Distraction 12
Mature content.
Please be wise 😊
-----
Mata Tatiana menerawang. Masih menyisakan efek yang Daniel berikan beberapa saat yang lalu. Di depan sana, pendeta sedang mengadakan pemberkatan untuk Mr. Hendon dan istrinya. Sementara pikiran Tatiana masih menerawang jauh. Wajahnya terlihat berseri dan itu semua dikarenakan oleh jemari dan bibir Daniel yang memanjakan dirinya.
Oh Tuhan...
Mungkin dirinya saat ini sudah sangat mirip layaknya pelacur yang siap dipuaskan kapan saja. Hanya saja, peran Tatiana hanyalah sebagai pihak pemuas sementara Daniel tetap kukuh dengan perkataannya. Bahkan dengan godaan-godaan yang Tatiana berikan meskipun ia sudah telanjang di hadapannya, Daniel tetap bisa menjaga celananya tetap di tempatnya dengan Tatiana yang selalu berhasil ia buat puas terlebih dahulu.
Bahkan ketika Tatiana merajuk dan mengatakan bahwa Daniel tidak lagi menginginkan dirinya dan tubuhnya, Daniel dengan berani membawa tangan Tatiana ke arah kejantannya yang membengkak dan berkedut meski ia merasakannya dari balik kain celana yang Daniel gunakan. Dan setelahnya, lagi dan lagi Tatiana akan terlebih dahulu terbuai dengan permainan Daniel tanpa membuat Daniel mencapai kepuasan yang sama dengannya.
"Sampai kapan kau mau melamun, Manis?" ujar Daniel pelan di telinganya. Senyumnya yang mampu membuat darah Tatiana berdesir menyenangkan muncul dengan indahnya. Netra hazelnya berkilat antara geli dan perasaan cinta yang nyata. Dan semua itu kadang membuat Tatiana merasa ingin menangis karena perasaan Daniel kepadanya.
"Aku...." Tatiana lalu menengok ke kanan dan kiri. Melihat banyak orang yang telah membubarkan diri karena pasangan pengantin kini telah meninggalkan gereja dan pindah ke kediaman mereka untuk sebuah pesta dansa sederhana.
Daniel lalu menarik Tatiana hingga berdiri. Melingkarkan lengannya di pinggangnya dan membawa wanita itu mendekat kepadanya. Ia lalu mengecup pelipis Tatiana dan perlakuannya tentu tidak akan lepas dari orang-orang yang masih berada di dalam gereja. Tatiana bahkan merasakan bahwa Phineas, istrinya, dan pamannya dengan teramat jelas melihat perilaku Daniel yang belakangan ini bersikap sangat manis kepadanya.
Seharusnya bukan begitu perilaku seorang lord kepada gundiknya. Apa yang Daniel lakukan kepadanya, lebih mirip seperti seorang suami kepada istrinya, seperti seorang pria kepada kekasihnya.
"Daniel," peringat Tatiana yang hanya dianggap angin lalu oleh Daniel. Ia tetap mendekap pinggang Tatiana. Menuntunnya hingga mendekati Lawson yang sedang berbicara dengan Phineas dan istrinya.
Lawson memicing menatap kedekatan kedua orang di depannya. Namun jelas, bukan tatapan cemburu yang ia berikan kepada Daniel.
"Aku sedang membicarakan mengenai kapal yang akan berlayar ke Inggris tiga hari lagi. Lawson sudah setuju akan ikut jika Miss Sherrington bergabung dengannya," ujar Phineas.
"Oh." Tatiana mengerjap bingung. Ia lalu menatap sang paman yang kali ini menatap ke arah lain.
"Tentu saja dia akan bergabung. Mr. Hendon yang bijaksana sudah setuju untuk memulangkan Tatiana ke Inggris. Penduduk Inggris, terutama para penggemarmu pasti akan senang, bukan?"
Tatiana membelalak. "Apa?"
