa yang menjelaskan."
Saat Adnan masuk, pria itu melihat Qila tengah tertidur di atas kasur dengan seorang dokter perempuan di sisinya. Yang pasti dokter tersebut bernama Sasa sesuai nama yang disebutkan oleh suster di depan.
"Gimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Adnan dengan tidak sabar.
Dokter Sasa tidak langsung menjawab, tetapi tangannya terus menulis di sebuah kertas. "Sudah berapa lama kalian menikah?" tanya Dokter Sasa tiba-tiba.
"Baru beberapa bulan ini, Dok."
Dengan spontan, Dokter Sasa mengangguk-anggukan kepalanya dan perlahan tangannya terangkat untuk mengajak Adnan bersalaman.
"Ada apa, Dok?" tanya Adnan dengan dahi mengerut. Dia merasa aneh pada tingkah dokter Sasa.
"Selamat, istri anda tengah mengandung."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top