Daniel terkekeh. Mengusap lengan Tatiana dengan niatan untuk menenangkannya sembari memberikan tatapan meneduhkan kepadanya.
"Bagus! Aku akan meminta agar kamar tambahan segera di bersihkan. Tentunya kalian menginginkan kamar yang terpisah, kan?" kali ini istri Phineas yang berujar.
"Tentu saja, Gabriela. Mengapa kau harus bertanya seperti itu?" sungut Daniel sembari menatap heran kepada kakak iparnya.
Sementara kedua pria lainnya mendengkus karena meragu. Melihat kedekatan kedua pasangan yang seperti merpati di mabuk cinta, tentunya mereka tidak akan yakin bahwa Daniel tidak melakukan sesuatu yang melanggar norma sosial. Bukannya mereka menyetujui hal itu dilakukan. Namun, kepercayaan kepada Daniel bahwa ia tidak akan melakukan hal yang bodoh apalagi melarikan diri dari tanggung jawablah yang pada akhirnya membuat Phineas dan Lawson hanya diam dan memperhatikan. Lagi pula, Miss Sherington terlihat seperti wanita yang keras kepala. Apalagi mendengar gerutuan Daniel di suatu pagi yang menanyakan kepada Phineas bagaimana cara agar meyakinkan seorang wanita mau menikahinya, sudah cukup membuat Phineas mengerti permasalahan yang Daniel hadapi.
"Kalau begitu, kita akan berjumpa tiga hari lagi," tutup Lawson sebelum seseorang memanggilnya dan membuatnya harus meninggalkan mereka.
Sementara itu pikiran Tatiana sedang berderak. Merespon apa yang baru dirinya dengar saat ini. Rencana kepulangan keluarga Wood dan juga dirinya.
Tatiana, tentu bisa menolak dan Mr. Hendon pasti akan menyetujuinya. Namun pertanyaan selanjutnya yang datang kemudian, mampukan dirinya bertahan tanpa Daniel di sisinya? Mampukah ia bertahan dengan Daniel yang berada di negara lain yang jauhnya bahkan tidak bisa digapai dengan mudah olehnya. Sementara dua minggu belakangan ini, setiap harinya Tatiana selalu mendapati Daniel yang selalu di sisinya sejak pagi hingga petang menjelang.
"Nah, nikmati pesta dansanya Tatiana. Kau pasti ingin berdansa dengannya, bukan?" ujar Gabriela riang bersamaan ia yang menarik lengan Phineas pergi.
"Kau tidak mengatakan mengenai kepulanganmu!" tuduh Tatiana kesal.
Daniel mengangkat bahunya. Menggiring Tatiana ke belakang gereja dan masuk ke dalam kebun cemara yang tumbuh dengan lebat. Di sinilah Daniel telah mencumbui Tatiana dan memberikan kepuasan sebelum pemberkatan itu di mulai. Dan saat ini, meski dirinya tidak yakin akan kembali mencumbu gadis keras kepala di sampingnya, jelas apa yang mereka butuhkan adalah sedikit privasi.
"Aku tidak mau!"
"Tidak mau untuk?" tanya Daniel dengan mengangkat sebelah alisnya.
"Kau bawa ke sana! Kau pasti akan merayuku dan membuatku menyetujui keinginanmu! Aku tidak mau kau bodohi Daniel!" teriak Tatiana frustrasi. Jelas sekali bukan bahwa Daniel memang sedang membodohinya seperti dirinya yang merayunya sehingga mengizinkan Daniel menempelinya sejak pria itu tahu bahwa Tatiana hampir pingsan di pertunjukkan terakhirnya karena terlalu lelah.
"Jadi kau merasa selama ini telah kubodohi?" gumam Daniel sedih. Wajahnya tampak terluka sehingga membuat Tatiana menggeram kesal.
"Kau menyebalkan! Jangan memunculkan wajah memelasmu karena kau tahu itu kelemahanku," desis Tatiana jengkel.
"Dan kali ini kau mengasihaniku. Oh God. Bagus, jadi aku adalah orang licik yang berusaha membodohimu dan orang yang sama yang kau kasihani," cetus Daniel terdengar lebih terluka lagi.
Itu semua memang yang Tatiana katakan. Tetapi mengapa ketika Daniel yang mengatakannya dan merangkumnya membuat kata-kata itu tampak begitu kejam?
"Daniel..."
Daniel menghela napas panjang. "Jadi kau memang tidak mau pulang ke Inggris bersamaku," ujarnya lelah.
"Daniel-"
"Kau tahu aku memiliki tanggung jawab di House of Lords, Tatiana. Tidak mungkin aku terus menerus mengabaikan tanggung jawabku dan berada di sini."
Napas Tatiana tercekat.
"Jika kau memang tidak ingin pergi..." Daniel menghela napas panjang sekali lagi. "Aku tidak akan memaksamu, Tatiana. Meski kau telah berjanji untuk tidak meninggalkanku, tetapi mungkin aku yang akan meninggalkanmu untuk memenuhi tanggung jawabku yang lain. Maafkan aku..." tambahnya lagi dengan bahu yang terkulai lemah. Ia lalu berjalan melewati Tatiana. Meninggalkannya dengan lengan yang menjuntai lemah. Tanpa lengannya yang biasanya akrab melingkari pinggang wanita itu dan tanpa keberadaan wanita yang sudah melekat erat kepadanya akhir-akhir ini.
Daniel berusaha menutupi rasa kecewanya sebisa mungkin. Tersenyum kepada para tamu dan berbincang bersama dengan sepupunya, Mr. Hendon dan istrinya yang sedang berbahagia. Dia juga berbicara sebentar dengan Phineas dan istrinya. Terus berada di sisi Tatiana namun tidak sekali pun berbicara dengannya. Tidak lagi menyentuhnya bahkan sampai acara itu selesai dan Daniel mengantarkannya ke kediamannya di Paris.
"Dani-"
"Beristirahatlah," potong Daniel sembari memberikan senyuman yang terlihat menyedihkan. Hal yang membuat jantung Tatiana terasa diremas dari dalam.
Ketika akhirnya Tatiana memasuki rumahnya, ia akhirny tahu apa yang akan dirinya lakukan kedepannya. Demi dirinya. Demi hatinya. Demi masa depannya.
***
Daniel menggerutu dengan suara keras seolah menginginkan dinding kamarnya menjawab ucapannya. Ia mengusap rambutnya kesal.
Semuanya sedang dipertaruhkan. Ia sudah berusaha. Mengerahkan semua pesonanya untuk menjerat Tatiana. Dan jika gagal...
Daniel kembali menghela napas panjang. Mengusap keras wajahnya dan membuat penampilannya terlihat berantakan.
Jika wanita itu tetap dengan pendiriannya, maka jalan terakhir yang harus Daniel tempuh adalah menculiknya. Membawanya ke gretna green dan menikahinya dengan wanita itu yang harus mengatakan bersedia untuk menjadi istrinya. Mengenai caranya, Daniel akan memikirkannya nanti.
"Cepatlah pemalas. Kapal tidak akan menunggumu jika kau terlambat," ucapan tiba-tiba dari kakaknya menyentaknya. Daniel memicing menatap sang kakak yang sedang bersandar di pintu kamarnya.
"Yang benar saja. Ucapanmu terdengar menggelikan, Phin," dengkus Daniel keras. Kapal yang akan mereka naiki dan membawa mereka ke Inggris adalah milik Phineas. Benar-benar milik Phineas yang memang memiliki properti di beberapa wilayah dan dermaga. Hobinya bertualang membuatnya harus memiliki penghasilan sendiri dan peralatan penunjangnya. Kapal feri yang mampu menampung beban 1000 ton berat, adalah salah satunya. Kapal yang juga digunakan Phin untuk berniaga antarpulau, negara, bahkan benua.
Daniel lalu mengambil mantelnya. Memakainya dengan cepat dan berderap melewati Phineas. "Ayo. Ada yang kau tunggu?" Cemooh Daniel yang mendapat gelengan tidak percaya dari sang kakak.
"Bukankah seharusnya itu yang harus kutanyakan kepadamu?"
"Apa?"
Phineas tekekeh. "Kau benar-benar percaya diri bahwa dia akan datang, kan?"
"Kau sudah menyiapkan ruangan tambahan untuknya dan Lawson, bukan?"
"Lawson akan ikut jika Tatiana ikut. Namun Lawson bahkan belum menghubungiku sampai detik ini. Kau yakin mereka akan datang?"
Rahang Daniel mengeras. Namun ia tidak mengatakan apapun bahkan sesampainya mereka di dermaga.
"Kita akan berangkat tiga puluh menit lagi, Daniel." Pesan Phineas sembari menepuk bahu Daniel.
Rahang Daniel semakin mengeras. Buku-buku jarinya bahkan sampai memutih karena terlalu kuat menggenggam. Tatapan matanya menyusuri area dermaga. Berharap menemukan sosok yang akan datang dan membuat hati dan pikirannya lebih baik.
Apakah seharusnya tiga hari ini Daniel tetap menempel dengan wanita itu alih-alih memberikan waktu bagi Tatiana untuk merasakan ketiadaan dirinya bagi wanita itu. Entahlah, Daniel sungguh tidak tahu lagi apa yang seharusnya dirinya lakukan. Ia sudah berusaha dengan sangat keras dan bagaimana jika...
Daniel menelan ludahnya susah payah. Pikiran mengenai jiwanya yang lagi-lagi terasa hampa dan kosong tanpa sosok Tatiana membuatnya mati rasa. Bahkan Phin yang kemudian mengatakan bahwa mereka akan segera berlayar seperti penanda hukuman mati baginya.
Oh Tuhan...
"Sebaiknya kau beristirahat di kabinmu, Daniel. Kau tampak kepayahan," ujar Gabriela lembut. Tatapan matanya ikut merasa sedih atas apa yang telah menimpa adik iparnya. Namun ia tidak bisa melakukan hal yang lebih jauh lagi karena suaminya melarangnya. Daniel harus mendapatkan kebahagiaannya sendiri karena itu akan membuatnya menghargai kebahagiaan itu sendiri, ujarnya.
Dengan langkah gontai, Daniel menyusuri lorong kapal. Mengabaikan rayuan angin laut yang biasanya ia sukai. Tidak menghiraukan langit biru yang terbentang karena rasanya, hatinya bahkan tidak bisa menikmati keindahan yang ada.
Dirinya jelas kalah. Pertaruhan bodohnya tidak bisa ia menangkan.
"Daniel, My Lord..."
Daniel menutup matanya. Bersandar di pintu kabinnya dengan jantung yang terasa diremas dari dalam. Bahkan sekarang ia bisa mendengar suara wanita itu. Dirinya pasti sudah gila.
"Oh Daniel..." ujar suara itu lagi. Namun kali ini tangan lembut nan hangat membelai wajahnya. Merayunya dan membuatnya percaya bahwa ini nyata.
"Daniel..." rayu suara itu lagi. Sesuatu yang hangat dan kenyal menyentuh bibirnya. Menggulumnya seperti apa yang biasanya wanita miliknya lakukan dan kemudian, ia menggigitnya. Membuat Daniel tersentak karena rasa sakit yang nyata di bibirnya.
Kemudian, ketika ia membuka matanya dan menemukan wanita itu berada di depannya, telanjang di depannya ya Tuhan... Ia benar-benar merasa mungkin saja dirinya benar-benar gila.
Benar-benar gila bahkan ketika jemari Tatiana mulai membuka kancing-kancing baju Daniel dan menelusupkan tangan lembutnya di dada bidang Daniel.
"Apa kau masih belum percaya bahwa aku ada di sini, hmm?" bisik Tatiana di telinganya. Ia lalu menggulum daun telinganya. Memberikan gigitan kecil di daun telinganya, rahangnya, dan bibirnya.
"Aku di sini. Tidakkah kau ingin menyentuhku? Menandaiku? Menjadikanku milikku?"
Napas Daniel memburu dengan cepat. Apalagi ketika wanita itu berhasil meloloskan kemejanya dan membuat Daniel bertelanjang dada. Pucuk payudara Tatiana lalu menggosok dada telanjang Daniel. Membuat keduanya mengerang atas kenikmatan yang terbentuk karenanya.
"Tatiana..."
"Bercintalah denganku, My Lord," bisik Tatiana lagi. Tangannya dengan cepat menyingap celana Daniel. Menelusup sehingga dirinya bisa menangkup sesuatu yang berada di antara kedua kaki Daniel.
Daniel mendesis. Tetapi setitik pikirannya yang masih bekerja mengingatkan dirinya. Mengingatkan bahwa pertaruhannya telah berhasil. Wanita ini entah bagaimana, dengan cara yang mengejutkan telah berada terlebih dahulu di kapal yang sedang berlayar. Dan dengan cara yang menakjubkan sedang telanjang dan menggoda dirinya.
Daniel pernah mengalami hal serupa dan hampir mengingkari apa yang ia katakan dan kali ini...
Daniel menarik napas panjang. Mencekal lengan Tatiana dan menjauhkannya dari pusakanya yang sedang berdiri tegak dan siap untuk bertempur.
"Kau ada di sini," desisnya.
Tatiana mengangguk antusias. "Ya. Aku di sini," jawabnya menggoda. Ia lalu mencondongkan tubuhnya dan berniat lebih menggoda Daniel lagi dan lagi.
"Kemarilah," seru Daniel dengan tidak lupa mengunci kabinnya terlebih dahulu dan setelahnya, menggendong tubuh Tatiana dengan kedua kaki wanita itu yang melingkari pingganya sementara dada mereka kembali saling bersentuhan.
Dan seperti yang biasa Daniel lakukan, ia membaringkan Tatiana di tempat tidur berukuran sedang. Menahan kedua tangan wanita itu di atas kepalanya dan mulai menandai setiap inchi bagian tubuhnya.
"Bercintalah denganku, Daniel..."
"Tentu, Manis. Aku akan bercinta denganmu menggunakan tangan dan mulutku. Kau tahu itu."
Tatiana menggeleng. "Tidak, My Lord. Aku ingin milikmu yang sebenarnya masuk ke dalam diriku. Sepenuhnya berada di dalam diriku..."
Daniel tersenyum culas. "Kau harus bersedia menikah denganku terlebih dahulu dan kutahu kau akan menolaknya."
"Aku bersedia."
"Nah, kau menolakku lagi-" Daniel mengerjap. "Apa yang kau katakan?"
Tatiana tertawa. Mengigit bibirnya kemudian sebelum ia mengatakan, "Aku akan menikahimu Daniel. Karena itu, sekarang kau harus bercinta denganku!" perintahnya dengan melepas kungkungan di lengannya. Menarik kepala Daniel mendekat dan mengunci tubuh Daniel dengan kedua kakinya.
Daniel tersentak kaget. Namun menikmati gairah yang ingin wanita di bawahnya bagi dengannya. Mengizinkan ketika tangan terampil miliknya melucuti celananya dan membebaskan pusakanya yang telah menegang dengan sempurna.
Bibir Tatiana menyerang dengan ganas bibir Daniel. Lidahnya menginvasi mulut Daniel. Hal yang kerap Daniel lakukan kepada Tatiana dan tampaknya, saat ini Tatiana ingin membalas semuanya. Berbaik hati memberikan kepuasan yang selama ini hanya dirinya berikan kepada wanita itu.
Ketika wanita itu kemudian berguling dan menjadikan posisi Daniel berada di bawahnya, Daniel tahu bahwa kali ini wanita itulah yang akan memimpin permainan. Dan ketika Tatiana membawa kedua lengan Daniel ke atas kepalanya, Daniel tidak bisa menahan diri untuk tertawa sebelum bibir basah Tatiana mengembara di seluruh tubuhnya. Ia bahkan tidak bisa mengingat lagi apa yang terjadi ketika dengan berani, tangan Tatiana memegang pusakanya. Mengelusnya pelan sebelum membawanya memasuki kehangatan yang dua minggu belakangan ini hanya mampu Daniel rasakan dengan tangan dan mulutnya.
Oh dear...
Tatiana lalu mulai menungganginya. Maju dan mundur dengan gerakan konstan yang membuat Daniel menggila. Berubah gerakan cepat naik dan turun diselingi dengan suara tumbukan kulit yang bertemu. Belum lagi sikasaan dengan melihat kedua payudara Tatiana yang memantul dengan indahnya. Membuat Daniel ingin menyentuhnya dan syukurlah, berhasil ia lakukan karena kekangan Tatiana di kedua lengannya tampaknya mengendur. Kedua tangan wanita itu bersandar di dada bidang Daniel. Menopangnya untuk semakin cepat dan cepat bergerak. Hingga gelombang itu semakin dekat dan terbentuk. Bersamaan dengan remasan tangan Daniel di dadanya. Kewanitaan Tatiana lalu seakan memijat milik Daniel. Menghisap keseluruhan milik Daniel sehingga ia tidak bisa lagi menahan untuk tidak datang. Bersamaan dengan itu, Tatiana pun mencapai puncaknya. Dan kali ini, kenikmatan bukan hanya milik salah satu di antara mereka, melainkan milik keduanya.
"Kau mengejutkanku, My Love," bisik Daniel dengan suara tersengal.
Tubuh Tatiana ambruk di atas dada Daniel. Peluh membanjiri keduanya. Milik Daniel bahkan masih terkubur di dalam tubuh Tatiana.
"Kau menyukai kejutanku, hmm?"
Daniel menyeringai. "Tentu saja. Apalagi kejutan bahwa kau akhirnya bersedia menikahiku," ujarnya dengan wajah berbinar-binar.
"Kau bisa memegang kata-kataku."
Daniel mengangguk. "Bagus. Karena begitu kita turun dari kapal, pesta pernikahan sudah siap untuk kita."
Mata Tatiana membelalak. Ia menatap Daniel dengan tidak percaya sebelum ia terkekeh.
"Pada akhirnya, kau berhasil mendapatkan apa yang kau inginkan, bukan?"
"Benar. Kau adalah apa yang selama ini aku inginkan, aku dambakan, aku nantikan, dan yang selama ini aku cari."
Senyum keduanya merekah. Tatapan mereka melembut dan pemahaman bahwa mereka memang diciptakan untuk satu sama lain seolah menyegel keduanya.
"Aku mencintaimu, Daniel. Hingga di titik aku tidak akan pernah meninggalkanmu."
Daniel mengusap lembut wajah Tatiana. Menatapnya dengan segala cinta yang meluap di dirinya.
"Aku mencintaimu, Tatiana. Peri hujanku. Cinta dalam hidupku. Hingga aku bersumpah tidak akan membiarkan kita saling meninggalkan."
***
T A M A T
Penutup dan chapter paling panjang. 2500 karakter loh ini 🙉🙊🙈
Ekstra part?
Ada, tapi saya pos di akun pribadi raadheya beserta chapter 1-12 yang repost di sana.
Just wait and see ya kapan bakalan saya pos.
Huehehehe.
Pada akhirnya, minta pendapatnya untuk cerita ini ya.
Karakter Daniel, baru bagi saya.
Jadi kasih masukannya, okay?
See you on the other story 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top